Dua - Kesialan yang Sudah di Level Savage

4.6K 232 16
                                    

Jangan lupa follow, vote, dan coment!

―――――――――――

Justica mengembuskan napasnya kasar setelah melihat punggung Sekala menjauh. Kedua tangannya mengusap wajahnya kasar.

"Kenapa gue bisa lupa, sih? Semalam, kan, perasaan udah dimasukin ke tas. Kok, kosong?"

Lalu tiba-tiba tangannya menggeleda tasnya kembali. "Enggak ada tuyulnya, kok. Heran, deh," gumamnya.

Ia kemudian melirik jam tangannya sekilas lalu mengambil tasnya. Sudah pukul sembilan lewat lima menit. Berapa lama ia seperti orang bodoh di ruangan itu hanya karena berusaha membenarkan dirinya atas keteledorannya? Seperti itulah Justica. Baginya, selama dirinya masih bisa membenarkan diri, ia tak akan pernah mau disalahkan.

Kakinya yang jenjang melangkah ke arah kantin. Rambutnya yang sepundak juga ikut bergoyang seiring langkah kakinya.

"Ca!"

Baru saja muncul di pintu kantin, sebuah suara yang sangat dikenali Justica langsung terdengar di pendengarannya. Ia melihat sekitar dan menemukan pemilik suara itu yang keberadaannya ada di sudut kantin. Dengan cepat, Justica menuju ke sana.

"Santai dikit, dong!" sentak Arin begitu Justica menaruh kasar tasnya di atas meja. Justica tak acuh lalu mengambil jus Arin dan meminumnya hingga tandas.

"Lo kenapa, deh? Datang-datang mukanya udah kusut banget kayak nggak pernah disetrika sebulan," celetuk Migo yang duduk berhadapan dengan Justica.

Mata Justica langsung mendelik, "Lo kira gue pakaian apa? Sekate-kate kalau ngomong."

"Ya, abisnya lo kayak nggak biasanya. Ada apa?" tanya Migo lagi.

Natan yang sedari tadi sibuk dengan makanannya akhirnya mengambil jeda sedikit. "Kenapa, Ca? Lo ada masalah lagi sama kelas lain? Atau sama senior?"

Justica hanya menggeleng lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi lalu menutup matanya. Arin dan yang lainnya hanya bisa bertatap-tatapan karena bingung.

Justica sontak membuka matanya saat merasakan ada yang menyentuh jidatnya. "Hangat, kok. Nggak sakit," gumam Arin.

Justica hanya mendengkus karena kesal. "Lo kira gue selemah itu? Kalian, kan, tahu ... sampai kita menginjakkan kaki di semester lima, gue baru sakit dua kali."

Emang benar. Justica bisa dimasukkan ke dalam kategori perempuan yang daya tahan tubuhnya sangat kuat.

"Atau jangan-jangan lo ...." Arin menjeda ucapannya sebentar. Telunjuknya sudah ada di depan wajah Justica. "Lo kesurupan, ya?"

Justica langsung menabok tangan Arin sedikit kasar hingga menimbulkan suara.

"Eh, anjay! Sakit tahu. Go, Justica, nih," aduh Arin sama Migo.

"Apa lo?" sentak Justica saat melihat Migo hendak melemparkan sedotan miliknya ke wajah Justica, namun melihat mata tajam Justica membuatnya urung seketika. Bisa parah jadinya kalau Justica marah.

"Jangan gituin pacar gue juga kali," protes Migo. "Sakit nggak, sayang?" tanya Migo pada Arin.

Arin sengaja mengerucutkan bibirnya seakan-akan ia benar-benar kesakitan. Justica dan Natan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Hal yang bisa mengundang mual seketika ini sudah biasa bagi mereka.

Pak Sekala AstraningratWhere stories live. Discover now