Chapter 3

137 30 8
                                    

Kehidupan Minhyung praktis berubah seratus delapan puluh derajat dalam semalam setelah ia memutuskan untuk berhenti berteman dengan Donghyuck. Memang menghindari lelaki kecil itu bukanlah hal yang mudah baginya, karena Donghyuck hampir ada di mana pun Minhyung berada.

Satu-satunya hal yang Minhyung syukuri atau mungkin sesali adalah Donghyuck mengikuti permainan Minhyung dengan baik. Setelah melihatnya beberapa kali menghindari Donghyuck, lelaki kecil itu mulai mengerti dan ia melakukan hal yang sama pada Minhyung.

Memori mengenai masa kecilnya mengabur dengan cepat. Dalam satu waktu ia sudah kelas enam dan siap untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnyaㅡSMP. Dan itu artinya ia memulai hidup barunya dan meninggalkan masa kanak-kanaknya menuju masa remaja.

Kenangan mengenai Donghyuck ia simpan dengan rapih jauh di dasar hatinya, dan kini Minhyung hampir tidak mengingatnya lagi. Donghyuck hanya lah tetangganya yang jarang ia temui dan adik kelasnya yang masih tertinggal di sekolah dasar. Pada tahap ini, Donghyuck sudah menjadi orang lain dikehidupan Minhyung.

Sebenarnya kedua orang tuanya beberapa kali menanyakan mengenai hubungannya dengan Donghyuck, tetapi Mark menjawab mereka baik-baik saja. Ia beralasan jika semakin mereka besar, jalan pikiran serta keinginan mereka sudah tidak sama lagi. Dan mereka memutuskan untuk berpisah dan menjadi teman biasa.

"Wow, lihat putra ibu sekarang sudah menjadi siswa SMP." Ibu tersenyum sambil menyeka sudut matanya.

"Dan seorang remaja, eewhh.." kakak perempuannya ikut menyahut.

Ibu memutar bola matanya dengan jengkel tetapi ia tidak mengatakan apapun pada putri sulungnya. "Kau bahkan sekarang memakai seragam. Minhyungku sangat tampan dengan seragam sekolah barunya."

Minhyung terkekeh kecil dan menikmati usapan lembut sang ibu dipipinya. "Ibu harap kau menjadi pria muda yang baik. Ibu ingin kau selalu menjaga dirimu. Dan jangan biarkan orang lain juga merendahkanmu." Ibu memberi sedikit nasihat.

Minhyung mengangguk pada ibu sambil tersenyum. "Aku akan menjadi anak yang baik untuk ibu dan ayah. Aku tidak akan pernah mengecewakan kalian." Ujarnya.

"Pfft.." kakak perempuannya yang ada di sana menyahuti dengan sebuah ejekan. "Kau? Semoga saja." Katanya.

Minhyung mendelik tidak terima dan sudah siap untuk melemparkan pukulan main-main untuk sang kakak. Namun gerakannya dihentikan oleh ibu. "Kau sudah besar sekarang, sayang. Tidak boleh bertengkar lagi dengan kakakmu apalagi memukulnya. Kau laki-laki." Ibu memperingatkan.

Minhyung hanya mendengus dengan kasar, lalu ia mengambil sarapannya yang hanya roti isi dengan tergesa karena ayah telah memanggilnya.

"Aku berangkat, bu." Pamit Minhyung. Lalu ibu membalasnya dengan sebuah pelukan singkat dan mengantar putranya ke mobil.

"Kakak, akan berangkat dengan ayah?" Tanya ibu.

Kakak menggeleng pelan. "Aku akan berangkat dengan Youngho oppa. Dia sudah menungguku." Jawab kakak.

"Kalian berkencan?" Minhyung KEPO.

"Dih, banyak tanya." Kakak mendecih pada Minhyung. "Kami bersahabat."

"Friendzone." Ejek Minhyung sambil tertawa dengan keras. "Tapi, memang kau tidak ada bagus-bagusnya untuk dijadikan pacar. Youngho hyung memiliki selera yang bagus."

Kakak menghampiri Mark yang masih berdiri di samping mobil dan mendorong adiknya dengan keras membuat remaja pria itu tersandung kakinya. "Memang kau lebih baik? Di banding dengan adik tidak berguna sepertimu, aku memilih memiliki kakak lelaki seperti Youngho oppa yang bisa diandalkan, yang bisa menjaga diriku dan bertingkah seperti pria dewasa yang sesungguhnya. Sementara kau pria kecil yang tidak bisa berhenti bertingkah kekanakan. Jika kau merasa iri karena tidak bisa menjaga persahabatanmu dengan Donghyuck, jangan menyalahkanku, bocah." Bisik kakak ditelinga Minhyung dengan tajam, sambil memberikan tatapan sinis. Membuatnya menelan ludahnya dengan kasar.

My Little NemesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang