20. 6 : 6 Sale!

22.6K 4.7K 211
                                    

Aku menatap sendu telapak tanganku yang tampak lecet akibat pertarungan tadi. Tangan lembut Sarah kini terlihat kasar dan lecet di beberapa sisi. Pasalnya, selama pertarungan itu, aku memfokuskan kemarahanku pada genggamanku, sehingga bulir-bulir kayu yang ada di tongkat yang aku pegang berhasil melukaiku.

Hasil akhir pertarungan tidak sesuai ekspetasiku, karena ada orang lain yang berusaha ikut campur. Yah beginilah jika mereka punya kekuasaan. Hidupnya tidak akan berakhir saat itu juga.

Pekerjaanku akhir-akhir ini bertambah, karena orang yang menjadi kaki tanganku di luaran sana membawa banyak perusahaan yang menginginkan investasi. Pekerjaanku yang banyak hampir menyita waktu istirahatku. Hal seperti ini mengingatkan aku tentang masa laluku, dimana tidur selama dua jam adalah sebuah kemewahan.

Sekarang, aku membiasakan diri hanya tidur selama empat sampai lima jam saja. Ketika anak-anak sudah tertidur sejak pukul sembilan malam, disaat itulah aku baru mulai bekerja hingga pukul dua dini hari dan kemudian bangun pukul lima atau enam dini hari. Aku ingin anak-anak melihatku terakhir kali disaat mereka memejamkan mata mereka, dan melihatku pertama kali ketika mereka terbangun.

Aku menatap kosong ke arah gelas anggur yang ada di depanku. Itu hanya sebuah gelas anggur, tanpa ada wine di dalamnya, melainkan sebuah minuman redvelvet Milk yang di persiapkan oleh Dioz sebelumnya.

"Apa kau yang selalu bertugas di malam hari?" Aku bertanya tenang, ketika aku merasakan sebuah getaran di lantai balkonku, yang di balas sopan dan singkat olehnya.

Itu adalah orang yang sama dengan orang yang selalu menemaniku bekerja. Dia memang tidak melakukan apa-apa termasuk menggangguku. Dia hanya berdiri di tempatnya, lalu memperhatikanku dalam diam.

"Hari ini aku hampir membunuh seseorang di depan anak manisku" ucapku tiba-tiba. Yah, inilah sebenarnya yang sedari tadi ku butuhkan. Seorang teman berbicara yang memilih untuk mendengarkan saja tanpa mencoba ikut campur dan aku yang puas karena telah meluapkan amarahku seharian ini.

Aku tidak tahu apa pendapat Elam ketika melihat pertarunganku itu tadi, tapi satu hal yang selalu berusaha aku ubah, yaitu ketakutan anak-anak padaku kembali dan mencoba menjauhkan diri lagi.

"Dia melihat aku sedang mencoba membunuh seseorang. Jika tidak ada Lewis pada saat itu, mungkin aku akan membuat trauma terdalam pada dia" ucapku lagi dengan rasa bersalah. "Tapi aku juga marah pada atasanmu itu karena telah menghentikkan pertarungan dan membawa kekuasaan di pertaruangan ilegal seperti itu" emosiku langsung berubah drastis.

"Apa yang akan anda lakukan pada Lady Akbaw?" Ksatria itu bertanya setelah aku terdiam cukup lama.

"Memangnya menurutmu apa lagi? Sampah harus di masukkan ke dalam tong sampah. Jika saja Kaisar membiarkan dia begitu saja dan hanya memberikan hukuman biasa, saat itu juga, aku lah yang akan membunuh Kaisar" kecamku yang kembali marah.

"Kesalahan Lady Akbaw adalah penghinaan anggota keluarga kerajaan tapi yang anda lakukan saat ini sama halnya dengan yang di lakukan Lady Akbaw" ucap ksatria itu dengan tenang. Tidak ada nada mencela terdengar dari ucapannya.

"Siapa bilang aku membunuhnya sebagai bangsawan? Aku mengkencamnya sebagai seorang istri, sebagai wanitanya dan sebagai ibu dari anak yang telah di kecam itu. Lagi pula, memangnya orang gila butuh alasan untuk membunuh?" Ucapku sambil bertanya balik.

Benar, Sarah Seth adalah wanita gila, yang tidak selalu berlaku gila hanya untuk mendapatkan keinginannya, termasuk menjebak seorang Kaisar untuk menidurinya agar memiliki keturunan kaisar untuk menjadi penghubung hubungan mereka berdua. Sarah juga bahkan menyiksa ketiga anak-anaknya untuk menarik perhatian Kaisar, namun sayang, semua perbuatan gila itu tidak pernah di gubris oleh laki-laki itu. Semua cerita itu bukan rahasia umum lagi. Semua orang menghetahui hal itu, karena Sarah sendirilah yang menyebarluaskan berita itu. Itulah mengapa laki-laki itu mengasingkan Sarah ke sebuah mansion terpencil dan tidak membiarkan perempuan itu keluar dari tempat itu.

"Anda bahkan dulu menyiksa anak-anak anda, tapi mengapa anda berubah menjadi orang yang paling peduli pada mereka? Maaf jika saya bertanya hal kasar seperti ini, karena memamg itu lah kenyataannya" ujar ksatria itu dengan berani.

Inginnya sih aku menjawab karena aku bukan Sarah Seth yang asli, melainkan seorang pendatang dari dunia lain, sebuah dunia berteknologi canggih dan modren. Sarah Seth yang dulu mungkin gila, tapi aku tidak. Aku masih menyayangi nyawaku dan misiku untuk membesarkan ketiga anak itu belum tercapai.

"Apa kau mengenal aku dengan baik? Karena aku saja masih tidak mengenali diriku siapa. Tidak ada orang yang tahu bagaimana masa depannya sebelum mereka melaluinya sendiri. Ketika aku terobsesi dengan perasaanku sendiri pada dia, mungkin aku akan kehilangan mereka untuk selamanya. Dia hanyalah orang asing yang ku coba untuk memasukannya ke dalam hidupku, namun anak-anak lah yang akan menjadi masa depanku nantinya. Anak-anak yang akan menemaniku nanti karena kami saling terikan, jiwa dan batin" jawabku yang tidak sepenuhnya berbohong.

"Aku bahkan sekarang memiliki niatan untuk bercerai dengan Kaisar kalian dan pergi dari tempat ini. Aku menginginkan hidup kedamaian bersama anak-anak, dan bukannya hidup penuh perjuangan di tempat semua orang menginginkan kekuasaan" ucapku melanjutkan perkataanku hingga membuat ksatria yang di depanku terlihat terkejut.

Aku bisa mendengar deru nafasnya yang sedikit cepat karena mendengar ucapanku tadi.

"Anda tidak akan bisa meninggalkan Kaisar karena perempuan yang ceraikan oleh kaisar sudah tidak memiliki harga lagi. Mereka bahkan cederung lebih memilih tinggal di dalam rumah selamanya, karena tidak akan ada laki-laki yang melirik mereka dan para wanita akan mencemoh mereka" jelas ksatria itu tiba-tiba berbicara panjang yang terdengar seperti omong kosong di telingaku.

"Tidak masalah, aku hanya perlu menyikirkan orang yang menggangguku. Ini giliranku untuk membuang mereka terlebih dahulu!" Kecamku dingin.

Lalu kami berdua kembali terdiam lagi dan tidak beberapa lama kemudian, ksatria itu berdehm untuk menarik perhatianku.

"Tapi sayangnya Lady, anda sudah terlambat melarikan diri karena Anda berhasil menarik perhatian Kaisar. Beliau pasti tidak akan melepaskan anda!" ucap ksatria itu dengan nada penuh kerahasian.

Tbc

Vote 1.1K, kita update malam ini!@

Im Momma?    (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang