Garis lengkung jiwa dan hati

14 2 0
                                    

...?

Semua yang kulakukan berlangsung cukup singkat. Aku merasakan sesuatu menyentuh tanganku dengan perlahan. Sensasi hangat dan lembut seperti telapak seseorang terasa nyata. Ini tentu menyadarkan jiwaku yang sedang tertidur pulas.

Huh? Siapa...?

Pandanganku sedikit kabur selama beberapa detik sebelum dapat melihat dengan jelas kehadiran seseorang wanita. Ia tampak duduk di samping tubuhku sambil membawa secangkir minuman.

"...Hmm? Apa yang kau lakukan di sini, Enomoto-san?"

"Ah, Kurosawa-san... maaf telah membangunkanmu."

Aku berusaha untuk membangunkan tubuh dan pikiran meski membutuhkan sedikit waktu. Dari raut wajahnya, Enomoto jauh lebih tenang dari sebelumnya.

"Apa kau perlu sesuatu dariku?"

"T-tidak. Aku hanya ingin memberikan ini."

Enomoto segera menyerahkan minuman tersebut kepadaku. Secangkir susu hangat bercampur aroma jahe serta madu. Ia mungkin mencampurkan ketiga bahan itu bersama – sama untuk menghasilkan minuman sederhana penghangat tubuh.

"Terima kasih banyak."

"Sama – sama, Kurosawa-san."

Sejujurnya aku merasa senang ketika Enomoto datang dan memberikanku minuman yang sudah ia buat. Ia benar – benar peduli dengan seseorang seperti diriku. Aku juga tidak tahu kenapa dirinya sampai berbuat seperti ini, tapi kebaikan dan kepeduliannya sungguh menakjubkan.

Di saat semua orang bersanding bersama ego mereka, Enomoto memilih untuk membuang itu demi membantu orang – orang di sekitarnya.

"Aku mencampurkan jahe dan madu di dalam minuman itu agar keadaan Kurosawa-san lebih baik dari sebelumnya. Karena melihat Kurosawa-san seperti ini, jadi aku berpikir untuk memberikan ini kepadamu."

"Aku menghargai itu."

"L-lagi pula, aku juga tidak bermaksud apa pun! Percaya padaku!"

Enomoto sedikit gugup saat menjelaskan maksud perbuatannya. Meskipun begitu aku cukup terhibur dengan itu. Melihat ia malu – malu layaknya anak kecil mengingatkan diriku kembali akan kejadian saat makan malam bersamanya.

"Bukankah masih ada pekerjaan yang harus kau lakukan?"

"Uhm, tidak ada."

"Huh?"

"Aku sudah menyelesaikan semuanya. Jadi... aku berpikir untuk istirahat sejenak dan saat itu aku teringat tentang dirimu, Kurosawa-san."

...oh...

Percakapan intim seperti ini membawa kami berdua menuju fase yang menggelikan sekaligus memalukan. Kami terpaksa menyembunyikan perasaan malu yang muncul selama percakapan berlangsung.

Aku bahkan tidak berani menatap wanita itu saat mendengar kalimat terakhir yang ia ucapkan. Dan sekarang aku mulai mempertanyakan harga diriku sebagai seorang laki – laki. Sial.

"M-maksudku adalah tentang keadaanmu sewaktu mengunjungi ruang desain.. i-itu... yang kupikirkan..."

Gerak – gerik kaku yang ditunjukkan Enomoto terlihat begitu jelas. Ia kerap menundukkan kepalanya dan menghindari kontak mata denganku. Walaupun begitu aku masih dapat mendengar jelas suara lirih yang ia keluarkan.

"Kurasa aku sudah membuatmu khawatir. Maafkan aku."

"U-uhm! Tidak perlu! Aku juga minta maaf telah bertindak seperti ini."

Letter without WordsWhere stories live. Discover now