PART 25

9.2K 533 30
                                    

Sudah 3 hari, Bianca belum bangun dari komanya. Bianca sudah di pindahkan ke ruang rawat inap dari 3 hari yang lalu. Tentu saja ruangannya VIP. Alden masih setia menunggu Bianca sadar di kursinya. Bahkan dia sampai belum makan. Tapi kalau untuk istirahat, dia tidur kok semalam. Walaupun hanya sebentar.

Pintu ruangan dibuka dari luar. Tapi Alden tak menghiraukannya, tatapan Alden masih tertuju pada Bianca.

Seseorang berjalan mendekati Alden dan menepuk pundak pria itu.

"Bang."

Alden menoleh. Gerald berdiri dengan mata sembab di sampingnya. Alden ikut berdiri. "Kamu kenapa?" Tanya Alden, khawatir.

Gerald memeluk Alden dan menangis dalam pelukan kakak tirinya itu. "Mama di penjara, bang." Ucap Gerald.

"Gimana ceritanya?"

"Semalam keluarga mantan suami mama datang ke rumah bareng polisi. Mereka dapat bukti kalau mama udah ngebunuh mantan suaminya dan juga..."

"Juga apa?"

"Mamanya abang. Mereka dapat rekaman CCTV waktu mama ngerusak rem mobil mamanya abang."

Alden merasa senang sekaligus kasihan. Dia merasa senang, akhirnya bukti yang selama ini ia cari sudah ada. Walaupun bukan dia yang mendapatkan, namun itu saja sudah cukup membuatnya lega.

Di sisi lain, ia juga kasihan pada nasib Gerald. Ibunya sudah mendekam di penjara, dia pasti juga akan menanggung malu.

"Papa gimana?" Tanya Alden.

"Lagi ngurus perceraian." Gerald terus terisak dalam pelukan Alden. Jujur, baru kali ini ia dekat dengan Alden.

"Kayaknya Gerald bakal jadi gembel deh, bang."

Spontan, Alden melepas pelukannya. "Maksud kamu apa, huh?"

Gerald menatap wajah Alden dengan mata berkaca-kaca. "Papa sama mama udah cerai. Abang juga pasti benci kan sama Gerald? Gerald kan anak pembunuh."

Alden menghela napas. "Abang gak benci sama kamu, Gerald. Yang salah itu mama kamu, bukan kamu."

"Jadi? Kita tetep adek-kakak nih?"

"Huum..."

"Papa gimana? Dia juga pasti ben-"

"Kamu kan anaknya juga. Darah dagingnya. Gak mungkin dia bakal benci sama kamu, Gerald."

Gerald merasa lega sekaligus senang karena bisa dekat dengan Alden. Dia pernah berpikir kalau Alden adalah orang yang menyeramkan, karena kebiasaannya yang sering bertengkar dengan Giselle.

Alden mengacak rambut Gerald. "Anak SMA kok rambutnya kayak gitu."

"Gapapa. Biar kayak HiYung Haechan."

Alden terkekeh.

Tatapan Gerald tertuju pada wanita cantik yang sedang menutup mata. "Ini pacar abang?" Tanya Gerald dan diangguki oleh Alden.

"Cantik." Puji Gerald membuat mata Alden melotot.

"Pulang sana!" Usir Alden.

Gerald memanyunkan bibirnya. Matanya berkaca-kaca, siap untuk menangis. "Tuhkan! Abang benci sama Gerald." Rengeknya.

Alden mengusap wajahnya. "Astaga, Gerald. Bukan gitu maksud abang." Alden jadi serba salah. Dia tidak menyangka kalau Gerald ternyata memiliki sifat yang sama dengannya. Keliatan cuek dari luar, tapi ternyata suka nangis.

Padahal mereka lahir dari rahim yang berbeda, tapi kenapa sifatnya sama? Berarti sifat mereka ini turun dari Archer?

Wow Impresif...

Tak lama kemudian, Clarissa dan Sean datang. Keduanya merasa bingung saat melihat seorang laki-laki remaja berdiri di hadapan Alden.

"Siapa nih?" Tanya Sean.

"Adik saya." Jawab Alden.

"Ohh."

"Alden, lebih baik kamu ke kantin dulu. Pasti belum makan 'kan?" Tebak Clarissa.

Alden mengusap tengkuknya sambil mengangguk.

"Saya mau disini aja jagain Bia."

"Nanti kalau adik saya udah siuman, terus liat pacarnya jadi kurus kerempeng. Kayaknya dia bakal cari laki-laki lain yang peluk-able deh. Iya gak, honey?" Tanya Sean dan diangguki oleh Clarissa.

Tidak. Alden tidak rela jika Bianca nya berpaling. Dia akan makan sebanyak mungkin agar badannya masih tetap peluk-able.

Alden segera mengambil ponselnya dan keluar dari ruangan. Diikuti oleh Gerald yang takut ditinggal sang abang.

Takut jadi gembel, katanya:)

🌚

"Kamu kenapa ikutin abang mulu sih, Ger?" Kesal Alden. Melangkah lebih cepat agar Gerald tidak bisa mengikuti langkahnya. Tapi Gerald tidak menyerah. Dia berlari agar bisa menyamakan langkahnya dengan Alden. Tanpa peduli jika mereka sedang berada di rumah sakit.

"Gak tau." Jawab Gerald, acuh.

Mereka pun sampai di kantin dan langsung memesan makanan. Gerald terus memperhatikan Alden yang duduk di hadapannya. Hal itu membuat Alden risih.

"Apaan sih, Ger? Abang masih normal!"

"Sekilas, muka abang mirip sama cewek tadi." Ucap Gerald membuat Alden salah tingkah.

"Mungkin jodoh kali." Jawab Alden, acuh. Padahal dalam hatinya berbunga-bunga. Kata orang-orang, kalau udah jodoh tuh mukanya sekilas mirip. Bukan kembar, tapi hanya sekilas.

"Kamu tau abang disini, dari siapa?" Tanya Alden mengalihkan pembicaraan.

"Dari kak Jake."

Tak berselang lama, makanan pun datang. Alden sengaja memesan banyak makanan agar dia masih tetap peluk-able. Karena sejak Bianca dirawat, Alden hanya makan 1 atau 2 kali sehari.

Saat masih asik makan, ponsel Alden tiba-tiba berdering. Ternyata Sean meneleponnya.

"Halo, Sean. Ada apa?"

Tidak ada jawaban. Hanya terdengar suara isak tangis dari seberang sana. Tentu saja hal itu membuat Alden gelisah.

"Sean. Ada apa?!" Geram Alden, tanpa sadar menaikkan nada suaranya. Hingga membuat Gerald tersedak.

"B-bianca dia ud..."

Panggilan suara tiba-tiba mati. Tanpa pikir panjang, Alden langsung pergi dari kantin. Tapi sebelum pergi, Alden melempar dompetnya pada Gerald.

Gerald tersenyum senang. Ternyata Alden sangat peka kalau Gerald butuh uang untuk membeli banyak makanan.

Sementara Alden, dirinya dilanda rasa takut. Biancanya. Apakah dia sudah-

Ah!

Memikirkannya saja sudah membuat Alden ketakutan.

"Aku mohon jangan sekarang, Bia. Aku belum siap..."

🌚

"Nah gini kan enak. Nanti kalau dia udah datang, kita tinggal bilang. SELAMAT ANDA KENA PRANK!" Ucap Sean dengan semangat 45.

Bianca dan Clarissa memandang malas Sean.

"Kalau dia marah, abang yang tanggung jawab!" Kesal Bianca.

Setelah Alden dan Gerald keluar, Bianca siuman. Gadis itu ingin bertemu dengan Alden, namun Sean malah menahannya. Laki-laki itu bilang kalau ingin mengerjai Alden dulu.

"Gapapa ih, dek. Seru tau,"

"Terserah kamu deh, Sean. Tapi kalau Alden nonjok kamu. Kita gak akan ikut-ikutan." Ujar Clarissa.

Kening Sean mengernyit tidak suka. "Kamu kok gitu sih, yang?"

"Alay!" Cibir Bianca.

"Ngaca!"

Cklek

"Bia aku moh-... Hiks... BIAAAA!!"

🌚

To be continue...

Gara-Gara First Kiss! [TAMAT]Where stories live. Discover now