31

12.2K 739 145
                                    

Ayah bara saat ini sedang duduk di samping ranjang kala, menatap pria kecil yang juga sedang menatapnya sambil sesekali mengedipkan matanya, terlihat sangat menggemaskan. Sekarang dia tau alasan kenapa anaknya tidak bisa jauh dari pria kecil ini.

"Umm.. jadi.. om kesini mau.. ngapain?" Tanya kala gugup.

"Gimana keadaan kamu?"

"Umm, aku baik"

"Siapkan diri kamu, 3 hari lagi kita ke Singapura. Saya sudah urus semua administrasi pengobatan kamu."

"Hah? T-tapi om, k-kan t-tapi-"

"Kamu tidak perlu khawatir tentang ayah kamu, saya sendiri yang akan berbicara padanya. Kamu hanya perlu memberi tau bara soal ini"

Bukankah ini terlalu cepat untuknya menerima bahwa ayah bara sudah merestui hubungan dia dengan anaknya. Dan bahkan dengan suka rela membiayai seluruh biaya pengobatan pria yang beberapa hari yang lalu sempat dia tentang?

"T-tapi om saya kira itu berlebihan, saya pikir rumah sakit ini cukup untuk sa-"

"Jangan pernah membantah ucapan saya. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf saya sudah berbuat buruk ke kamu tempo hari"

"Aku udah maafin om kok, aku tau maksud om baik. Tapi aku serius om ini gak-"

"Beritahu saya dimana tempat ayah mu bekerja."

Kala awal nya tidak yakin untuk memberi tau ayah bara, dia takut jika ayahnya akan menyetujui permintaan ayah bara. Tapi dia lebih takut lagi jika dia tidak segera ditangani, mungkin waktunya untuk tetap di sisi bara akan semakin menipis.

Setelah mendapat alamat yang dia inginkan, ayah bara bergegas pergi meninggalkan rumah sakit dan menuju alamat yang di berikan.

Dia sampai di sebuah restoran cepat saji yang terbilang cukup besar lalu dia mulai duduk di salah satu kursi kosong dan mulai memesan sesuatu.
Matanya menelisik ke setiap sudut restoran tersebut, mencari keberadaan ayah kala.

Hingga tak beberapa lama seorang waiters datang dengan pesanannya, dan mungkin ini sebuah kebetulan karena waiters itu adalah orang yang memang sedang dia cari.

"Silahkan" ucap ayah kala sopan.

Dia sadar itu adalah ayah bara, tapi dia tidak terlalu banyak memikirkan nya. Ini adalah restoran umum siapapun bisa datang kesini, apalagi untuk orang kaya seperti ayah bara ini.

"Tunggu" cegah ayah bara saat melihat ayah kala mulai berjalan menjauh.

"Duduk, ada yang ingin saya bicarakan"

"Maaf pak, tapi saya harus bekerja"

Sebenarnya ayah bara sedikit kesal dengan jawaban itu, tapi dia harus menghargai nya dan akhirnya memperbolehkan ayah kala untuk pergi.

.
.
Setelah waktu menjelang malam, seorang pria paruh baya keluar dari pintu belakang restoran. Wajahnya yang lelah terlihat cukup "cantik" di terpa lampu jalan yang dia lewati.

"Loh pak, kenapa disini? Restorannya sudah tutup" tanya ayah kala Bingung saat menemui ayah bara yang sedang duduk dengan tenang di kursi yang terletak di belakang restoran.

"Saya sudah bilang saya ada urusan sama kamu" Ayah kala hanya mengangguk lalu mulai duduk di samping pria itu.

"Jadi ada apa pak?"

"Saya ingin membawa kala ke Singapura, saya punya kenalan dokter di sana. Saya dengar penyakit kala masih belum cukup parah jadi jika bisa di tangani lebih cepat itu akan lebih baik untuknya"

"Maaf sebelumnya pak, saya menghargai kebaikan bapak. Tapi saya kira saya masih cukup mampu untuk merawat anak saya"

"Saya tau anda pasti akan menolaknya, tapi tolong anda pikirkan lagi. Jika kala di rawat di Singapura, kesempatan nya untuk sembuh lebih banyak daripada disini. Dan bapak bisa menganggap ini sebagai salah satu bukti bahwa saya cukup serius merestui hubungan mereka berdua"

A R K A L A N G K ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang