Behind #1 - Teman Baru

200 33 8
                                    

Kairo berusia delapan tahun ketika pertama kali menyadari bahwa sosok anak kecil seusianya yang sering dilihatnya di depan sekolah, bukanlah anak kecil biasa. 

Siang itu, mama Kairo terlambat menjemput.  Sudah hampir pukul dua, Kairo masih duduk di bangku panjang di depan pos keamanan sekolah, menunggu mamanya sambil ditemani lagu dangdut yang diputar lumayan keras oleh Pak Makmum, satpam sekolah. 

Kairo duduk sambil menggigit sedotan kotak susu coklatnya yang telah kosong. Tatapannya lurus ke jalan raya yang ramai.  Cuaca yang panas membuat bulir-bulir keringat mengalir di pelipisnya. 

"Jangan ngelamun, Dek Kayo, nanti kesambet. Sini masuk ke pos, biar nggak kepanasan. Di dalam sini ada kipas anginnya," teriak Pak Makmum di sela-sela lagu Goyang Dombret yang mengalun dari ponsel cemprengnya. 

Kairo hanya menoleh, kemudian menggeleng perlahan. Dia sedang kesal. Dia paling tidak suka dibuat menunggu. Untuk melampiaskan kekesalannya, Kairo melempar kotak susu kosong di tangannya ke tong sampah tak jauh dari sana. Meleset. 

Kairo bangkit kemudian berjalan untuk mengambil kotak susu itu, dan membuangnya ke tong sampah dengan benar. Baru saja hendak membalik badan, di depan Kairo telah berdiri sosok anak laki-laki seusianya. Dia adalah anak yang belakangan ini sering Kairo lihat setiap pulang sekolah. 

"Kamu siapa?" tanya Kairo sambil mengamati anak kecil pucat yang memakai kaus dan celana pendek lusuh di hadapannya. 

Anak laki-laki bermata sipit itu tidak menjawab. Dia hanya menyunggingkan senyum lucunya sambil terus menatap Kairo. Kairo mengernyitkan dahi. Mereka berdua bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya Kairo memutuskan untuk kembali duduk di depan pos satpam. 

"Aku kesasar. Aku mau pulang," ucap anak laki-laki bermata sipit itu. Suaranya parau. 

Langkah Kairo pun terhenti. "Aku nggak tahu rumah kamu," jawab Kairo. 

"Di sana. Tapi aku takut pulang sendirian," ujar anak itu sambil mengangkat tangan dan menunjuk ke kejauhan.  

Kairo menatap anak laki-laki itu selama beberapa saat. Lalu, dia menoleh ke arah pos satpam. Pak Makmum sedang bersiul-siul sambil menggoyang-goyangkan kepala. Dalam hati Kairo, dia sebenarnya bosan jika harus menunggu mamanya sendirian di sini, tetapi dia juga takut mamanya akan marah jika saat dijemput, dia tidak ada di tempat. 

"Tunggu mamaku sebentar lagi datang. Nanti kuantar sama mamaku," putus Kairo akhirnya.

Bocah kecil itu menggeleng. 

"Ya udah kalau nggak mau," balas Kairo sembari melangkah kembali ke tempat duduk di depan pos satpam. 

Sepuluh menit berselang, anak laki-laki itu belum juga pergi. Dia masih berada di tempat yang sama sambil terus-menerus menatap Kairo. Sesekali dia memamerkan cengirannya. Kairo membuang muka, dan pura-pura memperhatikan mobil-mobil yang berlalu-lalang di jalanan.

 Setengah jam berlalu, anak kecil itu belum juga beranjak. Mama Kairo pun tak kunjung muncul. Kairo terlihat semakin bosan. Dia bangkit kemudian menghampiri anak laki-laki itu. 

"Ya udah, ayo aku antar pulang!" ucap Kairo. 

Wajah anak laki-laki itu langsung semringah. 

Mereka berdua berjalan bersisian keluar dari gerbang sekolah. 

"Namaku Kairo, nama kamu siapa?"

Anak laki-laki bermata sipit itu hanya tersenyum jahil tanpa menjawab pertanyaan Kairo. 

***

Kairo sudah memutari lokasi yang sama berulang kali, tetapi dia tak kunjung menemukan jalan pulang. Hari mulai gelap. Padahal sudah sejak siang tadi dia meninggalkan sekolah. Kairo ketakutan. Bukan hanya karena tidak bisa pulang, tapi juga karena mamanya pasti akan marah besar.

PODCASE - Behind the SceneWhere stories live. Discover now