12. kecolongan.

431 63 2
                                    

"Menurut Anda, lebih baik dibenci atau kehilangan untuk selamanya?"

Alaska mengernyit, laki-laki itu menatap mata Megan. Kenapa istrinya bertanya dengan nada formal seperti itu?

Lalu, apa maksud pertanyaannya? Siapa yang Megan maksud?

"Yang, kok—"

"Pak Alaska, anda hanya tinggal menjawabnya," potong perempuan itu.

Laki-laki dengan setelan formal itu langsung merapatkan bibirnya, raut bingung masih terlihat di wajahnya. Ia tau sekarang masih di dalam kantor, tapi kenapa harus seformal ini padahal tidak ada orang?

Wajahnya berubah lebih serius, Alaska melipat tangannya. "Jika saya, lebih baik dibenci karena masih bisa melihatnya."

Bibir Megan tertarik membentuk senyum tipis, perempuan itu membuang napas dan menegakkan tubuhnya. "Terima kasih untuk jawabannya."

"Gak ada yang mau kamu jelasin?" Alaska bertanya.

Megan menggeleng pelan. "Gak, tadi teman saya yang tanya, dan saya bertanya untuk meminta saran."

"Tanya sama saya gak gratis," jawab Alaska dengan senyum manis yang terkesan licik.

"Yaudah anggap aja saya berhutang!" Megan mencebikkan bibirnya, gadis itu melangkah pergi. Namun, baru beberapa langkah lengannya ditarik sehingga tubuhnya langsung berbalik dengan paksa.

Alaska menariknya dengan kuat, mereka berdua terduduk di sofa dengan Megan yang berada di pangkuan suaminya.

Lengan Alaska melingkar di perut Megan, kepalanya ia sandarkan di pundak perempuan di depannya.

"Kalau ada yang lihat gimana?" tanya Megan, perempuan itu menyapukan pandangannya, memastikan tidak ada pegawai lain yang melihatnya seperti ini.

"Aku kangen walaupun kita selalu bersama dua puluh empat jam," gumam Alaska. Meski bersama hampir tidak ada jeda, tapi ketika siang hari mereka berlakon sebagai atasan dan bawahan, tidak lebih. Bukan sebagai suami istri.

Jika boleh jujur, Alaska selalu keberatan, tapi ia juga tidak mau memaksa karena Megan memilih merahasiakan hubungan ini.

"Lebay." Megan mencibir.

Gadis itu membalikkan tubuhnya untuk menatap balik suaminya, tangannya terulur melingkar di leher laki-laki itu.
"Ganteng banget gak ngerti," gumamnya setelah memandangi pahatan wajah Alaska.

Megan menarik dasi Alaska, lantas mencuri-curi kesempatan untuk mencium pipi laki-laki itu.

"Hutangnya lunas." Ia menyengir lebar. Menjauhkan tubuhnya dan segera berlari keluar.

Alaska tertawa kecil, laki-laki itu mengusap rambutnya dan menghela napas panjang. Entah kenapa, ia merasa Megan seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Penasaran? Sangat, tapi Alaska tidak mau memaksa perempuan itu.

Terkadang, Megan bersikap aneh, suka menyendiri, menangis dan melamun di saat-saat tertentu, terutama ketika malam.

Megan mungkin tidak tahu jika sebenarnya Alaska sering melihatnya.

***

Hubby

Sayangg!

Mau makan apa?

Kayaknya gak bisa makan siang bareng deh.

Lah, Kenapa?

Temenmu mau datang.

Secret Relationship(END)Where stories live. Discover now