Isyarat Tertentu

45 4 1
                                    

"Bibi, aku pesan paket tempura udang dan jus apel."

"Tentu!! Tunggu sebentar!!"

Seorang wanita paruh baya dengan semangat berjalan menuju bagian dapur untuk mulai membuat makanan. Salah satu temannya yang sudah berada di belakang sebelumnya juga segera menyalakan blender untuk membuat jus yang aku pesan.

Celemek mereka berdua terlihat begitu lusuh, tapi itu merupakan gambaran kerja keras dan dedikasi dalam menjalankan pekerjaan mereka.

"Ini."

Semangkok penuh nasi serta sayuran dengan tiga buah tempura udang di atasnya hadir dalam waktu relatif singkat. Di sebelahnya, segelas penuh jus apel dingin tampak begitu menyegarkan.

"Terima kasih banyak, Bibi Kimiko."

"Sama – sama, anak muda!!"

Bibi Kimiko, salah seorang pegawai masak yang sudah dianggap sebagai bibi semua orang di sini, tersenyum lebar saat menyerahkan pesananku.

Aku bisa merasakan ketulusan yang ditunjukkan oleh wanita paruh baya tersebut. Sesuatu hal yang tidak mudah untuk di dapatkan seperti sekarang ini.

"Jangan lupa menghabiskan semuanya!!"

Sikap mengayomi dan keibuan yang dimiliki wanita paruh baya itu telah menghadirkan dampak positif tanpa disadari oleh banyak orang, termasuk diriku.

"Aku mengerti."

Anggukkan pelan yang kutunjukkan menjadi jawaban terhadap perhatian yang diberikan oleh Bibi Kimiko. Sungguh, wanita yang penuh kasih dan pengertian.

Aku sebaiknya menemukan tempat duduk sebelum berkelahi dengan rasa lapar di perut ini.

Setelah sempat berkeliling, aku menemukan tempat duduk yang pas untuk menikmati makan siang. Letaknya tepat mengarah ke tangga samping dan berada di sisi barat bangunan.

Ramai sekali.

Kehadiranku seperti meramaikan banyaknya pegawai di tempat ini. Mereka duduk bersama, berbincang seru, sambil menikmati waktu istirahat.

Hampir seluruh pegawai divisi perusahaan memilih makan siang di sini daripada di luar. Mereka memesan berbagai menu yang tersedia untuk dinikmati.

Lalu lalang manusia di tangga menuju lantai berikutnya juga menjadi pemandangan tersendiri. Beberapa pegawai juga tampak mengembalikan set peralatan makan mereka dan bergegas pergi.

Pada dasarnya tempat ini memang menjadi salah satu tempat bagi pegawai untuk melepas lelah mereka. Tempat yang dikenal dengan nama Catteria. Gabungan antara Kantin dan Cafetaria.

Letaknya yang berada di lantai dasar dan dekat dengan lobi menjadi kemudahan tersendiri bagi pegawai di perusahaan ini.

Berbagai makanan yang terjual di tempat ini juga tidak kalah dengan restoran mewah atau kedai – kedai ramai di pusat kota. Dari segi kualitas rasa, kebersihan tempat serta kenyamanannya memiliki kesamaan dengan restoran – restoran di luar sana.

Perbedaannya adalah makanan di tempat ini dikhususkan untuk pegawai perusahaan.

Begitu juga dengan sistem pembayarannya. Setiap makan siang yang dibeli tidak harus dibayarkan pada saat itu juga. Kami bisa menunda pembayaran hingga slip gaji diterima.

Lalu dengan berbagai perhitungan, slip gaji akan dipotong sesuai dengan banyaknya pesanan yang sudah tercatat sebelumnya.

Sebuah sistem yang mempermudah bagi seseorang yang selalu efisien, seperti diriku.

Karena itu juga, aku tidak perlu membingungkan makanan apa yang harus kumakan ketika makan siang tiba. Meski terkadang aku membuat bekal ketika kondisi keuangan berada di zona merah.

Letter without WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang