PS - 55

2.6K 102 0
                                    

Jangan lupa berjejak!
Hepi Ridings!

Plis, komen kalau ada typo karena gue langsung up tanpa baca ulang.

***

Mengalahkan kantuknya, Sekala mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengar ketukan pintunya.

"Sekala! Ica! Nak ... kalian belum bangun?"

Dengan tergesa Sekala menyibakkan selimut, namun aktivitasnya itu mengganggu tidur Justica. Ia kemudian memperbaiki selimut yang membungkus tubuh polos Justica, sebelum menepuk pundak Justica, menenangkan agar kembali tertidur.

Sekala langsung memakai bajunya yang tergeletak di lantai, merapikan bantal yang sudah terlempar ke segala arah. Barulah ia berjalan untuk membuka pintu kamar.

"Maaf baru buka, Ayah. Ayah sudah pulang? Kok, nggak ngabarin biar dijemput?"

"Ayah minta maaf udah ganggu tidur kamu. Lagian ini masih pagi banget, kok. Ini juga penerbangan mendadak, makanya Ayah nggak sempat ngehubungin kalian. Ya, sudah. Lanjut tidur aja. Ayah cuma pengin lapor diri," kata Yaris, kemudian berlalu dari hadapan Sekala.

Sekala menggaruk puncuk telinganya karena keheranan. Tidak mungkin, kan, bela-belain naik ke lantai dua hanya untuk lapor diri?

"Siapa, Mas?"

Sekala berbalik saat mendengar suara Justica yang masih serak. "Oh, itu. Ayah."

"Ayah udah balik?"

"Heem."

Sekala kembali menyusul istrinya yang masih terbaring di kasur. "Tidur lagi aja. Mas tahu kamu kecapean."

Justica menabok punggung Sekala yang sudah mendusel-dusel lehernya. "Kecapean, kecapean ... aku juga gini karena Mas. Sekalinya buka puasa, ganas bener. Mana istrinya nggak dibiarin tidur, " ujar Justica tanpa malu lagi.

Mendengar itu, Sekala terkekeh. Memang benar, semalam suntuk mereka berdua memadu kasih. Sekala yang sudah lama berpuasa, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menuntaskan hasratnya.

"Ya, habisnya, mumpung dikasih kesempatan sama kamu. Maaf juga karena udah buat kamu kecapean," ucap Sekala tulus, menatap kedua bola mata istrinya.

Justica tersenyum, kemudian meraup wajah Sekala untuk dicium sekilas. "Nggak papa. Justru aku yang minta maaf karena baru bisa ngasih Mas."

Sekala hanya berdehem. Kemudian kembali memeluk Justica dengan erat, kadang mendusel, kadang mengecup apa yang bisa ia kecup. "Nanti pake baju yang tertutup. Ternyata Mas bikin banyak tanda di badan kamu."

"Baru sadar?"

Sekala tergelak. Ia membuka selimut yang menutupi tubuh polos Justica agar bisa memeluk Justica lebih dekat.

"Dingin, sih," gumam Justica. Ia mencoba untuk menutup matanya.

"Sini Mas panasin."

"Maksudnya?"

Sekala mengecup bibir Justica. Rupanya pak tua satu itu sudah tidak bisa menahan diri lagi.

Pak Sekala AstraningratOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz