34. Wanita

1.7K 160 62
                                    

Jika sampai detik ini ujian masih kau hadapi, bersabarlah. Jangan kau putuskan sabarmu, karena sesungguhnya Allah sedang menguatkanmu.
Sabar itu tanpa batas, jika kamu berkata 'sabar ada batasnya' berarti kamu belum bersabar.

****

Di lorong belakang Rumah Sakit Marwa di larikan, Satya dan Raihan saling mematung disana. Seakan ada yang ingin mereka ucapkan namun terasa sulit.

"Dulu aku pernah tanya ke Papa. Kenapa Papa sangat peduli dengan perempuan itu?" tanya Raihan beralih  menatap punggung Satya yang masih enggan menoleh sekilaspun.

Pria berkepala empat itu langsung memahami 'perempuan' yang di maksud Raihan.

"Ayahnya banyak membantu perusahaan papa. Perusahaan yang papa bangun nyaris terancam jika Faishal tidak membantu papa saat itu."

Raihan mengangguk kecil. "Papa mau balas budi?"

Satya memutar tubuhnya, menatap lawan bicaranya serius. "Iya. Dengan cara kamu menerima perjodohan saat itu. Kalau kamu menerima perjodohan itu, kamu nggak akan mendapat masalah seberat ini Raihan!" ucap Satya serius.

"Itu namanya siklus kehidupan. Nggak ada hidup tanpa masalah pa. Kita masih bisa membalas jasa ustadz Faishal tanpa harus lewat perjodohan itu. Pernikahan aku dengan Aletta sudah di ketahui beliau, tapi ustadz Faishal sama sekali nggak keberatan Pa, itu mungkin cuma sikap Papa yang sedikit egois, tanpa mau peduli dengan perasaan Rai."

Satya hanya terkekeh pelan dengan ucapan Raihan. Seolah menganggapnya remeh. "Sekarang papa tanya, apa alasan kamu menolak Marwa?"

Raihan berdehem kecil sembari menarik nafas berat. "Aku udah bilang Pa, aku nggak ada perasaan sama sekali dengan Marwa. Aku cuma takut nggak bisa kasih dia cinta sepenuhnya dan bernasib sama seperti rumah tangga mama dan papa."

Satya tertohok dengan kalimat Raihan barusan, pria paruh baya itu semakin menatap putranya lebih serius.

"Mama pernah bilang, jangan pernah lukai hati perempuan karena itu sama saja dengan melukai hati seorang ibu. Raihan tau, antara mama dan papa juga menikah karena perjodohan tanpa di dasari rasa cinta satu sama lain. Mama udah kasih tau semuanya sejak usia aku menginjak tujuh belas tahun. Dari kisah kalian, Rai cuma nggak mau meninggalkan luka di hati perempuan yang nggak aku cintai."

Raihan menjeda sejenak kalimatnya barusan.

"Tanpa papa tau, kita sama-sama udah nyakitin perasaan Aletta sejak perjodohan itu dimulai. Padahal apa salahnya menunggu Aletta lulus dari bangku SMA. Dia masih sekolah, tapi harus menyandang status sebagai istri Aku. Dia mengorbankan masa remajanya cuma karena menikah dengan aku. Disaat aku dan Aletta udah saling terbuka, saling menyayangi dan mencintai, kenapa papa justru membuat hubungan rumah tangga aku semakin jauh?"

Satya meraup kasar wajahnya yang panas dingin tak karuan. "Itu udah jadi resiko kamu menolak perempuan pilihan Papa dulu! Tugas papa udah selesai. Papa biarin kamu memilih perempuan selain Marwa.  Dan sekarang kamu lihat? Ternyata istri kamu emang bukan orang yang baik!"

Spontan dengan kalimat itu, Raihan langsung menyorot Satya lebih dalam.

"Dia udah nyakitin orang lain! Seharusnya kamu tegur dia! Bukan malah belain perempuan pembunuh itu!"

Raihan mengepalkan dua tangannya, andai pria ini bukan Papanya, sudah di pastikan jasadnya terkubur di kemudian hari.

"Aku udah minta maaf ke Marwa, ustadz Faishal, Umi zainab atas perbuatan Aletta. Kalau Papa kasih aku kesempatan buat ketemu Aletta, aku juga akan bawa dia kesini buat sama-sama minta maaf," kata Raihan masih berusaha tenang.

My Love Teacher [LENGKAP]✔️Where stories live. Discover now