5 | He Passed Away

59 28 0
                                    

|||

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

|||

Padme menahan napas, air mata gadis itu tidak tertahankan lagi. Pesan yang terdapat dalam email tersebut sangatlah menyayat hati.

"Kalian apakan Kakakku sampai nangis gini?!" serang Ishaq kalut, dia menatap seluruh yang dikenal sebagai teman sang Kakak dengan garang.

"Heh, jangan asal nuduh," balas Zaky kesal.

Menatap ke arah yang membalas ucapannya, Ishaq menatap sengit. Entah mengapa dia tidak menyukai laki-laki itu. Hendak memberi balasan lagi, Ishaq langsung mengundurkan niat itu saat mendapati Padme menyentuh lengannya.

"Shaq!" tegur Padme di sela tangisnya.

Gadis itu menyeka air mata, kemudian mengulang pesan yang ada dalam email tersebut. Lukman menyampaikan bahwa Mr. Masud Omar, seorang pria yang sudah sejak lama menjadi teman bertukar pikiran melalui surat, juga orang yang telah memberinya hadiah paling mewah seumur hidupnya, meninggal dunia.

Dua minggu lalu, Mr. Masud Omar kalah dari pertikaiannya dengan penyakit kronis yang menyerang. Dikatakan juga bahwa orang baik itu meninggal satu bulan setelah istrinya meninggal. Pasti apa yang dihadapi oleh Mr. Masud sangatlah menyiksa, pikir Padme.

"Padme, kenapa nangis?" tanya Ibu kantin khawatir.

Sasaran pertanyaan menggeleng kecil, menarik napas dalam, dia menenangkan diri sejenak. Usai mengatur tarikan napas, Padme menarik jaket yang melindungi tubuh Ishaq, mengeringkan wajahnya menggunakan kain jaket tersebut.

Ishaq yang memang sudah terbiasa, hanya diam dalam posisi berlututnya, menunggu sang Kakak menjelaskan alasan tangisan itu berasal.

"Orang baik yang tadi aku bicarakan ke kalian, aku baru dapat kabar darinya. Ada sahabat beliau mengirimiku email," buka Padme.

Liliane menggeser duduknya lebih rapat. "Terus, isi emailnya apa, Pad?"

Menunduk, Padme sekali lagi menyeka tetesan air mata yang mengalir turun ke pipi. "Dia ... dia bilang kalau Mr. Masud- Beliau meninggal." Suara gadis itu tertahan, rasanya dia ingin berteriak, melampiaskan  rasa duka yang menyebar di dalam hati.

"Innalillahi wa innaa ilaihi raajiuun," ucap setiap orang di sana yang mendengar hampir bersamaan.

Liliane yang paham luka sahabatnya, menarik gadis itu ke dalam pelukan. Di saat seperti ini, hal yang harus dikurangi adalah pertanyaan. Lebih baik diam sejenak, biarkan orang yang merasakan duka mendalam untuk melampiaskan kesedihannya terlebih dahulu, barulah mencari satu dan dua hal untuk membuat orang tersebut merasa lebih baik. Setidaknya, itulah yang Liliane pikirkan.

Merasakan hangat dalam pelukan itu, Padme menjadi kian nyaman untuk menumpahkan air matanya. Rasa duka itu teramat mendalam. Padme sudah menganggap Mr. Masud sebagai ayah keduanya, bagaimana ilmu itu disampaikan dengan indah dalam tulisan, doa-doa yang tidak pernah lupa diselipkan, juga kemurahan hati pria Mesir tersebut sangatlah pantas mendapatkan perlakuan baik.

Kiriman Berharga Dari Negeri Piramid | EndWhere stories live. Discover now