09. Pengungkapan.

82 6 2
                                    

1022 words.
───────

Akhir Desember.

Tak terasa semester ganjil di kampus sudah akan berakhir lagi. Atsumu dan Osamu yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing jarang berada di rumah. Atsumu dengan kegiatan organisasinya, serta Osamu dengan kesibukan barunya menjadi seorang asisten dosen.

Atsumu jarang pulang, ia lebih memilih menginap di tempat Kita, senior dan kawan dekatnya. Sedangkan di kediaman mereka, Osamu sering sendiri atau membawa kawan mainnya kesana.

"Lu kenapa dah, Tsum?" Seorang dari kelasnya menghampiri Atsumu saat ia tertangkap sedang menatap kosong jalanan kampus dari balkon kelasnya.

"Emang gue kenapa?" jawab Atsumu pura-pura terkekeh.

"HP lu bunyi tuh dari tadi di meja," ujar orang itu lagi yang membuat Atsumu langsung berbalik menuju kelasnya.

"Halo, Bang Kita?"

"Lu dimana, Tsum? Jadi mau latihan service, ga?"

"Oh, iya Bang gue lupa banget. Sorry, gue ini ganti baju langsung ke lapangan, ya."

"Oke. Nanti bareng anak dari kampus lain dulu, ya. Gue nyusul."

"Siap, Bang."

Tak lama bergegas, Atsumu pun sudah menginjakkan kakinya pada lapangan voli kampusnya. Suasana sudah cukup ramai, wajar hari itu adalah jadwal latih tanding bersama kampus lain.

"Darimana aja lu?" celetuk seseorang saat ia sedang melakukan peregangan.

"Oy. Gue tadi lupa kalo hari ini mau latihan service, untung ditelfon Bang Kita," jawab Atsumu terkekeh.

"Dia ga akan telfon lu kalo bukan karna gue."

"Maksudnya?"

"Gue yang nanya ke Bang Kita lu kemana woi."

"Oooh."

Atsumu pun tertawa garing. Jelas yang kemungkinan hapal dengan jadwalnya sehari-hari, siapa lagi kalau bukan kembarannya.

"Ga tau dah gue lagi ga fokus akhir ini," jawab Atsumu masih tertawa kecil.

Sudah sekitar 3 minggu sejak acara minum-minum dengan kawan volinya kemarin diadakan. Sudah 3 minggu juga sejak kejadian 'malam itu' terlewat. Dan sejak saat itu juga ia selalu gelisah.

Kadang ia kebingungan sendiri, sebab kembarannya itu seperti tidak merasa ada 'sesuatu' yang terjadi di antara mereka. Tak berani berspekulasi, tapi tak berani juga untuk bertanya langsung.

"Atsumu!" Seorang lain berteriak memanggil namanya cukup keras, itu pelatih volinya. "Kalau ga niat main, lu minggir dulu aja."

Atsumu pun menghela napasnya kemudian berjalan ke pinggir lapangan. Ia melirik Osamu yang masih berada di dekat net memerlihatkan wajah khawatir. Namun, Atsumu tidak peduli.

"Lu lagi ada masalah?" Tiba-tiba sebuah pertanyaan mencuat dari mulut Kita yang menghampirinya.

"Eh— Ngga, Bang."

"Ngga, kah?"

Atsumu tidak bergeming.

"Gue ga tau masalah lu apa, tapi gue perhatiin lu ga konsen udah lama ini." Kita menyodorkan sebotol mineral padanya.

"Thanks, Bang. Gue juga bingung sendiri," ucap Atsumu lagi-lagi dengan pandangan kosong.

"Kalau butuh cerita gue siap dengerin," tawar Kita pada dirinya.

Last Night's World | atsuosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang