PROLOG

9.6K 482 5
                                    

Pagi ini, nampak seorang wanita yang sedang berusaha membangunkan seorang putri cantiknya. Namun sayangnya, si empu tidak juga bangun dan membuka pintu nya.

"Sayang, ayo bangun! Udah mau jam 7 lho... Kamu nggak boleh telat dihari pertama sekolah, nak." Ujar sang mommy yang tak kunjung mendapatkan balasan apapun dari putrinya.

"Kenapa? Belum bangun juga?" Tanya seorang lelaki bertubuh kekar yang tak lain adalah suaminya, Daddy Ara. Mommy Ara hanya mengangguk lalu menghela nafas kasar.

Lelaki itu mendekatkan tubuhnya ke pintu kamar, lalu mengetuknya. "Sayang, bangun, nak. Kamu harus sekolah." Ucapnya, dengan nada membujuk di akhir ketukan.

"....."

Lagi. Tidak ada jawaban apapun yang diberikan putrinya. Lelaki itu mulai frustasi lalu menghela nafas berat.

"Ara! Daddy hitung sampai 3, kalau nggak bangun ju--"

"Iya, iya. Berisik banget!" Teriak sang gadis dari dalam kamar.

Mendengar itu, kedua orangtua Ara menghela nafas lega, tersenyum lalu kembali pada kegiatannya masing-masing.

Satu jam berlalu. Kini, Ara tengah berjalan di koridor sekolah. Mencari keberadaan ruang kepala sekolah bersama sang Daddy. Dan zean tentunya. Adek kandung Ara.

Zean fadli

  "Kenapa gue harus sesekolahan sama Lo si?" Protes Ara, tidak terima jika dirinya satu sekolahan dengan adeknya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa gue harus sesekolahan sama Lo si?" Protes Ara, tidak terima jika dirinya satu sekolahan dengan adeknya ini.

Zean menghela nafas lalu menatap sang kakak. "Apa salahnya si, kak? Lagian kita juga saudaraan. Jadi ya, wajar aja kalau kita sekolah ditempat yang sama." Ucap zean panjang lebar.

Ara hanya memutarkan bola matanya malas. Dan Daddy mereka yang melihat itu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Dia bingung mengapa putra-putrinya ini tidak pernah akur, seolah mereka adalah saudara tiri.


Mereka bertiga terus berjalan. Hingga akhirnya, mereka sampai di tujuan mereka, ruang kepala sekolah.

Mereka memasuki ruangan itu, dan terlihatlah seorang lelaki tua yang tengah asyik dengan buku-buku tebalnya.

Ara, zean, dan Daddy Fadli duduk di kursi yang tersedia. Mereka mulai memperkenalkan diri masing-masing lalu berbincang mengenai tempat dimana Ara dan zean akan belajar.

Hingga akhirnya, kepala sekolah mengatakan bahwa ruang kelas Ara adalah dikelas 11-B. Sedangkan zean, adek Ara ini belajar di kelas 10-A.

20menit berlalu. Ara berjalan menuju kelasnya. Lalu dia berhenti tepat didepan pintu ruangan kelas 11-B.

Seorang guru berjalan menuju pintu keluar. Lalu ia mendapati Ara yang sedang berdiri didepan pintu kelasnya.

"Oh! Kamu murid baru ini ya? Ayo masuk!" Ajak guru nya, lalu membawa Ara ke dalam kelas.

Kelas yang tadinya berisik, kini menjadi hening. Sangat sepi. Semua orang melihat ke depan, tempat dimana Ara berdiri. Dan mulai berbisik-bisik ria.

"Baik. Tolong perhatiannya sebentar" pinta sang guru dan mereka semua diam, menurut.

"Hari ini kita kedatangan teman baru. Silahkan perkenalkan dirimu." Ucap guru itu pada Ara.

Ara menganggukkan kepalanya lalu menggeser kan tubuhnya supaya lebih dekat dengan gurunya itu. Dia mengangkat tangan kanannya. Tidak terlalu tinggi. Sejajar dengan pipinya.

"Yo! Gue Zahra. Gue dari Bandung." Ucap Ara. Memperkenalkan dirinya dengan singkat. Tanpa ekspresi apapun tentunya.

"Hanya itu?" Tanya gurunya yang tampak kebingungan dengan tingkah Ara barusan.

"Ya. Hanya itu" balas Ara.

Dia mulai berjalan menuju kursi yang kosong lalu duduk disana. Sedangkan gurunya masih setia melihat gadis cuek itu.

Ara melepaskan tas dari pundaknya. Semua mata kini hanya menuju dirinya seorang. Memperlihatkan gerak-gerik gadis ini. Namun, ia samasekali tidak memperdulikan itu.

"Haii, gue febriola. Panggil aja Olla, Lo?" Ucap salah satu siswi yang duduk di depan Ara.

Ara menatap gadis itu lalu kembali fokus mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

"Gue zahra" balas Ara, singkat.

"Hmm....." Gadis itu tampak sedang memikirkan sesuatu. "Boleh gue panggil Ara?" Tanya nya.

"Ya. Itu emang nama panggilan gue" batin Ara.

Olla mendekatkan wajahnya ke wajah Ara. Ara menatap tajam gadis itu. Tapi tampaknya, yang di tatap samasekali tidak perduli.

"Terserah......."

.
.
.
Continued

Haiii, apa kabar?? Sesuai janji yaa. Baru prolog nih. Gimana kira-kira??
Besok up lagi, insyaallah.
Jangan lupa votmen, ok?! Saya butuh masukkan soalnya.

See u besokk. Tataaaa~

BAD ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang