12. Pesan Mama [l/c]

895 84 0
                                    

Ibu hamil itu kini sedang berjalan di samping ibu mertuanya yang masih berceloteh ria. Onika, sang ibu hamil yang siang itu memakai gaun hamil berwarna biru safirnya nampak begitu feminim. Tubuhnya pun kelihatan lebih putih bersih daripada biasanya karena baru selesai perawatan bersama ibu mertuanya.

"Ni, kamu udah lapar? Gimana kalau kita makan di sini aja?" tanya Mama Diah pada menantu yang selama ini ia sudah anggap seperti anak sendiri.

Onika melihat ke arah kanan dan kirinya. Ia membaca nama restoran dan menggeleng. "Kita pulang aja, Ma. Fradel juga kan nunggu kita di mobil. Dia pasti udah marah-marah karena kita kelamaan di dalam Mall."

Mama Diah mengedikan bahu tak peduli. "Salah dia enggak mau ikut masuk. Paling juga dia udah muter-muter Mall sendiri. Udah biarin aja! Ayo kita makan dulu."

Onika terpaksa mengikuti Mama Diah, saat ibu mertuanya memasuki restoran yang menjual aneka makanan berkuah. Mama Diah memang menyukai makanan berkuah yang cukup berminyak seperti Empal Asem asal Cirebon. Menurut Mama, rasa Empal itu cukup unik dan sesuai dengan seleranya selama ini.

Akhirnya setelah menunggu beberapa waktu, makanan mereka datang. Mama Diah terlihat penuh suka cita lalu memakan salah satu menu makanan kesukaannya. "Enak, Ni. Ayo kamu juga makan!"

Onika melihat piring dan mencicipi. Tak buruk, pikir Onika lalu melihat Mama Diah yang memulai percakapan lagi.

"Mama denger dari Papa, Fradel akhirnya mau ambil alih jabatan Papa suatu saat nanti. Kamu pasti yang udah bujukin anak nakal itu kan?"

Onika yang tak tahu apa-apa hanya menatap ibu mertuanya bingung.

Mama Diah yang mengerti arti ekspresi menantunya kembali melanjutkan bicaranya. "Onika belum tahu? Fradel kan dari dulu enggak mau kalau disuruh kerja di perusahaan Papanya. Katanya sih dia mau usaha sendiri. Tapi meskipun begitu Papa setiap bulan kasih uang jajan cukup sih buat Fradel."

"Kalau itu aku tahu, Ma. Kita kan sahabatan jadi tahu kalau masalah uang jajan," gumam Onika santai. Ia bahkan ingat bagaimana Fradel yang uang jajannya sehari sama dengan uang jajannya 2 minggu. Jadi beberapa kesempatan yang terlampau sering, Fradel kerap mentraktirnya dan beberapa temannya.

"Pokoknya Mama seneng waktu denger berita itu dari Papa. Tapi bisa jadi juga Fradel mau menerima tawaran Papa karena kamu dan calon bayi kalian. Fradel pasti merasa bertanggung jawab akan kehidupan kalian di masa depan."

Onika tersenyum tipis mendengar penuturan ibu mertuanya. Meski begitu Onika berharap apa yang diucapkan Mama Diah adalah kenyataan dan bukan sekedar pendapat saja.

"Oni, Mama boleh tanya sesuatu ke kamu?"

Onika yang sedang memakan nasinya terlihat terburu mengunyah lalu menelan makanan yang ada di mulutnya. Ia mengambil air mineralnya lalu bertanya pada Mama Diah yang membuatnya penasaran. "Tanya apa, Ma?"

Mama Diah terkekeh sebentar lalu menatap intens Onika. Seolah ingin mendalami ekspresi wajah lawan bicaranya dan tak memberinya kesempatan untuknya berbohong sekecil apapun. "Apa Onika sebenarnya sudah mencintai Fradel sebagai sosok pasangan hidup?"

Perlahan mata Onika meredup, membuat Mama Diah yang sudah siap dengan setiap jawaban dari menantunya sekaligus sahabat kecil anaknya yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri itu tersenyum muram.

"Mama paham perasaan cinta enggak akan pernah bisa dipaksakan. Pasti sulit menerima keputusan sepihak Fradel. Tapi Mama yakin, Fradel bisa buat Onika bahagia. Onika juga harus mulai belajar mencintai Fradel ya? Mama percaya, Fradel mencintai Onika setulus hati."

Onika menunduk dalam saat mengangguk menyetujui permintaan Mama Diah. Ia yakin tak akan sulit mencintai Fradel setulus hatinya. Apalagi pria itu juga mencintainya. Karena yang dibutuhkannya hanya waktu untuk kembali mencintai.

💔💔💔

SUPERFICIAL LOVE [ONIKA & FRADEL] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang