Bab 8: Pernikahan Impian

49 3 0
                                    

Jangan lupa vote dan spam komen.

Happy Reading!

"Akhirnya aku berhasil menjadi Sayyidah Fatimah yang menyembunyikan perasaannya hingga keadaan yangg mengungkapkan semuanya."

Mushaf Rindu

_salza_SM🍁

_______________________________________

Malam ini yang Mella lakukan hanyalah tersenyum di atas tempat tidurnya. Walaupun jam sudah menunjuki pukul sebelas malam, matanya belum bisa terpejam. Bayangan kejadian tadi sore terus terngiang-ngiang di pikirannya. Berkali-kali menepis dengan berbagai macam cara, bayangan itu bukan malah menghilang tapi semakin terngiang. Apalagi jika mengingat obrolan antara Alif dan orangtuanya selesai magrib tadi.

"Insya Allah Alif akan menikahi Mella akhir pekan ini," ujar Alif saat Syakir bertanya rencananya ke depan.

"Alhamdulillah. Kami sangat senang mendengar hubungan kalian sudah membaik. Semoga Allah melancarkan urusan kita sampai hari H," sahut Nazira dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya moment yang sempat tertunda akan segera terlaksana.

Mella yang saat itu mendengar dari balik tembok tanpa sadar meneteskan air mata. Terharu dengan keadaan yang menjawab doa-doanya dalam istikharah. Setelah kepulangan Alif, ia langsung menlangkah ke kamar dan memberitahu teman-temannya tentang jadwal pernikahan.

Mengusap wajah, lalu bangkit dari baringannya. Itulah yang dilakukan Mella saat ini. Ia berjalan ke kamar mandi dan berwudhu untuk yang ke tiga kali. Dilanjutkan dengan shalat witir yang ke tiga kalinya juga. Itulah salah satu cara yang dilakukannya sejak tadi. Namun, tetap saja hasilnya nihil. Ia tetap tidak bisa tidur.

***

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membangunkan Mella yang sedari tadi masih terlelap dalam tidurnya.

"Mella, kamu belum bangun? Ini udah jam setengah tujuh lho. Udah shalat subuh belum?!"

Matanya membulat setelah mendengar rentetan perkataan bunda di balik pintu kamar. Reflek matanya melihat jam dinding di kamarnya. Benar kata bunda, jam sudah menunjuki pukul setengah tujuh. Dan.... dia belum shalat subuh. "Iya, Bun. Mella udah bangun." Ia langsung turun dari tempat tidurnya dan berlari ke kamar mandi.

Dari dalam kamar mandi hingga ke luar ia terus merutuki dirinya karena bangun kesiangan. Ia juga melawati tahajud yang biasa tidak pernah terlewatkan. Ini semua karena kesulitan memejamkan mata semalam. Seingatnya, ia baru bisa tidur sekitar jam setengah tiga pagi.

Selesai shalat subuh dan membaca Al-Qur'an, Mella kembali ke kamar mandi untuk mandi. Biasanya ia mandi sebelum subuh. Tapi, karena kesiangan ia harus mendahulukan subuhnya dulu, baru mandi. Sesudah mandi dan berpakaian rapi, Mella keluar dari kamar dan menghampiri bundanya yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Ia sedikit mencoba melirik ke luar ketika mendengar suara beberapa orang dari halaman rumah.

"Itu di luar siapa, Bun?" tanya Mella sambil membantu Nazira dengan mengambil piring dari rak dan menatanya di atas meja.

Nazira menoleh sekilas saat mendengar suara Mella. "Oh itu pekerja yang akan membangun tempat pengajian untuk kamu."

Mella mengangguk paham. "Ayah udah berangkat?"

"Belum. Masih di kamar."

Mella kembali mengangguk. "Bun, Mella buru-buru gak sih ngambil keputusannya?" lirihnya.

Mushaf Rindu ✓[Lengkap]Where stories live. Discover now