3. Ganteng, bukan banteng.

830 122 73
                                    


Baik Megan maupun Alaska, mereka sama-sama diam. Keduanya duduk di kursi belakang dengan berdampingan, di depan ada supir yang sedang fokus mengendarai mobil.

Mulutnya memang diam, berbeda dengan tangannya yang diam-diam saling menggenggam.

Pandangan Megan fokus ke depan, wajahnya datar. Namun, sesekali bibirnya berkedut menahan senyuman.

Begitu mobil berhenti, pelayan yang menunggu dengan sigap membukakan pintu. Alaska mengusap kemejanya yang sedikit kusut, kemudian melangkah penuh kharisma dengan diikuti beberapa orang, termasuk Megan yang senantiasa di sampingnya sebagai sekertaris.

Suara ketukan sepatu milik Megan cukup membuat dirinya merasa keren.

Berjalan di sisi Alaska cukup menyita banyak perhatian. Meskipun semua tatapan itu mengarah kepada sang CEO Ricardo.

Rasanya seperti sedang berjalan di red carpet.

"Selamat siang, Pak."

Setelah berjabat tangan, semuanya duduk dengan anggun.

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf kerena sudah merubah jadwal pertemuan ini secara mendadak dan sepihak."

Alaska mengangguk singkat, kemudian memberikan kode kepada Megan lewat gerakan jari.

"Selamat siang." Megan tersenyum cantik. Perempuan itu menegakkan tubuhnya. "Penjelasan tentang permintaan jasa iklan untuk pruduk perusahaan kami telah saya kirim lewat email sebelumnya, silahkan dicek kembali."

"Baik, saya telah membacanya dan kami sudah mempersiapkan berbagai pilihan desain sesuai yang anda minta." Pria dari perusahaan jasa iklan itu memberikan tab yang berisi gambar-gambar untuk Alaska lihat.

"Bu Megan, bukankah saya sudah bilang untuk menetapkan diskon tujuh puluh persen untuk peluncuran barang ini? kamu tidak menjelaskannya di email?" Alaska langsung melirik sekertarisnya penuh intimidasi.

Sebelah alis Megan terangkat. "Boleh saya lihat?" Ia menodongkan tangan.

"Maaf, Pak. Ini adalah kesalahan pendesain dari pihak kami."

Bola mata Megan bergulir, melirik Alaska dengan tatapan yang mengisyaratkan. 'Tuh, kan! Bukan salah aku!"

Habisnya, lirikan Alaska tadi sempat membuatnya benar-benar merasa terintimidasi.

Keprofesionalannya di depan orang membuat Megan ketar-ketir ketakutan.

"Ouh, sayang sekali dengan ketelitiannya." Laki-laki bermata tajam itu memangku tangannya. "Perusahaan kita telah bekerja sama dari dulu, tolong jangan mengecewakan," jelasnya.

Jika saja Megan tidak mencintai Alaska dan menjadi sekretarisnya, mungkin ia akan mencaci keangkuhannya.

"Kesalahan itu manusiawi," timpal Megan sok bijak.

Alaska langsung menoleh. "Kesalahan karyawan memang manusiawi, tapi seharusnya atasan dapat mengeceknya ulang terlebih dahulu. Ini namanya kecerobohan!"

Megan langsung merapatkan bibirnya.

"Sekali lagi, kami minta maaf atas kecerobohan ini."

"Kenapa Bu Megan? Kenapa kamu menatap saya dengan tatapan seperti itu? Apa kamu tahu? Wajahmu terlihat seperti banteng." Alih-alih merespon permintaan maaf, Alaska justru mengomentari ekspresi wajah Megan.

Bahkan, perusahaan lain pun tahu jika CEO yang satu ini sebenernya bermusuhan dengan sekertarisnya.

Megan tersinggung sungguhan, perempuan itu menatap suaminya dengan kesal.

Padahal biasanya , kan bersandiwara, tapi kenapa Megan marah sungguhan?
Nyali Alaska menciut seketika, jika saja hanya ada mereka berdua. Sudah pasti Alaska akan merengek meminta maaf.

Secret Relationship(END)Where stories live. Discover now