AHC | 25

10.8K 312 8
                                    

nih, karena banyak yg minta double up. i know your mind 😗

————

"Kata siapa? Emang aku telanjang gini buat siapa?"

"Ya cuma buat mas. Dari tadi aku nungguin kedinginan karena telanjang gini, malah mau ditinggal. Huh." Sheva mendengus kesal.

Wajah Jonathan menunjukkan kebingungan. Ekspresinya hah hoh hah hoh penuh tanya. Mencerna ucapan istrinya.

Perubahan sifat istrinya sangat jauh berbanding terbalik dengan kemarin. Tidak ada sungutan atau wajah tanpa ekspresi Sheva. Wanita itu menampilkan ekspresi ngambek seperti biasanya.

"Maksud kamu gimana? Mas masih belum ngerti." aku Jonathan jujur.

"Aku tuh dari tadi udah nungguin mas buat diangetin. Malah mau ditinggal kedinginan gini. Ga kasian sama istrinya malah mau nemenin nyamuk di luar."

"Jadi kamu mau gimana?" Jonathan mulai mengerti arah perbincangan sang istri dengannya. Pikirannya sudah tidak lagi memikirkan soal istrinya yang masih ngambek.

"MAU JEPIT JONJUNYAGASA!!" teriak Sheva. Jonathan terkekeh kemudian mendudukkan dirinya di sebelah sang istri.

"Last sex, ya?" Jonathan berusaha tersenyum. Tetapi senyum getir yang ditampilkan laki-laki itu. Mengingat mungkin saja ini seks terakhir mereka. Jika benar-benar Sheva mengajaknya berpisah.

Sheva tidak menjawab. Langsung melompat ke pangkuan Jonathan dan menaruh kedua tangannya di bahu laki-laki itu.

"Kenapa last sex? Mas udah ga mau nyobain lubang aku lagi?" tanya Sheva kepada suaminya. Wanita itu menatap Jonathan dengan tatapan sengit.

"Kan kamu sendiri yang bilang. Katanya udah ga mau sama mas lagi. Kesalahan mas parah banget ya sampe kamu ga mau maafin?" ucap Jonathan dengan nada pilu menyedihkan.

Well, dia masih berpikiran tentang fakta Sheva yang akan mengajaknya berpisah. Hanya itu yang ada di otaknya selain tubuh telanjang yang berada di depan matanya.

Lagi-lagi Sheva hanya diam. Wanita itu sedikit menunduk seperti sedang memikirkan sesuatu. Ekor matanya melirik jam yang berada di atas meja. Tidak lama lagi batinnya.

Jonathan yang merasakan diamnya Sheva langsung menangkup wajah istrinya itu. "Maaf." ucapnya lirih hendak mencium Sheva. Tetapi wanita itu justru menghindar dan turun dari pangkuannya. Sheva melenggang pergi meninggalkannya dengan tubuh telanjang.

Matanya terus mengikuti punggung sang istri yang menghilang di telan kegelapan. Saat Sheva sudah tidak terlihat, kepalanya menunduk. Harapannya masih kuat untuk bisa berdamai dengan wanita itu. Ia tidak ingin pernikahan yang dibangunnya ambruk begitu saja karena kesalahpahaman.

Cukup lama Jonathan menunduk menyelami pikirannya. Hingga laki-laki itu merasakan ada yang duduk di pangkuannya. Refleks kepalanya mendongak.

Sheva. Wanita itu sedang tersenyum manis ke arahnya dengan membawa kue dengan lilin bertuliskan angka 30.

"Udah jam 12, tiup dulu. Make a wish juga." ucap Sheva menyodorkan kue yang dipegangnya.

Jonathan hanya mengangguk. Mata laki-laki itu terpejam merapalkan doa dan harapan-harapan kemudian meniup lilin yang berada di depannya.

Sheva langsung menghambur memeluk suami di depannya dengan sangat erat.

"Mas lupa hari ini hari apa?" tanya wanita itu masih memeluk tubuh Jonathan. Bisa ia rasakan kepala yang berada di bahunya itu menggeleng.

"How can you forget your birthday, hum?

Alis Jonathan justru terangkat sebelah. Matanya membulat melihat jam tangannya. Sekarang pukul dua belas malam lebih tujuh menit dan hari ini adalah tanggal 9 Februari.

After Have Children || Sequel of Married with Om-omTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang