7. Her scent 🔞

2K 56 1
                                    

Tulip's Redroom

.

.

.

.

"Eughh, fuck me Lalisa!"

Kami seperti kesetanan sesaat setelah Lisa menghujam intiku dengan dua jari panjangnya, kepalaku kembali mendongak tinggi, punggungku melengkung merasakan gelombang orgasme yang entah sudah berapa kali saat ini.

Lisa berada diatasku, matanya benar-benar tak lepas dari mataku sedari tadi, sangat tajam, dia menakutkan. Tapi entah kenapa seolah ini menjadi fetishku saat ini, bercinta dan melihatnya menahan amarah.

Jemariku mengusap lembut tengkuk jenjangnya, ia berkeringat, tubuhnya begitu panas diselimuti nafsu yang membuncah sedari tadi, ia terlihat begitu menggoda saat seperti ini

"Lisaaa!! harder!"

Ah shit, dia benar-benar tau bagaimana memperlakukan tubuhku dengan benar, dua jemarinya menembus intiku yang sudah setengah mati menahan agar tidak dulu orgasme lagi. Suara berdecak dari beceknya tubuhku dibawah sana dengan cepat menambah nafsuku, lagi dan lagi.

Korneanya menatapku tajam tanpa melepas pagutannya pada ujung dadaku, rasa sengatannya menjalar keseluruh tubuhku. Menciptakan sensasi yang luar biasa, dia pemain yang handal.

Permainan ini seakan tak menemukan ujungnya, kami melakukannya lagi, terus-menerus, dia bahkan tak memberiku sedikit ruang sekedar mengatur nafas. Sesaat setelah bagian inti kami bertemu, bergesekan, merasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya. Kembali kuremas rambutnya, terdengar desahan lirih, suaranya begitu berat dan menggoda.

Lisa mempercepat gerakan pinggulnya, sepertinya ia akan mencapai puncaknya, begitupun milikku, ah ini benar-benar candu bagiku. Giginya mengatup, menggigit bibir bawahku kemudian menyesapnya kuat.

"Aaaaghh" lenguhnya panjang, sesaat setelah ia menyusulku menyelesaikan puncaknya.

Bibir kami bertemu kembali, bercumbu, menyesap, sesekali mengigit kuat, anyir bercampur amis. Rasanya asin entah itu darah dari bibirnya atau dariku, siapa yang peduli, kami hanya mengejar kenikmatan malam ini. Terasa panjang sangat, tubuhnya menindihku, memberikan hangat dalam peluknya.

Nafasnya terasa hangat menyapu permukaan kulit dadaku, semakin tenang, ia tertidur dalam pelukanku malam ini. Senyumku terbentuk sempurna setelah sekian lama itu tak tercipta.

Dengan senang hati jemari ini mengusap rambut gelapnya dengan lembut, sesekali bibirku mengecup ujung kepalanya yang begitu dekat dengan wajahku. Wanginya masih sama seperti terakhir kali kami bertemu, aku menyukainya, aroma mint yang semerbak dari tubuhnya, entahlah, yang kutahu aku menyukai semua darinya.

Malam ini terasa tak kunjung berakhir, mataku enggan terpejam walaupun berat begitu terasa, tertahan karena keinginan, mencoba tetap tersadar agar tak terlewat begitu cepat nantinya.

.

.

.

.

Author POV

"Anda sudah membaca headline berita pagi ini?" Ujar Mina sesaat setelah ia masuk ke dalam ruangan Lisa.

Atasannya itu sedang duduk bersandar pada kursi kebesaran, memandangi sekertarisnya dengan tatapan yang cenderung datar, ia seperti sudah tahu bahwa hal ini akan terjadi.

"Saham perusahaan kita naik sebesar 36 persen bulan ini, pencapaian tertinggi selama 5 tahun terakhir, selamat"

Lisa menaikkan alisnya, ia bahkan sudah mengantisipasi diri tentang berita skandalnya. Namun rupanya berita yang dibawa Mina hanya pemberitahuan biasa, seputar pekerjaan.

Kembali Lisa menyandarkan punggungnya, ia memejamkan mata saat Mina membacakan jadwalnya hari ini, terdengar sangat sibuk. Entah kenapa pikirannya kini sedang berkutat dengan wajah Jennie, membayangkan wanita itu seperti semalam, dengan mudah membangkitkan gairahnya.

"Good morning"

Lisa mengenal dengan baik suara itu, suara kekasihnya, Karina. Matanya terbuka, tersenyum menyambut kedatangannya. Karina kemudian duduk di depan Lisa setelah tersenyum pada Mina yang berdiri disamping kekasihnya itu.

"Ada yang bisa saya bantu?" Ucap Lisa sopan, Mina pergi setelah Lisa mengisyaratkan pada sekertarisnya untuk meninggalkan ruangan, ia menurut.

Karina memasang senyum terbaiknya, "Aku disini menyampaikan, Daddymu bertanya kepadaku, kenapa kau meninggalkan pesta semalam secara tiba-tiba?"

Lisa mendengus, mengalihkan pandangannya, "Aku sudah bilang kan, kepalaku sedang sakit, aku tidak enak badan"

"Apa kau pulang?" Tanyanya lagi, kali ini nadanya seolah mengintrogasi

Tidak ada jawaban, Lisa hanya mengangguk samar, menatap tajam ke arah kekasihnya ini. Kornea keduanya bertemu, ada pancaran tak percaya dalam mata Karina.

"Pulang ke tempatmu atau ke tempat orang lain?" Ujarnya lagi, kali ini Lisa menatapnya lebih tajam, bahkan kedua kelopaknya menyipit. Dengusan kasar kemudian terdengar cukup jelas.

"Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing? Tegas Lisa, nafasnya lebih kasar kali ini, keluar begitu saja dari paru-parunya.

"Aku mencoba mengikuti apa yang kau inginkan Lisa-ssi, be nice" Karina mencoba setenang mungkin dihadapan Lisa.

"I'll try, tapi aku tidak janji" Lisa menimpali perkataan Karina kali ini.

Karina menghela nafasnya yang terasa berat, ia mengangguk samar sembari memperhatikan wajah Lisa. "I'm into you, already"

Ucapnya singkat sebagai penutup percakapan, ia kemudian beranjak dari tempat duduknya. Tubuh jenjangnya berbalik begitu saja meninggalkan Lisa dengan sejuta pertanyaan.

Kenapa dia mengucapkan hal itu di hadapan Lisa, sesuatu yang tidak pernah ia ucapkan sebelumnya. Tapi entah sejak kapan Karina merasa dirinya menjadi butuh akan sosok Lisa sekarang, padahal sudah jelas bahwa Lisa tidak pernah mengharapkan dirinya.

.

.

.

.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 27, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Night Partner (Jenlisa) 🔞Where stories live. Discover now