2. { Tentang Rindu }

13 2 0
                                    

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam 6 agama para readers. Selamat membaca dan semoga suka. Kalo ngga suka, pindah aja gpp. Typo masih bertebaran dan juga masih belum mengenal EYD. Jan lupa vote. Ok?

Tak pernah kah kau merasa di dalam oksigen dirampas oleh rindu. Sesak, sangat sesak.

~AIS

H

A

P

P

Y

R

E

A

D

I

N

G

###

Kringg ... Kringg ... Kringg ...

Mendengar suara bel istirahat berbunyi, semua murid SMA Cendrawasih ll dengan semangat keluar dari kelas. Kecuali, Ais yang masih betah di dalam kelas.

"Lo udah tau kan kantinnya di mana? jadi gue ngga perlu buat nganterin lo
lagi," cetus Ais tiba-tiba yang memegang buku novelnya di sebelah Arni.

"Ais ndak mau nganterin lagi, nanti Arni janji deh bakal traktir Ais lagi," kilah Arni dengan memohon.

"Walaupun lo mau traktir gue lagi, gue tetep gak mau. Emang lo udah lupa jalannya? gak mungkin kan? gue juga gak mau ngabisin duit orang, lo kira gue seneng lo nyogok gitu?" jawab Ais sinis.

Arni sedih mendengar jawaban Ais yang sinis dan terkesan pedas, walaupun ngga terlalu pedas sih. Dari nada bicaranya tampak Ais sedang menahan kesal dan amarah yang bergemelatuk.

Selalu seperti ini, Arni tidak tahan diperlakukan kasar. Dia ingin menangis sekencang-kencangnya, fisik dan batinnya lemah tidak bisa bertahan.

"Ternyata lo itu cengeng ya ... gih sana kalo lo mau ke kantin. Gue masih pengen di kelas." Ais mengejek tanpa berniat menatap Arni yang sedang menunduk.

"Ais benera ..."

"Gak! lo aja sono."

"I ... iya udah, ngga papa," balas Arni dengan gugup dan pergi keluar kelas sambil menunduk.

Saat Arni telah keluar kelas, Ais hanya menatap punggung Arni yang semakin menjauh dengan kesal. 'Shit! kalo bukan karena dia kemarin nraktir gue, gue ngga akan merasa utang budi kek gini'

Ais memang selalu merasa ada hutang budi pada orang jika dia membantunya dan Ais akan selalu mengingatnya sampai nanti. Karena, kemarin pun Ais belum sarapan, maka dari itu, Ais meminta ditraktir sebagai imbalan untuk mengantar Arni.

Jadilah Ais hanya merasa tidak enak hati jika ditinggal begitu saja. Akhirnya, Ais menutup buku novelnya dan membawa di tangannya, setelah itu, Ais keluar kelas mengikuti Arni dari belakang.

Ais melangkah dengan tenang sambil mengikuti Arni dari jarak jauh. Akan tetapi, Ais melihat banyak anak murid yang lainnya menatap sinis kepada Arni.

'Eh liat tuh, Si cupu jalan sendiri.'

My two husbands are enemiesOnde histórias criam vida. Descubra agora