AHC | 45

8.8K 253 4
                                    

up lagi!! vote komen jangan lupa oyy😏😏

————

Sheva sibuk mengolah makanan di dapur sejak satu jam yang lalu. Teman-teman suami serta putranya sudah mengiyakan undangan makan siang mereka. Jadi kali ini ia harus mengerahkan tenaga ekstra untuk memasak dalam porsi super besar.

Jonathan mengatakan akan pulang lebih cepat untuk membantu sang istri. Laki-laki itu tidak sampai hati membiarkan wanitanya sendirian menyiapkan santapan.

"Yang," Panggilan khas Jonathan saat baru memasuki rumah. Aroma sedap masakan membuatnya langsung melangkahkan kaki ke dapur.

"Enak, yang. Wanginya~" Laki-laki itu memejamkan mata meresapi ucapannya.

"Eh mas, mau makan dulu?" tawar Sheva. Jonathan menggeleng. Laki-laki itu justru melepas jas dan dasinya. Mendekati sang istri dengan tangan memasang celemek.

"Mau bantuin kamu dulu. Ada yang bisa saya bantu, nyonya?" Jonathan mengangkat sebelah alisnya menatap sang istri. Wanita cantik di hadapannya itu tersenyum.

"Bantuin masak bumbunya ini ya, aku mau potong-potong sayur dulu." Sheva menunjuk bumbu sedap yang sedang dimasaknya lalu menunjuk sayuran yang baru terpotong setengah.

Jonathan mengangguk mengacungkan jempolnya. "Siap nyonya."

Tangannya yang sudah profesional memasak mulai mengaduk-aduk bumbu halus yang dibuat sang istri. Tangannya menarik udara yang keluar dari wajan menghirup aroma sedap dari sana.

"Jangan dihirup mulu mas, masak yang bener." tegur Sheva. Jonathan hanya nyengir tanpa dosa dan memberikan tanda hormat kepada istrinya itu.

Acara memasak suami-istri itu selesai setengah jam sebelum waktu makan siang. Setengah jam sebelum tamu-tamu yang mereka undang datang.

Jonathan mengabari teman-temannya yang sudah siap untuk makan siang boleh segera meluncur ke rumahnya. Beberapa mengatakan iya dan akan segera berangkat.

Sheva menata piring dibantu sang suami. Jonathan tidak membiarkannya mengangkat benda yang berat-berat. Kehadiran laki-laki itu benar-benar membantunya.

Tepat sekali saat Sheva dan Jonathan baru melepas celemek mereka, ketukan dan suara bel terdengar dari pintu utama. Keduanya melangkah menuju sumber suara dan membukanya.

"Loh, udah pada pulang?" Pertanyaan refleks meluncur dari bibir Sheva saat mendapati gerombolan putranya berdiri di depan pintu. Pasalnya mereka kira yang mengetuk pintu tadi adalah Hendra atau teman-teman Jonathan yang lain.

"Ada rapat, ma, jadi pulang cepet." jawab Prince menjelaskan kebingungan sang mama.

"Oh gitu. Yaudah ajak temen-temen kamu masuk. Zidan, Ed, Deon, Rafa jangan malu-malu ayo masuk." Sheva mempersilakan teman-teman putranya agar masuk ke dalam rumah. Jonathan yang berdiri di belakang sang istri tersenyum dan mengangguk satu suara.

Gerombolan anak SMP itu menyalami kedua orang tua Prince. Sembari menunggu teman-teman Jonathan mereka bersantai di ruang tengah menyicipi makanan ringan made by Sheva.

"Naik apa tadi?"

"Taksi online."  Prince menjawab pertanyaan sang mama. Bundanya itu mengangguk-angguk paham.

Mereka—-Sheva, putranya sekaligus teman-teman Prince-—berbincang-bincang di ruang tengah sedangkan Jonathan melipir entah kemana untuk menghubungi teman-temannya. Katanya sudah berkumpul dan sebentar lagi sampai.

Tak begitu lama mereka menunggu sampai rombongan kedua datang. Rombongan teman-teman Jonathan yang selalu seabrek, ramai dan berisik. Padahal sudah pada tua tetapi tingkahnya masih seperti remaja.

After Have Children || Sequel of Married with Om-omWhere stories live. Discover now