Nasihat dari seseorang

12 2 0
                                    

Ketika diri ini berusaha untuk tetap memejamkan mata, sinar matahari pagi bersikeras untuk merangkak dan mengganggu. Temperatur yang semula normal berangsur naik dalam hitungan yang tidak terlalu lama. Ini memaksa kesadaran tubuh untuk bangun seutuhnya.

Oh... benar juga...

Pikiran ini kembali memutar ulang rangkaian kegiatan yang sudah terjadi sehari sebelumnya. Dari mulai menonton film, bermain game di arcade hingga menonton pertunjukan cahaya. Hingga puncaknya adalah meningkatkan intimasi antara dua orang dewasa.

Semua kegiatan itu aku lakukan bersama dengan seorang wanita yang begitu menakjubkan. Tidak pernah terlintas di pikiran ini bahwa aku bisa mengenal dan dekat dengannya.

Ini juga pertama kali bagiku, setelah sekian lama, bisa menikmati setiap kegiatan bersama dengan lawan jenis.

Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku bangun dengan keadaan begitu segar.

Tubuh ini segera bangkit dari tempat tidur. Salah satu tangan mulai mengambil kaos bersih dari dalam lemari. Sekilas, bekas luka lebar di pungguh yang memantul dari cermin lemari membuatku terdiam. Hal itu sempat membawa kembali ingatan lama.

Aku bergegas keluar dari kamar, seusai mengambil beberapa barang lain seperti smartphone dan kacamata.

Namun pemandangan asing langsung tersuguh di depan mata saat melewati sekat area kamar dengan dapur.

"Ah! Selamat pagi, Kurosawa-san!"

Seorang wanita menyapa dengan semangat kedatanganku. Satu senyum penuh kelembutan terukir jelas di wajahnya. Ia tengah berdiri di depan kompor, dengan kaos longgar, celemek hijau serta celana pendeknya. Rambut hitam panjangnya, yang normalnya terurai bebas kini terikat ke belakang.

Tidak ada riasan atau lipstik yang mewarnai wajahnya, namun, aku bisa memastikan kalau kecantikannya masih tampak dengan jelas.

"Selamat pagi. Kalau boleh tahu, apa pakaian yang kau kenakan itu milik kakakku? Itu karena aku ingat ia meninggalkan beberapa pakaian lama miliknya di sini."

"Uhn, itu benar. Minako-san mengijinkan diriku untuk memakainya."

"Hmm? Apa kakakku menelponmu?"

"Uhum. Dia sepertinya tahu kalau aku menginap di sini, Kurosawa-san."

Tunggu... itu berarti...

Muka wanita itu perlahan memerah. Ia tampaknya mengetahui apa yang kupikirkan sekarang. Sikap itu jelas juga membuatku sedikit tertegun sekaligus malu. Tetapi, Enomoto segera mengubah arah pembicaraan.

"Ma... maaf, jika aku memakai dapurmu tanpa izin. Aku berpikir untuk membuat sedikit sarapan. Apa... apa kau tidak keberatan?"

"Tentu. Aku tidak keberatan. Sebuah kehormatan dapat menikmati makanan yang kau buat."

Aku bisa melihat wanita itu memalingkan wajah mendengar pujian yang kuberikan.

"Kalau begitu, biarkan aku yang membuat minuman. Apa tidak masalah dengan teh hijau? atau mungkin, kopi?"

"U-uhn, aku biasanya minum teh hijau di pagi hari."

"Baiklah. Aku mengerti."

Seusai bertukar percakapan, aku lantas melanjutkan langkah menuju kamar mandi sebelum memulai tugas pertama.

Makanan yang dimasak Enomoto kemudian siap beberapa saat setelahnya. Tugasku untuk membuat minuman hangat juga sudah selesai. Ini berarti sekarang waktunya menyantap sarapan bersama.

Wanita itu membawa sepasang piring dan meletakkannya di atas meja. Ia tampaknya memilih membuat sarapan yang lumrah ditemui. Jenis makanan ini juga tidak terlalu membutuhkan banyak bahan rumit dan relatif mudah untuk dimasak.

Letter without WordsWhere stories live. Discover now