10. Perhentian.

75 8 3
                                    

832 words.
───────


Melihat layar ponselnya dengan sedikit terkejut, membuat jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat. Pernah tidak, membayangkan takut untuk bertemu dengan seseorang, tetapi orang tersebut malah menghampiri kita lebih dulu?

Itu posisi Atsumu saat ini.

Kosong, kok.

Oke bentar gue ke sana.

Oh iya, nitip jaket jeans gue dong Tsum.

Thanks.

Setelah kembali ke villa, Atsumu dengan menenteng jaket biru milik kembarannya itu, berjalan ke belakang gedung. Tempat yang Osamu maksud sedikit lebih tinggi, sehingga ia berjalan dengan sedikit menanjak.

Kemudian di sana lah ia sampai, melihat kembarannya itu, dengan sebuah rokok di tangannya, sedang bersenandung melihat pemandangan lampu kota di bawahnya.

"Paru-paru lu rusak," ujar Atsumu saat ia sudah berada di dekat adiknya itu.

"Harusnya lu ngomong sama diri sendiri."

Kemudian keduanya pun tertawa kecil dan Osamu menawarkan sebatang lagi pada kembarannya.

"Ngga. Gue udah tadi," balas Atsumu menyodorkan jaket yang ia bawa.

Malam itu sudah menunjukkan pukul 9. Hawa kaki gunung yang bukan main dingin terasa menembus kardigan kain yang ia kenakan. Namun, setelah melirik pemandangan yang sedari tadi diperhatikan Osamu, rasa dingin itu terkala hilang sedikit.

Lampu-lampu kuning dan putih terlihat dari kejauhan. Sebentar lagi akan banyak kembang api bermunculan dari sana, pikir Atsumu. Kemudian ia pun mengikuti kembarannya itu, duduk menghadap kota.

"Cape banget ga sih tahun ini?" ucap Osamu membuka obrolan.

Iya, Atsumu menjawab dalam hati.

"Kayak banyak banget yang gue laluin dalem setahun aja," ucap kembarannya lagi.

Namun, nyatanya memang benar. Bukan hanya Osamu, keduanya memiliki kesibukan masing-masing yang mereka tekuni dalam setahun terakhir. Dari mulai urusan perkuliahan, urusan pervolian, dan juga urusan organisasi serta kegiatan kampus lainnya.

"Gimana, jadi asisten dosen? Udah kerasan?" tanya Atsumu saat teringat kembarannya itu baru saja menjalani pekerjaan baru itu dalam beberapa bulan terakhir.

"Lumayan," balas Osamu menimbang-nimbang. "Lumayan capek, tapi gue enjoy, sih."

Atsumu pun mengangguk mengiyakan.

"Lu gimana? Urusan BEM udah kelar?" tanya Osamu balik.

"Tinggal laporan bulan depan. Untung Bang Kita banyak bantu gue."

"Oh iya," Osamu membulatkan bibirnya. "Akhir-akhir ini lu deket banget sama Bang Kita, ya?"

Atsumu pun hening sejenak.

Entah mengapa ia tidak ingin menjawab pertanyaan yang mungkin Osamu pun tidak membutuhkan jawabannya.

"Udah lama kita ga main—pergi bareng," ucap Osamu lagi. "Tahun depan harus lebih banyak cabut bareng kita hahahah."

"Iya," jawab Atsumu ikut terkekeh kecil. Ia mendengarkan kembarannya itu bercerita, tetapi sebenarnya pikirannya kosong. Ia hanya memandangi kota di bawah sana sambil sesekali berandai untuk tidak jadi membahas 'urusan' yang ia ingin bicarakan dengan kembarannya itu.

Namun, kini keduanya terdiam menatap pemandangan. Rokok di tangan Osamu pun sudah habis, yang kemudian ia injak dengan sepatu converse miliknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 26, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Last Night's World | atsuosaWhere stories live. Discover now