Sinar rembulan memantul tenang tanpa gangguan dari balik air kolam. Ikan-ikan koi di dalamnya berenang riang seakan menikmati pemandangan yang disuguhkan di depan mata.
Mereka seakan tidak peduli dengan kehadiran seseorang yang berdiri memandangi mereka dari belakang sejak tadi. Membiarkan pria itu terhipnotis dalam dansa yang mereka lakukan.
Sungguh koi-koi yang menawan.
Pria tersebut adalah diriku. Ditemani suara dari jangkrik dan ngengat yang berdengung tanpa henti.
Tidak ada yang lebih baik daripada menikmati malam musim panas.
Ritme waktu yang berjalan begitu lambat membawa satu keberkahan yang sulit untuk diacuhkan.
Ketika sedang larut dalam kesendirian, suara panggilan lembut seorang wanita terdengar dari arah belakang.
Suara dari Enomoto Hazuki.
"Ryuuji-san. Sedang apa di sana?" tanya wanita itu sambil meletakkan sesuatu di teras rumah, "Ibu memintaku menyuguhkan ini untukmu."
Dari kejauhan, aku bisa melihat beberapa potongan semangka dan senbei di atas piring berukuran sedang.
Tanpa berpikir panjang, aku segera menghampiri. Meninggalkan kesendirian yang masih terpaku di sana.
"Maaf jika merepotkan." Tangan ini mengambil senbei dan duduk untuk menikmati makanan itu.
"Oh, ini enak. Rasa gurih dan asinnya pas."
Hazuki tersenyum sambil ikut menikmati makanan yang ia bawa, "Senbei ini buatan desa sebelah yang biasa ibu beli sejak dulu."
Kami berdua duduk berdampingan di antara malam dan kehangatan rumah.
Sejenak, pandangan ini mengarah ke Enomoto yang asyik menyantap sepotong buah khas musim panas itu.
Sorot sinar samar dari lampu di balik ruangan menghadirkan suasana remang yang nyaman. Perpaduan gelapnya malam dengan cahaya menghasilkan sebuah nuansa nostalgia.
Melihat wanita itu menikmati makanan layaknya hewan kecil memberikan satu pemandangan tersendiri.
Rambut hitam panjangnya terurai seraya menyapa dari balik bayang. Tidak ada lapisan tebal riasan di wajahnya, hanya kilauan krim pelembap yang memberikan sentuhan alami dalam kelembutan.
Sebuah kaos dan celana pendek yang ia pakai menggambarkan khas bagaimana menjalani malam musim panas. Meski sedikit memberikan lekuk tubuh, ia tidak terlalu mempermasalahkannya.
Namun, yang dipermasalahkan oleh wanita itu adalah tatapanku secara intens.
"Ryuuji-san... tolong berhenti melakukan itu..." tegur Hazuki padaku.
Aku spontan tersadar dari kegiatan yang kulakukan kepadanya. "Maaf. Hanya saja, melihatmu dengan penampilan sederhana dan santai seperti ini, memberikan sedikit kebahagiaan bagiku."
Hazuki langsung mencubit lenganku sebelum memalingkan wajahnya yang merona.
"Aku senang bisa mengenalkan keluargaku kepadamu, Ryuuji-san." Sorot mata wanita itu memandang jauh dengan sedikit kebanggaan.
"Walaupun... memang, ada sedikit kenangan buruk, tapi aku tetap bahagia bisa tumbuh bersama keluarga ini."
Kalimat yang Enomoto ucapkan mengingatkan diriku kembali tentang apa yang dikatakan oleh Masaru sebelumnya.
Tentang masa kecil wanita itu yang sedikit kurang beruntung dari kebanyakan anak kecil.
Akan tetapi, melihatnya sekarang menyadarkanku kalau fase itu sudah lama terlewati dan ia sudah berdamai dengan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Letter without Words
RomanceKehidupan dewasa yang kosong dijalani tanpa arah yang pasti. Walau memegang teguh pesan dan nilai hidup, ketidakhadiran orang tua menjadikan semuanya begitu hampa. Kenangan kelam serta penyesalan yang terpendam kerap kali menghantui dalam tidur. Mes...