07. Gelisah

152 17 4
                                    

703 words.
───────

Sudah dua bulan lamanya sejak pertandingan pertama bersama kampus baru, Itachiyama, itu diadakan. Osamu telihat sedang menyusuri lorong fakultas bersama seorang kawan di sebelahnya.

"Suna, lu mau ke toko buku, gak?" ucap Osamu tanpa mengalihkan pandangan pada layar ponselnya.

"Sore ini gue kayaknya gak bisa deh. Lu ajak Tsumu aja coba?" jawab yang dipanggil Suna itu.

Osamu menggeleng pelan. Akhir-akhir ini Atsumu disibukkan dengan kegiatan BEM fakultasnya karena akhir semester mereka akan mengadakan sebuah pentas seni.

"Gue bisa anter lu Sam kalo mau? Motor lu masih di bengkel, kan?" ucap Suna menoleh.

"Gak usah deh, gue pesen taksi aja."

"Serius?"

Osamu menoleh aneh. "Ya ngapain juga gue bercanda?" balas Osamu terkekeh bingung.

Suna di sampingnya ikut tertawa garing.

"Ya─ Ya udah kabarin aja nanti. Gue duluan," ucap Suna kemudian berjalan mendahului Osamu di belakangnya.

Osamu yang sebenarnya masih bingung dengan tingkah laku kawannya itu lebih memilih membuka ponselnya, mencari sebuah kontak di sana.

Osamu
Akaashi?
Lagi kosong?

Akaashi
Kosong kok
Mau ke toko buku lagi? Hahaha

Iya hahah
Mau ikut?

Sebulan ini kayaknya udh 3 kali gue nemenin
Boleh boleh

Lu ga bosen kan?
Abis suna sama tsumu gak bisa mulu

Untung gue sama nerdnya kayak lu

Bajingan:)
Ya udah jam 4 ya

Oke

──────────

"Bang Bok juga akhir-akhir ini sibuk terus..."  ucap Akaashi sambil menyeruput segelas green tea latte di tangannya.

"...Kemaren gue liat Bang Kuroo dateng ke kampus terus bilang kalo anggota BEM fakultas dia gak bener kerjanya. Makanya Bang Bok minta gue join BEM taun depan."

Osamu mengangguk menanggapi. "Paling bener tuh gak usah ikut kayak gituan," ujarnya sambil tertawa renyah. Akaashi ikut tersenyum dan menyetujui apa yang dikatakan kawannya itu.

"Kayaknya lu udah sering banget ke sini ya Sam?"

Osamu mengangguk lagi. "Iya. Dari kecil gue sama Tsumu sering ke sini. Apalagi sejak ada cafe ini."

Giliran Akaashi yang mengangguk menanggapi.

"Akhir-akhir ini Suna aneh banget sama gue," ujar Osamu tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Gak tau, ya. Aneh aja..."

"...Tadi terakhir pas gue mau ke sini dia bilang 'kabarin gue aja'. Gak biasanya dia kayak gitu."

Akaashi terkekeh pelan mendengar cerita Osamu yang membuatnya semakin bingung.

"Itu berarti dia peduli sama lu," cetus Akaashi menanggapi.

"Tapi─"

"Suna suka sama lu, Sam."

"Eh—Hah?"

"Gue bisa liat kelakukan dia sebulan ini di latih tanding," ujar Akaashi lagi. "Dia aneh udah sebulan ini, kan?"

Osamu mengangguk pelan. Sebenarnya memang itu yang ia takut jadi kenyataan.

"Lu sendiri... ada orang yang disuka gak, Sam?"

Osamu mengangkat wajahnya. Namun, seketika lidahnya kelu.

"Gak tau," jawab Osamu kecil.

"Cari pacar, Sam." Akaashi terkekeh. "Kemaren gue liat Atsumu pegangan tangan sama Bang Kita."

"Hah?"

Akaashi sedikit terkejut dengan reaksi spontan kawan di depannya itu.

"Kenapa, Sam?" ujar Akaashi hati-hati, takut salah berbicara.

"Oh─ Gapapa. Gue kaget aja dengernya," balas Osamu cepat.

Akaashi yang merasa telah mengucapkan sesuatu yang harusnya tidak ia katakan menunduk bersalah.

"Lu... naksir Bang Kita?" ujar Akaashi lagi lebih hati-hati.

Osamu mengerutkan dahinya bingung dengan tebakan kawan di depannya.

"Oh─ Sorry, Sam. Harusnya gue gak ikut campur uru─"

"Gue naksir lu, Kaashi."

Giliran Akaashi yang terkejut. "Hah?"

Osamu terdiam salah tingkah, begitu juga Akaashi yang duduk di depannya.

"Sorry. Gak tepat waktunya," ucap Osamu lagi terkekeh pelan. Akaashi hanya terdiam mengaduk-aduk minumannya.

"Lu beneran naksir gue, Sam..?"

"Jujur gue gak tau perasaan gue gimana..."

"Lu lagi suka sama dua orang, kan?" celetuk Akaashi menebak.

Osamu ingin menjawab. Namun, bahkan ia sendiri tidak tahu apa yang sedang ia rasakan saat ini.

"Kita kayak gini dulu aja, Sam."

Osamu mengangkat wajahnya sekali lagi, menemui Akaashi yang tersenyum manis ke arahnya.

"Gue gak pinter urusan ginian. Tapi kalo lu serius, gue mau juga kenal lu lebih deket, Sam."

Osamu sedikit terkejut. Bukan hanya terkejut dengan tanggapan orang di depannya, tapi juga terkejut dengan apa yang terjadi sore itu. Kemudian ia ikut tersenyum membalas Akaashi dan mengangguk kecil.

"Iya. Kayak gini dulu aja."

─────────

"Tumben lama banget dari toko bukunya, Sam?"

Suara yang bukan lain adalah suara kembarannya, Atsumu, menyapanya dari arah ruang tengah.

"Hm," guman Osamu singkat.

Atsumu berjalan ke arah pintu depan dan menemui saudaranya itu sedang melepas alas kakinya.

"Udah makan, Sam? Gue tadi be─"

"Udah," balas Osamu lagi memotong.

Sedikit terkejut dengan balasan yang agak 'ketus' dari kembarannya itu, Atsumu mengerutkan dahi.

"Oh.. Oke," balasnya dengan tatapan bingung. Ia bisa merasakan aura dingin dan aneh dari kembarannya.

"Gue ke atas," ujar Osamu lagi sambil melangkahkan kakinya menuju lantai atas.

Atsumu hanya mengangguk pelan mengiyakan. Ia menghela napasnya, kemudian menutup pintu depan yang dibiarkan terbuka oleh kembarannya itu.

Ia yakin pasti ada sesuatu yang membuat Osamu mengacuhkan dirinya seperti barusan. Namun, pikirannya kosong sekarang. Ia tidak tahu apa 'sesuatu' yang dimaksud kembarannya.

Atsumu menghela napasnya lagi, berharap supaya 'sesuatu' itu tidak berhubungan dengan dirinya. Ya, ia harap.

Last Night's World | atsuosaWhere stories live. Discover now