Dinner and Dance

851 75 7
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM GUYS

HAI... HAI... HAI AKU UP LAGI

DI PART INI BUAT YANG PHOBIA SAMA ADEGAN UWU DIMOHON UNTUK BERPEGANG AGAR TIDAK BINGUNG SAAT KEJANG

BUAT YANG BACA HARUS VOTE KARENA INI PART OANJANG BANGET

MAAF BANYAK TYPO BERTEBARAN

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.

Sejak masuk ke dalam mobil tadi —mereka sudah setengah jalan, Nadhira terus saja bertanya kemana mereka akan pergi. Dan Diego tetap menjawab bahwa mereka akan pergi jalan-jalan. Tapi, Nadhira tetap tidak percaya dan bertanya pada Riyanti yang hanya ditanggapi dengan senyuman dan perkataan 'kita ikut Igo aja' membuat Nadhira semakin penasaran.

"Mas, kita mau kemana, sih, ini sebenernya?" Lagi, Nadhira bertanya lagi setelah lima kali bertanya sejak masuk ke dalam mobil.

"Jalan-jalan, Sayang. Kita pergi jalan-jalan." Dan jawaban Diego tetap sama seperti tadi.

"Masak jalan-jalan pakai baju kayak gini, sih? Kayak orang mau pergi kondangan atau ke pesta aja," gerutu Nadhira kesal.

"Ya, kita emang mau jalan-jalan ke pesta." Akhirnya Diego sedikit memberi clue pada Nadhira.

Raut wajah Nadhira menjadi antusias mendengar jawaban Diego. "Kita pergi ke pesta siapa?" tanyanya yang hanya dibalas dengan gelengan kepala Diego membuat raut wajah Nadhira kembali tertekuk.

Hening di dalam mobil. Nadhira memilih memperhatikan jalan, sedangan Diego fokus memperhatikan ke depan, menyetir. Riyanti yang memang sejak tadi hanya diam dan memperhatikan perdebatan anak dan menantunya juga terdiam.

"Eh, bentar, deh. Mama tadi denger kalau Dhira manggil kamu pakai sebutan 'Mas', Bang. Kalian udah berubah nama panggilan masing-masing?" tanya Riyanti, memecah suasana hening di dalam mobil.

"Iya, Ma. Mas Ares yang minta dipanggil pakai sebutan 'Mas'. Katanya kalau dipanggil 'Kak' atau 'Abang' udah banyak yang manggil begitu." Nadhira yang menjawab pertanyaan Riyanti.

"Bagus, dong, kalau gitu," ucap Riyanti. "Biar kalian gak bosen juga manggil pakai itu-itu aja." Nadhira mengangguk mendengar perkataan mertuanya.

Akhirnya disisa perjalan itu Riyanti dan Nadhira sibuk mengobrol membuat suasana di dalam mobil lebih hidup. Diego tetap fokus dan mendengarkan pembicaraan dua wanita istimewa di hidupnya itu. Sampai akhirnya Diego menghentikan mobilnya, mereka berdua mesih tidak sadar karena keasikan ngobrol.

"Kita udah sampai, Ma, Sayang," ucap Diego, memotong pembicaraan mereka —yang terlihat masih seru— mengintruksikan untuk turun.

Nadhira melihat ke sekeliling. Terlihat cafe milik Diego yang sepi dan tutup dengan tirai yang menutup semua dinding kacanya. "Loh, ini, kan, cafe kamu, Mas. Ngapain kita ke sini?" tanya Nadhira saat saat mereka berhenti di cafe milik Diego.

"Iya, acaranya di sini." Diego turun terlebih dahulu sebelum Nadhira kembali bertanya, 'kenapa mereka ke sini dengan keadaan cafe yang tutup dan sepi?'. Dia memutari mobil dan membuka pintu untuk mamanya yang duduk di jok belakang sebelum membuka pintu Nadhira di depan.

"Ayo." Diego mengulurkan tangannya membantu Nadhira dan disambut baik oleh Nadhira.
Diego menggandeng tangan Nadhira untuk masuk dengan Riyanti di sisi kiri Nadhira yang juga menggandengnya.

Jarak sepuluh langkah dari pintu cafe, Diego menyuruh Nadhira berhenti melangkah. "Bentar, Sayang." Diego merabah saku celananya dan mengeluarkan kain penutup mata, menyuruh Nadhira memakainya. "Kamu pakai ini dulu!"

Badboy RomantisWhere stories live. Discover now