Chapter 1

230 35 4
                                    

Minhyung kecil merengek pada kedua orang tuanya ketika ia mendengar bahwa mereka akan pindah rumah. Ia mengerucutkan bibirnya dan merajuk sepanjang hari.

"Tapi, ayah aku baru satu semester dan masih menyesuaikan diri di sekolah baruku." Minhyung mencebik sambil menatap sang ayah dan ibu dengan tatapan memohon.

"Aku bahkan harus berpisah dengan teman-temanku yang dulu satu TK. Aku tidak mau harus berganti sekolah dasar dan kembali beradaptasi, aku masih terlalu kecil untuk menghadapi masalah sebesar ini." Tambahnya, Minhyung sudah sangat dekat untuk menangis.

Ayah terkekeh dan mengusap kepala putranya dengan sayang. "Tapi ayah tidak bisa menolak tawaran ini sayang. Kau nantinya akan menyukai Seoul. Jangan khawatir dengan teman baru, kau pasti akan mendapatkannya dengan mudah. Putra ayah 'kan pintar." Ayah berusaha membujuk putra kecilnya.

"Ibuu.." sekarang Minhyung berganti merengek pada ibunya.

"Kakakmu masih sekolah di tempat yang sama denganmu. Kau bisa berangkat bersamanya untuk beberapa waktu sampai menemukan teman barumu." Ibu memberikan sebuah pencerahan dan berharap supaya putranya tidak terlalu khawatir.

"Tetapi kakak menyebalkan, ia menyebutku bayi dan tidak mau menemaniku. Lagipula bagaimana nanti jika di sekolah aku dirundung karena harus selalu bersama kakak terus. Pokoknya aku tidak mau pindah!" Mark tetap dengan pendiriannya yang keras kepala.

"Nah bagus, kakak setuju. Lebih baik kita berpura-pura untuk tidak saling mengenal." Ujar Sooyoung menjahili sang adik.

"Buu." Minhyung merengek semakin keras.

"Kak, ibu dan ayah ingin kau menjaga adikmu. Jangan terlalu keras padanya dan berhenti menjahilinya." Ayah memberitahu kakak dengan suara lembutnya.

Tetapi kakak sepertinya tidak menyerah, ia malah mengelitiki pinggang Minhyung sampai pria kecil itu menangis.

"Ha, tidak mungkin." Sooyoung tertawa dengan keras. "Tapi kau tidak perlu khawatir adik kecil, kakak tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu karena hanya kakak lah yang boleh melakukannya." Tambahnya dengan suara membahana yang dibuat semenyeramkan mungkin.

.
.

Pada akhirnya Minhyung harus pasrah dan mengikuti kedua orang tuanya pindah. Ia duduk di jok belakang mobilnya bersama sang kakak perempuan yang berumur tiga tahun lebih tua darinya.

Sang kakak terlihat sangat nyaman dengan perjalanan ini. Ia mendengarkan musik dari Ipodnya sambil sesekali menari dengan kedua tangannya dan tanpa lupa mencubit atau mengelitiki pinggang Minhyung hingga anak kecil itu marah atau menangis.

Perjalanan menuju Seoulㅡrumah barunya, memakan waktu sekitar empat jam dan mereka sampai pada sore hari. Pantat Minhyung rasanya seperti habis tak bersisa menempel pada jok mobil. Lututnya kram dan ia merasa kesal pada seluruh anggota keluarganya.

Truk pengangkut barang-barang mereka telah dibuka, ia dengan bosan duduk di depan trotoar sambil melihat beberapa pekerja menurunkan barang-barang mereka.

"Apakah kau ingin melihat kamar barumu?" Ibu datang menghampiri Minhyung yang masih menekuk wajahnya untuk menghibur putranya itu. Minhyung menggeleng dengan keras, ia benci berada di sana dan melihat rumah barunya.

"Akuㅡ"

"Hai, kalian." Seorang ibu muda menghampiri mereka bersama anak kecil mungkin seumuran dengan Minhyung berjalan dengan penuh percaya diri di sisi ibunya.

"Aku Yuri." Wanita muda itu memperkenalkan dirinya.

"Hai." Anak kecil itu ikut menyapa.

"Halo, kami tetangga baru kalian." Ibu menyalami wanita muda yang ramah itu dan menjawil hidung mungil putranya. "Perkenalkan, aku Yoona." Ibu menyalami bibi Yuri yang menurut Minhyung terlihat cantik.

My Little NemesisWhere stories live. Discover now