Part 5

1.1K 76 0
                                    

Nia's POV

"Total semuanya 31 dolar 10 sen, Sir," ucapku kepada lelaki berusia empat puluhan di depanku. Ia menyerahkan sejumlah uang dan aku segera memasukkan sereal, sekotak jus jeruk dan sebatang coklat itu ke dalam kantung keresek dan menyerahkannya sebelum ia berlalu.

Aku menengok jam dinding di belakangku, waktu menunjukkan hampir pukul 12 siang dan Jessie masih juga belum datang?

Sebenarnya hari ini dialah yang mendapatkan shift sebagai kasir, tapi karena harus membawa adiknya berobat membuatnya harus datang terlambat sehingga untuk sementara aku yang menggantikannya. Ah, dari pada duduk diam menunggu, lebih baik aku menambah stok rokok yang hampir habis di etalase. Kalaupun ia tidak datang toh tak masalah untukku, aku juga tidak punya janji apapun hari ini.

Sembari menyusun rokok aku mendengar suara bell di meja kasir yang artinya ada pembeli yang datang. Segera kutinggalkan pekerjaanku dan berlari-lari kecil ke kasir.

Aku fokus meng-scan beberapa kaleng minuman dan makanan ringan lalu memasukkannya ke kantung keresek, "semuanya 40 dolar, Si..."

Ucapanku terhenti begitu saja ketika melihat siapa yang membeli belanjaan itu. Sedangkan Chris hanya tersenyum melihatku. Aku cukup terkejut menyadari ia berbelanja disini.

"Kau bekerja disini?" Tanyanya sambil mengeluarkan sejumlah uang dari dompet dan menyerahkan padaku.

"Ah? I-iya.. Kebetulan hari ini salah satu karyawan ayahku datang terlambat sehingga sementara aku menggantikannya," jawabku sambil menyerahkan uang kembalian.

"Baiklah kalau begitu. Have a nice day, see you," pamitnya sambil tersenyum dan berlalu. Setelah ia keluar aku mengusap wajahku dan menangkupkan kedua tangan di dada untuk menenangkan jantungku.

Tiba-tiba seorang perempuan berkacamata tergesa-gesa masuk ke dalam minimarket, "Nia, maaf ya aku terlambat! Jalanan benar-benar macet!" Seru Jessie yang langsung membuka tas dan jaket yang dikenakannya dan menyimpannya ke loker, lalu mengambil posisiku di kasir.

"You alright?" Tanya Jessie dengan raut wajah khawatir dan mengamatiku, "kau terlihat pucat."

"Eh, benarkah?" Tanyaku sambil memegang kedua pipiku.

"Kau pasti lapar karena sudah waktunya jam makan siang. Sana, makanlah, biar aku yang lanjutkan. terima kasih atas bantuanmu, Nia."

"Sama-sama Jessie. Aku pergi dulu."

Aku buru-buru mengambil tas di loker dan pergi ke luar. Aku berjalan sambil melihat sekeliling untuk mencarinya karena feelingku ia pasti belum terlalu jauh.

Sampai didepan toko kain Style's aku berhenti sejenak ketika menyadari ia masih ada dan sedang berdiri di situ, di bawah lampu jalan dan sedang mengetik sesuatu dengan ponselnya. Aku kembali berdebar-debar. Berulang kali ku tarik napas dalam-dalam untuk meyakinkan diriku sendiri, mencoba mengumpulkan keberanian.

Aku melangkah, ketika sudah berada didekatnya aku menyapa. "Hai, Chris."

Ia menoleh kepadaku, dan kulihat lagi mata indahnya. "Hei," ia tersenyum.

Aku menyelipkan rambut kebelakang telinga. Gugup. "Mmm... Kau sibuk?"

Ia menggeleng. "Tidak juga. Hari ini cukup senggang."

"Mau makan siang denganku?" Tanyaku nekat dan to the point. Ia terlihat diam sejenak.

"Ya, boleh. Lebih baik dari pada sendirian," ucapnya dan aku menjerit girang dalam hati karena keinginanku berhasil.

"Sebenarnya aku belum menentukan ingin makan siang dimana.." aku menggaruk pelipisku dengan kebingungan. "Apa kau punya referensi?"

Dia menaikkan kedua bahunya, "no problem. Kita bisa mencarinya sambil jalan," lalu ia membukakan pintu mobilnya. Aku pun segera masuk.

Adore You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang