5. Ambisi

858 53 0
                                    

Jisoo berdecak kesal mendengar semua cerita Jennie, ia benar-benar tidak habis fikir bagaimana artisnya ini melakukan semua hal diluar nalar seperti itu. Ia meletakkan kedua tangan di atas tabnya, menatap Jennie sambil menyipitkan mata.

"Kau yakin dia sedang tidak mabuk saat melakukannya?"

Jennie tersenyum, kemudian menggeleng pelan, "Sepertinya tidak, dan seharusnya tidak, aku tidak mencium alkohol dari bibirnya, kau tau" Ia mendekatkan bibirnya ke arah telinga Jisoo, "Bibirnya manis, sangat manis"

"Cih!! jauh jauh kau"

Jisoo mengibaskan tangannya ke arah Jennie, ia terkekeh melihat tingkah jijik Jisoo padanya. Tak lama matanya menatap nanar keluar jendela, tangannya terlipat didepan dada. Pikirannya terpusat memikirkan sesuatu.

"Aku akan mendapatkannya kembali, bagaimanapun caranya"

.

.

.

.

Manoban's Corp

Keduanya kini duduk dikursi dereta para direksi M Corp. Menunggu kehadiran direktur baru mereka. Tuan besar Marco yang baru saja menanggalkan kekuasaannya atas perusahaan multi sektor miliknya dan atas kehendaknya, kerajaan bisnis ini kemudian diberikan seutuhnya kepada putri semata wayangnya, Lalisa Manoban

Para direksi terlihat mengobrol santai satu dengan yang lainnya. Ruangan ini agak luas, cukup untuk menampung 50 orang lebih, namun kali ini tidak lebih dari 20 orang yang datang. Pertemuan ini cukup ekslusif, hanya dihadiri oleh para direksi pemegang saham dua digit saja.

Jennie memandangi mereka satu persatu, tak dapat ia pungkiri semua mata tertuju padanya. Model utama mereka, dibagian kosmetik dan pakaian dalam, Jennie Kim.

Tidak ada yang tau apa keperluan Jennie hadir dalam pertemuan penting ini, Mata kucingnya berlarian memperhatikan setiap orang yang sedari tadi mencuri pandang darinya. Sesekali matanya menangkap beberapa orang yang terpaku melihat paras cantiknya.

Kornea miliknya kembali melihat ke arah pintu. Yang ditunggu tak juga kunjung datang, hampir tiga puluh menit semuanya berada disini, tapi begitu, tidak ada yang berani membuka suara.

*klek*

Kenok pintu terbuka, semua serempak menoleh ke arah pintu, yang mereka lihat pertama adalah sekertaris utama direksi perusahaan, Mina.

Wanita cantik dengan senyum ramahnya membuka pintu dan membuang asal senyum manisnya ke semua orang yang ada di dalam ruangan, semuanya membungkuk bersamaan saat seorang wanita jangkung dengan setelan jas abunya memasuki ruangan.

Matanya kemudian tertuju pada seseorang yang menjadi satu-satunya manusia tanpa gerakan membungkuk ke arahnya, mata hazel itu kemudian berkedip perlahan dan berjalan menuju tempatnya, melewati wanita mata kucing itu tanpa membalas senyumnya.

Semuanya duduk, mendengarkan Mina yang bertugas memperkenalkan wanita yang akan memimpin perusahaan ini, menjelaskan rangkaian perubahan kebijakan dan sebagainya, sungguh membosankan.

Setiap rangkaian acarapun dilakukan dengan suasana yang kaku khas orang penting, sepertinya tidak ada yang berani menatap mata tajam Lisa sedari tadi, tapi itu tidak berlaku untuk Jennie, ia benar-benar tidak melepaskan pandangannya sedikitpun sejak Lisa memasuki ruangan rapat. 

"Kendalikan dirimu" Lirih Jisoo yang mencondongkan tubuhnya ke arah Jennie.

Jennie hanya terkekeh tipis mendengar bisikan Jisoo, lucu sekali managernya ini, tidak tau hal itu adalah sebuah kesengajaan yang dilakukan Jennie untuk menggoda putri mahkota Manoban.

Pandangan mereka sesekali bertabrakan walaupun akhirnya kebanyakan Lisa akan mengaku kalah dan memalingkan pandangannya dari Jennie.

Acara ini sungguh membosankan. untung saja ada Lisa disana, Jennie sedikit terhibur dengannya. Tak lama Mina menutup acara ini kemudian semuanya menjabat Lisa untuk sekedar basa-basi memberikan selamat.

Padahal sangat jelas dimata mereka banyak keraguan dengan kebijakan baru yang Lisa buat, agak berbeda gayanya dengan Marco dulu yang lebih luwes, anggap saja pemerintahan Lisa sekarang lebih strict daripada daddynya.

"Selamat" Ucapnya singkat sembari mengulurkan tangannya dengan sopan.

Lisa yang sedang duduk di kursi sedikit mendongak melihat ke arah pemilik tangan mulus di hadapannya, itu Jennie.

"Yah" Nadanya terdengar datar dan terkesan kaku, sangat kaku yang kemudian menarik cepat tangannya dari jabat tangan mereka.

Mina dan Jisoo sibuk mengobrol, keduanya terlihat akrab, sedang bosnya sedang bersitegang hanya dari tatapan mereka.

"Lucu ya, kau bahkan terlihat tidak mengenaliku disini" Jennie membuka percakapannya.

"Menurutku tidak perlu"

Lagi, Lisa nampak tidak nyaman dengan kehadiran Jennie, nada bicaranya begitu cuek dan tentu saja Jennie tidak menyukainya.

Ia menyipitkan matanya, mencondongkan tubuhnya ke arah Lisa yang berada dihadapannya, menopang badannya dengan kedua tangannya.

"Jangan seolah-olah kita tidak pernah melakukannya Lalisa Manoban" Kelopak matanya menyipit, mempertajam pandangannya.

Lisa memundurkan sedikit badannya hingga terbentur punggung kursi, "Aku harap kau melupakan semua yang pernah terjadi, yang semalam juga"

Nafas wanita di depannya ini kemudian terdengar sedikit memburu, giginya terlihat jelas sedang mengernyit menahan amarah di dadanya, "Bibirmu bisa mengatakan itu, tapi aku pastikan, kau akan menelannya lagi"

"Apapun rencanamu, simpan untukmu sendiri, ada hati yang harus aku jaga" Ucap Lisa datar kemudian beranjak dari tempat duduknya, berjalan meninggalkan pisau tajam yang mengarah tepat ke arah jantung Jennie. Sakit.

.

.

.

.

Pertemuan kedua mereka tidak berakhir dengan baik, Jennie masih sangat kesal mengingat perkataan Lisa yang sangat pedas baginya. Namun lagi, tidak akan ada yang bisa menghentikan niat awalnya untuk mendapatkan kembali diri Lisa seutuhnya, ingat, seutuhnya.

.

.

.

.

Night Partner (Jenlisa) 🔞Where stories live. Discover now