23. Suara Dibalik Telepon

56 31 80
                                    

Kencangkan sabuk pengaman, kita akan segera mendarat.
Harap tetap tenang!

Chapter ini mengandung unsur 18+
Harap bijak dalam memilih bacaan.
Selamat membaca!
.
.
.

Jalanan Kota Banjarmasin sore ini dipadati oleh pengendara sepeda motor. Lampu merah terasa sangat lamban berganti hijau. Bus yang ditumpangi Juli terhimpit oleh banyaknya kendaraan roda dua di depan dan belakang. Hal ini tentu saja memperlambat Juli untuk sampai ke sekolah.

Akhirnya karena menunggu terlalu lama di dalam bus, Juli memilih untuk turun dan mencari ojek online saja. Laki-laki itu meraba saku depan dan belakang celananya, tapi Ia tak menemukan handphone yang dicarinya.

Ia berpikir mungkin handphonenya sudah berada di tas. Kemudian Ia melihat sekeliling, kebetulan ada pangkalan ojek di dekat sana. Ia berlari menuju tempat itu.

"Bang, ojek!" Ujarnya setelah sampai di pangkalan itu.

"Siap. Mau diantar kemana, Dek?" Tanya abang ojek.

"Ke SMA Tunas Banua."

"Berangkat!" Ojek itu pun melesat menuju tempat tujuan.

~~~

Setelah menempuh belasan kilometer akhirnya motor yang ditumpangi Juli mendarat dengan selamat di depan gerbang SMA Tunas Banua.

"Ini uangnya, kembaliannya buat abang aja," Juli menyerahkan selembar uang kertas berwarna biru kepada tukang ojek itu.

"Serius, Dek? Ini kebanyakan," kata tukang ojek itu merasa tidak enak.

"Iya, nggak papa. Makasih ya, Bang. Saya buru-buru, permisi."

Usai menyelesaikan dialog itu, Juli pun berlari menuju parkiran untuk mengambil motor merah besar kesayangannya. Ia ingin segera mungkin sampai ke rumah. Untuk memastikan situasi di rumahnya baik-baik saja, sebab saat ditelepon tadi ayahnya terdengar sedang panik. Entah apa penyebabnya.

~~~

Sabtu

18.55

Senja mulai sirna, diterkam ganasnya malam yang membuat langit terlihat redup. Beruntung ratusan pelita ibu kota telah dinyalakan, membuat Kota Banjarmasin kembali menyala.

Bisingnya kendaraan yang berlalu lalang, tak membuyarkan kekhusyukan tiga orang gadis yang sedang melaksanakan salat maghrib bersama. Malam ini Vriska dan Nara menginap di kediaman April. Mereka bertiga berencana mengadakan party kecil-kecilan karrna 1 rencana mereka berhasil terealisasikan.

Ketiga manusia itu sengaja tidak mengajak Diana, karena hubungan persahabatan mereka dengan gadis itu memang sudah tidak seharmonis dahulu. Lagi pula, bukan party namanya, jika Diana ikut bergabung di sini.

Selesai salat, mereka menuju dapur untuk memasak menu makan malam. Kebetulan April sudah mempersiapkan segala macam bahan yang diperlukan. Dari bahan yang tersedia, tampaknya April ingin memasak nasi goreng sosis dan ayam goreng saus tiram. Kedua menu ini adalah menu andalan yang biasa April hidangkan saat di rumah.

"Kita bagi tugas, biar cepat selesai. Aku potong-potong bawang, Vriska potong ayamnya jadi kecil-kecil, terus Nara potong sosis jadi kecil-kecil juga, ya!" Ujar April mengomando.

"Siap, Bu bos!" Vriska dan Nara kompak menyahut dengan gestur seperti bocah yang sedang hormat pada saat upacara bendera.

"Sosisnya di potong jadi bulat atau kotak-kotak? Panjang atau pendek?" Tanya Nara polos.

"Potong segitiga aja, tapi panjang. Soalnya sosis yang panjang itu lebih enak" cibir Vriska asal.

"Oke, segitiga panjang, ya?" sahut Nara sambil mengangkat jempol kanannya.

April dan JuliWhere stories live. Discover now