2

9 1 0
                                    

Jimin menggeleng mengingat apa yang terjadi padanya kemarin.

.
.
.

"Aku serius. Kalau kau mau, aku bisa jadi Sugar Baby-mu."

Jimin kehilangan kata-kata, dia terkejut beberapa detik sebelum bocah itu bicara lagi.
"Daddy~? Bagaimana?" Ada nada unik yang keluar dari mulut Jaelin. "Kau mau? Aku bisa lakukan apapun yang kau inginkan." Bibir Jaelin yang dipoles lipbam itu bergerak slow motion di mata Jimin.

Jimin orang dewasa yang benar-benar dewasa. Dia agaknya tersengat dengan ucapan yang Jaelin katakan. Dia hafal betul apa yang dibicarakan Jaelin, tapi sangsi kalau Jaelin mengerti dengan apa yang diucapkannya.

Karena tidak ada jawaban dari Jimin, Jaelin berdeham dan kembali pada suara normalnya. "Tidak apa kalau tidak mau." Gadis itu meneguk air mineral.

Jimin meneguk air mineral juga, menghilangkan rasa gerah yang tiba-tiba muncul di badannya. "Kau mengerti apa yang kau ucapkan, anak muda?" Jimin berusaha untuk bicara normal, dia tidak marah pada Jaelin hanya merasa aneh karena ini pengalaman pertamanya ditawari begini oleh seorang anak SMA.

Jaelin menatap Jimin dengan wajah inosen. "Aku paham betul apa yang ku ucapkan. Asal kau tahu saja, ini pertama kalinya aku menawari hal ini." Dan berakhir dengan ekspresi merengut lucu.

"Apa motifmu sampai menawariku?"

Jaelin mendekat dan dia berbisik di depan wajah Jimin. "Kau tampan dan kau seorang direktur." Ada senyuman di akhir kalimat Jaelin. Gadis itu kembali duduk di kursinya dan memesan cola zero.

Kalau dilihat-lihat Jaelin termasuk anak SMA yang punya badan bagus. Tinggi, langsing, dan berisi di beberapa tempat. Juga wajahnya cantik, cantik sekali sampai Jimin kira dia seorang idol.

"Kalau begitu, ya, aku setuju." Kata-kata Jimin membuat Jaelin memalingkan wajah cerah pada pria itu.

"Serius?" Ada senyum cerah di wajah Jaelin yang terlihat lugu di mata Jimin.

Jimin membuka apron, dia merogoh saku jasnya, mengeluarkan kartu nama dan memberikannya pada Jaelin. "Simpan ini, kau perlu nomorku untuk menghubungiku."
Tangan Jaelin menengadah menerima kartu nama Jimin. Belum lagi, Jimin memberinya tiga lembar sepuluh ribu won di tangan Jaelin. "Pulanglah dan jangan ceritakan ini pada siapapun."

Walau Jaelin tidak katakan motif apa sebenarnya yang dia punya sampai menawarkan diri menjadi Sugar Babynya, Jimin rasa lumayan juga punya mainan cantik macam Jaelin.

"Terimakasih, Daddy.."
Tentu saja Jaelin memanggilnya Daddy dengan bisik rendah yang hanya bisa Jimin dengar. Tapi itu mampu membuat Jimin tersengat lagi.

.

.

.

***

"Hei, Park, kenapa kau melamun?"

Taehyung teman sekantor dan seperjuangan Jimin masuk ke ruangannya seperti biasa tanpa permisi. Tahu-tahu dia sudah ada di hadapannya.

"Ada apa?"

"Aku hanya sampaikan ini, ada laporan yang harus kau periksa dari tim." Taehyung itu bawahan Jimin, ketua tim pemasaran yang akan selalu menjadi kaki tangan Jimin pada anggota yang lain.

"Akan aku periksa, nanti aku panggil. Kau pergi saja.."

"Ya ampun, kau sedang datang bulan ya? Kenapa sinis begitu." Taehyung tidak sopan padanya dia memang begitu, tidak sebagai teman atau rekan kerja.

Jimin hanya mengusirnya dengan gerakan tangan. Taehyung pergi tanpa mengoda lagi.

Jimin sebenarnya melamunkan Jaelin. Gadis itu tidak menghubunginya semalam sampai sekarang, katanya mau jadi Sugar Babynya tapi apa? Jimin  sudah yakin kalau itu hanya lelucon agar dia memberi Jaelin uang. Tapi, agaknya Jimin berharap kalau yang ditawarkan Jaelin adalah sungguhan.
Mungkin gadis itu berpikir dua kali dan memutuskan untuk menarik kembali tawarannya.

Sugar For Daddy || Park Jimin (JM) Fanfic AUWhere stories live. Discover now