07| BOS-OK

62 17 97
                                    

Happy reading!

***

Maily memandang sepeda motor dan mobil yang berlalu-lalang di jalanan. Ramai, seperti pikiran Maily yang berlalu-lalang entah kemana saja.

Apakah benar mamanya menggadaikan toko roti peninggalan keluarganya? Mengapa mamanya bisa sampai melakukan itu? Apakah ada hal mendesak lain yang Maily tidak tahu?

Maily mendesah pelan. Sudah satu jam tokonya sepi pengunjung. Tidak ada yang beli. Maily sedikit merasakan berat di kepalanya. Pikirannya akhir-akhir ini sering kacau. Ia kini memikirkan beberapa hal. Walaupun tidak ada yang memaksanya untuk melakukan itu, tetapi hatinya seakan ingin terus menuntut otaknya untuk memikirkan hal itu.

Deringan dari ponsel yang ada di atas meja mulai membuyarkan lamunannya. Maily mengacak rambutnya hingga sedikit berantakan. Tangannya kini terulur untuk mengambil ponselnya yang terus bergetar di atas meja.

Ada pesan dari kontak dengan nama Bos-ok. Gadis itu mencebik, entah kenapa kalau soal manusia itu Maily menjadi kesal. Ada dua pesan yang masuk, Maily mengerutkan kening. Mau apa Rava mengirimnya pesan?

Bos-ok😈

Besok lo mulai kerja
Jangan lupain tugas lo sebagai pembantu gue

Lagi-lagi Maily mencebik kesal. Tanpa diingatkan pun Maily tentu akan ingat. Daya ingatnya masih bagus, Rava pikir Maily pikun apa bagaimana, sih?

Setelahnya Maily meletakkan kembali ponselnya ke atas meja, sedikit keras. Dia tidak berniat sama sekali membalas pesan dari makhluk jelmaan setan itu. Tidak penting dan buang buang tenaga.

"Eh, Mama udah selesai?" tanya Maily saat melihat wanita dengan celemek kusam di badannya, wanita itu datang dari belakang dengan membawa beberapa kue.

"Iya. Kalau kamu mau pulang ya pulang aja. Ini biar Mama yang jaga." Mama mulai menata kue-kue yang dibawanya ke dalam tempatnya masing-masing.

Maily memandangi Mamanya yang terlihat telaten meletakkan kue itu. Wajahnya yang sudah tidak lagi muda kelihatan kelelahan, Maily jadi terharu. Selama ini Mamanya berjuang keras demi dirinya.

Namun, dia hanya menjadi beban, hanya bisa menyusahkannya saja. Selama ini, dia tidak pernah memberikan kontribusi yang besar untuk wanita itu. Maily jadi merasa tidak enak.

Hm. Lagi-lagi terlintas pikiran soal bulanan sekolah dan utangnya kepada Rava. Maily jadi bingung sendiri. Kalau hutangnya ke Rava, sih sudah bisa dibilang aman, tetapi uang bulanan sekolah dia tidak harus minta ke Mamanya, kan?

Dia teringat soal rentenir yang datang siang tadi. Apa Maily tanyakan saja, ya? "Em ... Ma?" Maily mengetukkan jemarinya ragu.

Mama yang sedang menata kue menoleh ke arah Maily. Wanita itu menautkan kedua aslinya bingung. "Kenapa, Mai?"

Hening beberapa saat sebelum Maily kembali membuka mulutnya. "Enggak jadi, Ma. Aku mau pulang dulu." Akhirnya, Maily mengurungkan niatnya untuk bertanya. Maily takut Mamanya akan tahu, bahwa diam-diam Maily mengetahui semua hutang Mamanya selama ini.

Setelah pamit dan bersalaman Maily pulang dengan sepedanya. Gadis itu mengayuhnya dengan pelan, dia selalu menikmati saat angin mengelus pelan permukaan kulitnya. Rasanya sangat nyaman.

Gedubruk!

Maily sedikit terkesiap. Suara itu terdengar dekat di belakang sana. Gadis itu penasaran, hingga ia memutuskan untuk menghentikan kayuhan sepedanya sebentar. Dia menengok ke belakang. Benar dugaannya. Di jalanan yang sepi seperti ini ada seseorang yang jatuh dari motor.

BOS-OKWo Geschichten leben. Entdecke jetzt