Prolog

364 52 25
                                    

Donghyuck merupakan musuh terbesar Minhyung. Mereka telah mengenal satu sama lain sejak umurnya tujuh tahun dan Donghyuck berumur enam tahun.

Minhyung adalah pria yang konsisten bahkan sejak ia masih kecil. Ia telah membenci Donghyuck sejak umurnya sembilan tahun hingga saat ini ia berumur dua puluh tiga tahun. Ia berencana membawa prinsipnya itu sampai ke liang lahatnya.

Sampai suatu ketika Minhyung mendengar suara desahan yang familiar di toilet kampusnya. Seharusnya itu hanyalah suara desahan biasa yang menjijikan dan tidak berarti apa pun baginya. Mungkin seseorang terlalu terangsang dan tidak sabaran sehingga mereka memutuskan untuk melakukan sesuatu yang tidak pantas di area kampus. Dan itu bukan urusan Minhyung sama sekali.

Ia dengan tergesa mencuci tangannya supaya bisa cepat pergi dari sana, tetapi ketika ia hendak melangkahkan kakinya keluar pada saat itulah ia benar-benar menyadari bahwa ia mengenal suara si lelaki mesum.

"Aduh." Teriaknya dari salah satu bilik yang tertutup yang Minhyung yakini terdapat Donghyuck di dalam sana.

Minhyung sejujurnya tidak perlu merasa penasaran dan seharusnya pergi dari toilet dengan cepat. Tetapi melihat hanya ada sepasang kaki di bawah pintu bilik itu membuat Minhyung menyeringai.

Ia melipat tangannya di atas dada dan bersandar pada wastafel di belakangnya. Minhyung akan menunggu dengan sabar.

"Apakah kau baru saja bersenang-senang di dalam sana sendirian?" Ejek Minhyung begitu pintu bilik toilet terbuka.

Donghyuck terbelalak kaget melihat pemandangan di hadapannya, tetapi hal itu tidak berlangsung lama dan ia dengan cepat mengubah ekspresinya lalu tersenyum miring pada Minhyung.

"Apa kau penasaran?" Tanya Donghyuck dengan nada suaranya yang terdengar ringan.

"Dasar pelacur." Mark menghardik dengan kasar.

Donghyuck tertawa mendengar label yang baru saja Minhyung berikan padanya. "Haruskah aku memasukkan koin ini ke dalam lubang pantatku kalau begitu?" Tanyanya dengan santai, ia mengambil sebuah koin dari saku celananya dan mengacungkannya ke wajah Minhyung. "Karena aku adalah pelacur. Setidaknya aku harus membayar diriku sendiri karena sangat puas dengan permainannya." Lanjutnya sambil menjilat bibirnya dan menatap pantulan wajah Minhyung dari cermin.

Alih-alih merasa kesal, Donghyuck mengikuti permainan Minhyung. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, itu membuat Minhyung tidak puas. Dan hal itu juga yang paling dibenci oleh Minhyung. Donghyuck yang tenang serta tidak mudah terpancing, ia selalu memiliki seribu satu cara untuk membuat Minhyung marah dan kewalahan. Seolah di dalam tubuhnya tersimpan DNA tambahan hanya untuk mencaci Mark dengan semua kalimat sarkasmenya.

"Kau benar-benar lelaki murahan."

Donghyuck terkekeh, "kau benar. Koin ini terlalu kecil nilainya dibandingkan dengan apa yang telah lubang pantatku lalui sebelumnya." Kicaunya. "Tetapi kenapa kau begitu marah?" Ia mencuci tangannya di wastafel dengan santai dan tanpa terburu-buru. Dan tanpa sadar Minhyung memperhatikan itu semua.

Minhyung mendengus, kini ia terlihat kekanakan dan ia sangat benci mengakui bahwa dirinya kalah. Donghyuck sama sekali tidak terpengaruh dengan mudah, dan ia terlihat tidak berusaha cukup keras untuk membuat Minhyung kesal.

"Tidakkah kau memiliki harga diri karena melakukannya di area kampus? Apa kau tidak bisa menyimpan pantat serta semangatmu sampai di rumah nanti?"

Donghyuck tertawa pelan, "kau bisa melaporkanku pada dekan jika itu membuatmu senang. Karena peduli setan, siapa yang akan percaya? Kau bahkan tidak memiliki bukti sama sekali."

"Mungkin jalang bukan hal yang tepat untuk kusematkan padamu." Minhyung akhirnya mengangguk mengerti. Sekarang ia memiliki rencana lain untuk membungkam Donghyuck. "Kau memang seorang hypersex."

Donghyuck telah selesai mencuci tangannya dan ia memilih untuk mengabaikan Mark. Setelah mengeringkan tangannya ia dengan cepat berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.

Mark yang melihat hal itu langsung berjalan mendahului Donghyuck lalu mengunci pintu toilet sebelum lelaki itu bisa keluar.

"Apa-apaan?" Teriak Donghyuck.

"Aku memiliki koin lain." Minhyung tersenyum mengejek. "Haruskah aku bermain? Dan kau tidak perlu dildo untuk meredam gairahmu." Mungkin ini adalah rencana terbaik yang pernah pria itu buat untuk bermain-main dengan Donghyuck.

"Aku bukan pelacur." Jawab Haechan, mencoba untuk tetap tenang.

"Tidak masalah." Balas Minhyung. "Berhubungan seks denganmu tidak ada bedanya."

Donghyuck tertawa dengan keras. Tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia memang telah lama menganggap pria di hadapannya ini gila, tetapi Donghyuck tidak pernah mengira Minhyung segila ini.

"Menyingkir sajalah, aku tidak memiliki banyak waktu, woahㅡ"

Minhyung mengangkat tubuh ringan Donghyuck untuk menghentikan celotehan lelaki itu lalu mendudukkannya di atas wastafel. Minhyung bahkan dengan lancang meremas bokong lelaki itu dengan kuat hingga Donghyuck memekik. "Aku tidak mau berhubungan seks denganmu." Lelaki itu mendesis.

Entah apa yang merasuki Minhyung saat itu, ia tidak peduli. Satu-satunya yang ingin dilakukannya adalah menyodok lubang anal Donghyuck hingga lelaki keras kepala itu menangis di bawah kuasanya.

"Have you ever heard angry sex is the best sex?" Tanya Mark dengan ekspresi culas.

Donghyuck menatap Minhyung dengan nyalang tetapi tetap membungkam mulutnya. "Aku memiliki penawaran bagus untukmu, karena kita sangat beruntung hingga berada di situasi yang sama."

"Sinting." Sinis Donghyuck.

"Bagus. Karena aku juga sangat penasaran dan ingin melakukannya." Mark mengabaikan protesan Donghyuck dan tanpa ragu menarik celana lelaki itu hingga terlepas bahkan Donghyuck hampir terjatuh dari atas wastafel.

"Aku tidak sabar memasukkan penisku ke dalam lubangmu sambil melihat ekspresi jalangmu, Hyuckie."

[]

3823

My Little NemesisWhere stories live. Discover now