pecundang dan muka merah bata

76 7 0
                                    

Kunjungan ke ingatan di masa lalu tidak jarang menyisipkan kengerian. Saking mengerikannya, kamu jadi tertawa tanpa suara. Malam sudah larut ketika kamu mengintai ingatan-ingatan di ujung ruang. Satu-persatu ingatan itu ditelanjangi untuk kemudian merangkai sekilas kisah unik nan mendebarkan.

Dulu sekali, kamu mengenal seorang pecundang. Dia hanya pecundang biasa, wajahnya biasa, tak bisa dikatakan jelek atau cantik, tubuhnya biasa, keluarganya biasa, bahkan alur hidupnya biasa saja. Semua yang ada padanya adalah hal-hal biasa. Untuk itu, aku menyebut dia si pecundang biasa.

Kamu melihatnya melalui cermin. Kamu bercengkrama dengannya tentang hal-hal biasa, hal sepele, hal sehari-hari. Si pecundang biasa itu mukanya merah bata karena terlalu keras berusaha, terlalu keras pada dirinya sendiri, selalu mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja meski segala yang kamu punya hanya hal-hal biasa, meski kamu tidak istimewa layaknya mereka. Bahwa kamu cukup untuk dirimu sendiri, kamu layak untuk dirimu sendiri, dan kamu hanya perlu menjadi biasa saja sambil menyukuri apa-apa yang kamu punya.

Si pecundang muka merah bata itu adalah kamu. Dahulu. Sangat lama. Saat hidupmu hanya sekedar hal-hal biasa, belum menjadi sebrengsek sekarang ketika kamu beranjak dewasa. Meski kamu merasa dipecundangi segala hal di duniamu, setidaknya saat itu kamu tidak dipecundangi dirimu sendiri. Sementara hari ini, kamu melihat pecundang muka merah bata itu menjadi bayang-bayang menakutkan.

CAUSE, YOU JUST HATE YOURSELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang