Chap.09: Ily!

2.7K 361 25
                                    

Hari ini Chika benar-benar dibuat sibuk oleh kegiatan OSIS. Bagaimana tidak? 4 hari lagi festival sekolah akan segera dilaksanakan dengan 3 hari berturut-turut. Yah, itu juga sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai anggota OSIS.

  "Jadi gimana? Bisa mulai persiapannya besok?" Tanya seorang gadis yang ternyata adalah shani, si ketua OSIS.

  "Tentu!" Jawab semua anggota.

Shani yang menjabat sebagai ketua OSIS generasi ke 18 itu memberikan senyuman terbaiknya. Menghembuskan nafasnya, lega. Karena akhirnya, setelah 2jam rapat berhasil diselesaikan tanpa adanya hambatan.

  "Oke, rapat selesai. Terimakasih untuk hari ini. Sampai ketemu besok pagi!"

Semua anggota menghembuskan nafasnya, lega. Senyuman mereka mulai terukir.

  "Terimakasih untuk hari ini!" Ujar semua anggota.

Perlahan semua orang yang ada di ruang OSIS itu mulai pergi keluar. Melanjutkan aktivitasnya di kelas masing-masing.

Chika masih diruang OSIS. Dia menundukkan kepalanya, karena rasanya dia ingin sekali muntah. Kepalanya terasa begitu sakit. Sangat pening.

  "Chika, kamu baik-baik aja?" Tanya Gracia, wakil ketua OSIS.

Tampaknya ketua dan wakil ketua ini sedikit khawatir dengan keadaan si gadis.

  "Maaf udah buat kamu kelelahan" ujar shani dengan rasa bersalahnya.

  "A-nggak kok. Lagipula, ini udah jadi tanggung jawab kita, sebagai anggota OSIS." Balas si gadis, berusaha meyakinkan senior-seniornya bahwa dia dalam keadaan sehat. Dan tentu saja dia berbohong.

Ketua dan wakil OSIS mengangguk, paham. Berpamitan, lalu pergi meninggalkan Chika.

Si pemilik gummy smile itu kembali menghela nafasnya. Dan menundukkan kepalanya, lemas.

  "Mau ke UKS?" Tanya seorang lelaki tiba-tiba. Berhasil membuat si gadis terkejut.

Chika melihat ke arah sumber suara, lalu tersenyum tipis ketika dirinya mendapati Alvin yang tengah memberikan senyuman manisnya pada si gadis.

  "Nggak usah. Aku baik-baik aja" tolak si gadis.

  "Yakin?" Tanya si lelaki, bersikeras untuk membawa si gadis ke UKS.

Chika hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan seniornya itu.

Alvin, lelaki tampan itu hendak mengambil kursi supaya bisa duduk disamping si gadis. Tapi, belum sampai kursi itu ditempatinya, seseorang menahan tangannya dan mengangguk kepalanya. Mengusir secara halus.

Si lelaki menghela nafasnya. Lalu pergi. Chika yang memang samasekali tidak perduli pun hanya menghela nafas panjang. Dan kembali menundukkan kepalanya. Dia benar-benar lelah jika kalian ingin tahu.

Seseorang itu menyimpan segelas teh hangat dimeja. Lalu duduk di kursi yang tadi. Chika melihat ke gelas yang berisi teh itu. Lalu pandangan beralih ke arah samping, tempat dimana dia duduk.

Chika menatap seseorang itu. Dan yang ditatap hanya mengangkat kedua alisnya, seolah mengatakan "minum".

Si gadis menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Thanks." Ucapnya, lalu meminum teh hangat itu. Sungguh, itu membuat sedikit rileks.

Si gadis kembali meletakkan gelasnya. Menatap orang yang disampingnya, yang tengah sibuk bermain game online di ponsel tipis miliknya.

  "Ara" ujar Chika, lirih. Memanggil gadis yang bernama Ara itu. Sedangkan yang dipanggil hanya berdehem tanpa melirik ke arah Chika sedikitpun.

  "Ara" panggil Chika lagi. Dan ya, si gadis cuek itu masih melakukan hal yang sama.

Chika menghela nafas. Dia harus sabar menghadapi gadis cuek ini. Untunglah Tuhan memberinya kesabaran yang ekstra.

  "Liat gue, sebentar aja." Pinta nya yang lebih seperti memohon.

Si gadis cuek meletakkan ponselnya. Melepas earphone nya, lalu menatap Chika dengan menyimpan sebelah tangannya di dagu.

Mata mereka bertemu. Keheningan melingkupi keduanya. Tak ada yang berniat untuk membuka suara. Chika yang tadinya ingin mengatakan sesuatu juga, sepertinya malah terhipnotis dengan tatapan si gadis. Dia malah sibuk dengan pikirannya sendiri.

Ara meniup wajah indah milik Chika, membuat si gadis kembali tersadar dari lamunannya. Ara yang gemas dengan gadis didepannya, mencubit pipi chubby itu. Dan si empu hanya menundukkan kepalanya. Wajahnya memerah bak kepiting rebus.

  "Jadi, nona Yessica mau bilang apa?"









  "Aku sayang sama kamu. Aku mau kamu" ujar si gadis pemilik gummy smile, tiba-tiba.

Ara yang tadinya sedang tertawa kecil pun memberhentikan tawanya. Menatap si pemilik gummy smile dengan tatapan yang sulit di artikan.

Ara memalingkan wajahnya dari gadis itu. Menatap jendela yang ada di ruangan itu dengan tatapan dinginnya. Sedangkan si pemilik gummy smile hanya bisa menundukkan kepalanya.

Entah mendapatkan keberanian dari mana sampai-sampai si gadis bisa mengatakan kalimat itu pada Ara.

Ingin sekali rasanya Chika menangis karena tak kunjung mendapatkan jawaban apapun dari gadis yang dicintainya ini.

  "Emang harusnya dipendem aja, ya..." Gumamnya lirih sembari menahan air matanya supaya tidak mengalir.

Chika mengangkat kepalanya. Melihat si gadis cuek yang ternyata juga sedang menatap dirinya. Dia gugup. Tidak tahu harus berbuat apalagi.

Lagi. Ara merasa hatinya diiris dengan beribu pisau ketika dirinya melihat Chika yang sedang berusaha untuk tidak menangis. Nihil. Gadis cantik itu meneteskan air matanya.

Ara kembali merasa bersalah. Dia benar-benar tidak ingin menjadi alasan dibalik jatuhnya air mata itu. Hatinya benar-benar sakit.

  "Gue......"






.
.
.
Continued

Mampus digantung.

 

BAD ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang