16. Dibalik Hujan (2)

66 48 55
                                    

Cerita ini sengaja disusun berkaitan masing-masing chapternya, sehingga memudahkan pembaca dalam memahami alur cerita.
Semoga harimu menyenangkan!
.
.
.

Setelah dirasa kondisi terkendali, mereka menghentikan pelarian dan beristirahat di sebuah pos ronda.

"Makasih ya kamu sudah bantuin aku kabur dari orang itu," ucap April pada gadis dihadapannya.

"Iya, sama-sama, Pril," sahut lawan bicaranya, membuat April bingung.

"Kok kamu tahu namaku?" Tanya April terhadap gadis yang dari tadi memakai masker.

"Ya jelas tahu, dong," jawab gadis itu sambil membuka maskernya yang sudah kuyup oleh hujan.

"Vriska?"

"Iya, Pril. Ini aku," sahut Vriska dengan senyuman yang mekar dibibirnya.

April langsung memeluk erat sahabatnya itu. Ia sangat merindukan moment bersama sahabatnya yang satu ini. Karena setelah pertikaian beberapa waktu lalu, mereka tak saling tegur sapa. 

"Makasih, Vris. Aku kangen banget sama kamu," tutur April dengan tersedu-sedu.

"Sama-sama, Pril. Aku juga kangen banget sama kamu. Sudah lama aku mengharapkan moment ini terjadi. Moment kita baikan dan sahabatan lagi." Kalimat Vriska semakin memecah emosi April. Air mata tak henti-hentinya mengalir.

"Maafin aku ya selama ini nggak jujur ke kamu kalau sebenarnya aku sahabatan sama Juli," mohon April pada Vriska.

"Yang harusnya minta maaf itu, aku. Ngapain coba aku malah marah-marah sama kamu. Kamu boleh bersahabat sama siapa aja, Pril. Bahkan kalau memang kamu suka sama Juli, kenapa nggak jadian aja, sih?" Kalimat Vriska membuat tangis April semakin membuncah.

"Nggak papa nangis aja, Pril. Lepasin emosi kamu, biar habis ini jadi lebih tenang," pesan Vriska sambil mengusap punggung April dengan lembut.

Cakrawala semakin meredup hendak diterkam oleh gelapnya malam. Dua gadis malang ini belum juga kembali ke kediamannya masing-masing. Mereka masih berada di pos ronda itu. Berbagai macam topik diperbincangkan keduanya, topik tentang perseteruan April dan Juli pun tak luput menjadi sorotan. April menjelaskan pada Vriska bahwa Ia telah dituduh melakukan hal keji bersama Bondan saat di hotel waktu itu. Padahal sebenarnya April dan Bondan pergi ke tempat itu hanya untuk makan bersama. Mungkin saja ada orang lain yang sengaja memanipulasi fakta untuk menodai nama April di depan Juli. April sempat berpikir bahwa itu ulah Diana, tapi April masih belum menemukan bukti kalau itu benar-benar ulah sahabatnya.

Vriska beranjak dari posisi duduknya dan mengajak April untuk pulang. April pun berdiri lalu tersungkur ke tanah. Sontak hal itu membuat Vriska panik.

"Kamu kenapa, Pril?" Resah Vriska sambil membantu April kembali berdiri.

"Nggak papa, biasalah darah rendah," balas April sambil memegangi kepalanya.

"Ya ampun, kamu bikin aku kaget aja. Pasti kamu belum makan, iya kan?"

"Tahu aja kamu." April menjawabnya dengan senyuman yang hampir pudar.

"Ya sudah kita cari makan dulu, ya. Di depan gang sana ada kedai mie ayam, gimana kalau kita makan di sana aja?" Tawar Vriska.

"Boleh tuh."

Keduanya berjalan beriringan menuju kedai mie ayam yang dimaksud oleh Vriska.

Di sisi bumi yang lain, telah terjadi perkelahian yang cukup serius antara Bondan dan Juli. Setelah April memutuskan untuk kabur, Bondan tak langsung menyusulnya. Laki-laki itu mencari tahu alasan mengapa April bertindak seperti itu.

April dan JuliWhere stories live. Discover now