1. Perjalanan Hidup

48.2K 5.1K 186
                                    

Sudah dua belas tahun berlalu dan semua tanggung jawabku hampir selesai. Aku bekerja keras sejak aku menginjak umur tiga belas tahun, dimana keluarga kami ditimpa sebuah masalah yang membuat kami hampir kehilangan segalanya. Lalu ketika aku berumur delapan belas tahun, kedua orangtuaku yang sudah tidak sanggup lagi bertahan di tengah-tengah himpitan ekonomi, mereka memilih bunuh diri dan meninggalkan kami selamanya.

Mungkin yang ada di pikiran orangtuaku pada saat itu adalah bahwa aku sudah cukup dewasa untuk mempertanggung jawabkan ketujuh adikku. Itu adalah masa-masa kelam yang lelah dan sedih. Aku melakukan segala hal pekerjaan agar adik-adikku bisa makan dengan baik. Aku melakukan segalanya agar semua adikku bisa tetap bersekolah dan itu semua perjuanganku sendiri tanpa ada bantuan dari sanak saudara jauh.

Selama dua belas tahun itu aku sudah melakukan banyak hal, sudah bertemu dengan banyak jenis orang sehingga hanya dalam satu kali obrolan, aku sudah bisa menilai orang itu seperti apa.

Pekerjaanku selama lima tahun belakangan ini adalah menjadi seorang seketaris dari seniorku. Kami berdua bekerja bersama-sama sejak perusahaan ini baru di bangun hingga sekarang perusahaan itu semakin berkembang. Bahkan sebentar lagi perusahaan ini akan masuk ke dalam pasar saham karena seniorku alias CEO ku akan mengembangkan perusahaan ini semakin besar lagi.

Sekarang aku sudah berumur tiga puluh tahun namun aku masih belum memiliki pengalaman berpacaraan. Aku hanya mengetahui teorinya saja dan itu juga hasil dari novel yang aku baca. Aku terlalu berkonsentrasi membesarkan ketujuh adikku dan aku tidak pernah menyesal telah membuang masa-masa mudaku untuk mereka. Adik-adikku tumbuh dengan baik. Adik pertamaku sudah menjadi seorang dokter, adik ke duaku seorang polisi dan adik ketigaku baru saja lulus di sekolah pilotnya. Aku bangga pada mereka karna telah berhasil mencapai cita-cita mereka.

Sedangkan adikku si kembar yang keempat dan kelima saat ini sedang berada di semester akhir mereka untuk mendapatkan gelar sarjananya dan adikku yang ke enam baru saja masuk kuliah. Adikku yang ke enam ingin mengikuti langkah adikku yang pertama untuk menjadi seorang dokter dan adikku yang paling bungsu saat ini dalam masa pubertasnya dan lebih memilih menjadi seorang konten creator. Aku tidak masalah dengan keinginannya itu namun aku selalu mewajibkan semua adikku harus tamat high scholl. Jika mereka ingin lanjut ke perguruan tinggi, aku akan selalu mendukung itu.

Aku sudah memiliki tabungan pendidikan untuk keempat adikku yang paling kecil hingga mereka tamat perguruan tinggi. Aku bahkan menolak permintaan adik pertama dan keduaku yang ingin membantu biaya pendidikan mereka, karna aku merasa, ini semua adalah tanggung jawab yang harus aku selesaikan sendiri.

Aku di sekolahkan oleh orang tua kami hingga tamat high scholl, sedangkan adik-adikku sudah kehilangan orangtua kami sejak mereka kecil. Ini menjadi tanggung jawabku untuk membalas pemberian orangtuaku hingga aku tamat. Aku tidak peduli dengan perkataan orang-orang mengenai statusku yang hanya tamat high scholl saja, karna yang terpenting bagiku adalah adik-adikku bisa menggapai cita-cita mereka.

"Hei, mengapa kau masih di kantor? Sebaiknya kau pulang dan beristirahat. Mulai sekarang aku berjanji tidak akan membuatmu kelelahan lagi karna besok seketaris dua akan mulai bekerja" seniorku yang menjadi CEO tempat aku bekerja, membangunkanku dengan pelan. Yah entah mengapa hari ini aku merasa lebih lelah dari pada biasanya, padahal pekerjaanku kali ini tidak banyak seperti biasanya.

Masih dalam kondisi menahan kantuk, aku mulai membereskan barang-barangku. Jarak rumah dengan kantorku tidak terlalu jauh, sehingga aku cukup berjalan kaki saja untuk pulang. Adik-adikku, walau mereka sudah bekerja, mereka tidak mau meninggalkan rumah untuk tinggal di rumah mereka sendiri dengan alasan mereka ingin membahagiakanku dulu. Aku tidak mempermasalahkan hal itu, sebaliknya aku sangat bahagia karna kami masih bisa berkumpul bersama. Aku bisa berada di tempat ini juga karena kami bersama-sama melewati semua permasalahan itu.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, ketika aku meninggalkan kantor. Jalanan masih cukup ramai seperti biasanya. Hanya tubuhku yang terasa sangat lelah, padahal pekerjaan yang aku lakukan tidak terlalu banyak.

Selama di perjalanan, aku hanya berkonsentrasi dengan lelahnya tubuhku. Bahkan aku sudah merencanakan untuk meminta adik pertamaku untuk memeriksa kondisiku ketika aku sampai rumah nanti.

Namun...

Sebuah cahaya yang sangat menyilaukan menghadang tubuhku dengan keras, hingga suara debuman kencang itu membuatku bertanya-tanya, apakah tulang-tulang di tubuhku patah? Atau, apakah aku akan kehilangan semua kesadaranku dan Tuhan memintaku untuk kembali kepadanya, karna tanggung jawabku sebagai seorang kakak dan anak sulung telah selesai?

Entahlah.

Aku tidak ingin mencari tahu apapun itu, karna rasa ini terlalu nyaman. Kenyamana yang berhasil membuat mataku terpejam dan aku kehilangan seluruh fungsi dari panca indraku.

Tbc

Im Momma?    (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang