06. Obat, Vitamin, dan Racun

303 66 74
                                    

"Bi, mabar kuy," ajak Chandra yang sibuk dengan ponselnya ketika Bian ikut mendudukan dirinya di teras belakang kost-an. Ada Jovan yang sibuk dengan mesin motornya dan Kaifan dengan gitarnya. Sedangkan El, dia masih menikmati makan siangnya.

"Gegayaan lu main Candy Crush ngajak mabar," jawab Bian sekenanya yang dibalas kekehan oleh Chandra.

Bian mengambil rokok yang tergeletak di meja, milik Chandra pikirnya. "Sebatang ya, bro." Bian langsung memantikan api dan membakar ujung rokoknya.

Tak ada obrolan dalam beberapa menit, hanya suara dari permainan online yang Chandra mainkan, suara besi yang beradu lantaran Jovanka terus mengotak-ngatik motornya, petikan gitar Kaifan yang tak beraturan, dan kepulan asap dari rokok yang Bian hisap.

"Apanya sih Jo yang kena lagi? Itu motor perasaan nyusahin banget, deh." Kepulan asap keluar dari mulut dan hidung Bian karena ia menghembuskan hisapan rokoknya.

"Sembarang lu kalo ngomong. Dia lagi pengen dimanja aja sama gue." Jovan masih terus berkutat hingga tangan dan bajunya kotor terkena oli. "Gua bawa ke bengkel aja deh, susah kalo benerin sendiri. Punya temen juga bukannya bantuin malah ngetawain." Akhirnya ia menyerah dan memilih bergabung untuk duduk berselonjor kaki.

Kini, hanya tersisa suara tidak merdu milik Kaifan dengan iringan gitar yang tak tentu kuncinya. Kaifan hanya asal memetik senarnya, supaya tidak sepi hanya dengan nyanyiannya. Posisinya tidak berhadapan dengan Bian, Chandra dan Jovan, tetapi membelakangi mereka dan betah memandangi ayam tetangga yang tengah mematuk rumput liar.

"Gak ada kerjaan banget si Kaifan nyanyi galau sambil genjrengan. Kasian tuh si Matteo sampe kebelinger dengerinnya." Bian menatap horor punggung Kaifan yang masih asyik dengan dunianya, dunia galau.

Sekedar info, Matteo adalah ayam milik tetangga. Bian hanya terlalu murah hati memberi nama bagus, termasuk kucing yang ia temukan di dekat kampusnya.

"Kaifan mau di tinggal nikah sama mantan terindahnya. Btw, kita juga semua diundang besok sama Sarah," jawab Chandra, "wadoh, game over," keluhnya kemudian.

"Hah? Sarah yang kating mantan Kaifan? Kok gue gak tau?"

"Ya iyalah lu gak tau, Bi. Lu kan sibuk jadi hamba sahaya Jena. Tau apa masalah hubungan orang lain," sarkas Jovan. Jovan itu memang kadang berbicara semaunya dan asal ceplos. Namun, sebenarnya ia tak memiliki maksud apapun.

Perasaan Bian mungkin sedang sedikit sensitif, sehingga gurauan Jovan tadi membuat hati sedikit tercubit. Benar, selama ini ia terlalu larut dalam masalahnya sehingga berpikir bahwa satu-satunya obat adalah Jena. Melupakan bahwa ada kelima sahabatnya yang juga pasti memiliki masalah, padahal mereka selalu ada untuk menghibur Bian, tetapi Bian bahkan tidak tahu, bahwa Kaifan sekarang sedang meradang. Memangnya siapa yang tidak sakit hati di tinggal mantan terindah?

Namun, Bian tetaplah Bian, akan tetap tersenyum walau isi pikirannya begitu kusut.

~Pergilah kasih kejarlah keinginanmu~

"Fan, sini lu. Jangan berlarut dalam kesedihan. Idih, bahasa gue keren juga."
Setelah dipanggil oleh Bian, Kaifan beranjak dari tempat duduknya, menghampiri para sahabatnya.

"Pusing gue, Bi. Sakit hati," keluh Kaifan.

"Iya iya, gue tau. Lu kan cinta banget sama Sarah, lagian siapa suruh dulu selingkuhin dia."

"Udah gue bilang, Sarah salah paham, Bi. Gue beneran gak selingkuh."

"Lo besok mau dateng ke acaranya, Fan?" Kali ini Chandra yang bertanya.

"Kagak tau gue, takut sakit hati dan gak kuat liat Sarah bersanding sama yang lain."

"Cupu lu," timpal Bian.

Hello, Angel ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя