Lembar Ke-27

153 15 3
                                    

Setelah kurang lebih tiga hari Mavi harus bersabar berada di rumah sakit, hari ini dia sudah bisa masuk kembali ke sekolah. Walaupun kepalanya masih sering terasa sakit tapi dia sebisa mungkin menahannya. Setidaknya hanya butuh satu bulan lagi sebelum dia harus menyerah dan membiarkan kakak laki-lakinya membedah kepalanya, setidaknya itulah rencananya selama ini.

"Lo udah masuk aja." Kata Bintang yang memasuki kelas.

"Mau ngapain lama-lama di rumah sakit? Bentar lagi ujian, gue gak punya banyak waktu bareng kalian." Ucap Mavi sambil menaruh tasnya.

"Gak ada Pr kan, ya?" Tanya Mavi.

"Gak ada, sekarang jadwalnya ulangan harian fisika." Jawab Bintang. Mavi hanya mengangguk, dia tidak perlu banyak belajar lagi, baginya rumus-rumus itu sudah seperti temannya sendiri.

Brakk...

Suara kencang itu langsung membuat penghuni kelas terkejut, termasuk Bintang dan Mavi. Di depan kelas sudah terlihat Abim yang sedang berusaha berdiri, rupanya suara kencang tadi berasal dari jatuhnya laki-laki itu.

"Masih pagi, temen lo udah atraksi aja." Kata Mavi.

"Biarin aja lah. Daripada atraksinya lebih parah dari ini." Rasanya Bintang juga sudah lelah dengan keajaiban tingkah laku Abim.

"Ulangan fisika! Gue belom belajar!" Ujar Abim yang baru saja duduk di kursi samping Mavi.

"Biasanya juga lo gak belajar, Bim. Santai aja, di samping lo kan ada Mavi." Kata Bintang.

"Oh iyaa, ngapain gue takut ya?"

"Gue gak bakal kasih lo jawaban." Ujar Mavi.

Abim langsung menoleh pada temannya itu dan menatap dengan tatapan memohon. Mereka bertiga menghabiskan waktu sebelum bel berbunyi dengan Abim yang merengek meminta kunci jawaban untuk ujian nanti.

📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖

Disinilah Mavi, duduk di perpustakaan dengan buku catatan yang biasa dia bawa. Walau kadang masih di ledek teman-temannya terlebih Abim, dia berkata jika Mavi menulis diary seperti anak perempuan kelas tiga SD.

Suasana perpustakaan yang tenang mengurangi rasa sakit kepala Mavi, setidaknya tidak ada yang mengajaknya berbicara.

"Mavi.." suara seseorang mengagetkan Mavi yang sedang terhanyut dalam tulisannya, laki-laki itu langsung menoleh ke sumber suara.

Dia tersenyum setelah mengetahui siapa yang memanggilnya, menarik kursi disampingnya dan meminta orang itu untuk duduk disana setelah itu melanjutkan tulisannya.

"Kamu nulis lagi?" Tanya orang itu, Mavi menjawabnya dengan anggukan. Merasa Mavi sedang tidak ingin diganggu akhirnya orang tersebut berhenti bertanya dan mengeluarkan ponselnya untuk mendengarkan musik.

Sudah hampir lima menit mereka saling sibuk dengan kegiatan masing-masing, Mavi dengan bukunya dan orang tersebut dengan airpod yang tersumpal di telinganya, mendengarkan musik.

"Masih sisa sepuluh menit lagi buat makan. Kamu belum makan kan, Re?" Mavi bertanya dengan lembut sambil menutup bukunya dan melepaskan sebelah airpod Rhea.

Ya, orang yang sedari tadi menemaninya memang Rhea. Gadis itu begitu sabar menemani Mavi yang menulis entah apa.

"Aku belum laper, kayanya kamu aja deh yang makan. Kamu harus minum obat. Ayo ke kantin! Udah selesai nulisnya, kan?" Kata Rhea.

Mavi tersenyum dan menerima uluran tangan Rhea, keduanya meninggalkan perpustakaan.

"Kayanya dari dulu aku sering liat kamu nulis di buku itu. Itu buku apa sih?" Tanya Rhea bingung.

Maviandra ✓Where stories live. Discover now