LYM- sebelas

225 106 201
                                    

                               °°°

Hai semua!!! Jangan lupa pencet bintangnya 🌟 ya!!!

Udah follow belum?!

                                °°°

              ••• HAPPY READING ••••

Siang ini waktu pulang telah tiba, Alika dan Diana langsung keluar dari kelas sambil peregangan, terlihat sangat lelah.

"Alika..., Diana." Panggil Daffa saat melihat mereka yang tidak jauh darinya.

Alika dan Diana menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Daffa yang sedang berlari menghampiri.

"Gue denger dari anak-anak Friska mau pindah, itu bener?" tanya Daffa saat sudah berada dekat dengan Alika dan Diana.

Alika dan Diana mengangguk, "kemari kata kepala sekolah gitu."

"Tapi kenapa?"

"Entah, kita juga gak tau."

"Huuh, si bapak juga malah bilang suruh nanya sendiri ke papahnya Friska."

"Yaudah kalau gitu, gue duluan mau ke rumah Friska dulu, sebelum beneran dia pindah," kata Daffa berpamitan.

"Tunggu, Daf," ucap Alika menghentikannya langkah Daffa.

Daffa menoleh, "kabarin ya keadaan Friska gimana." Daffa megangguk, setelah itu ia pergi meninggalkan Diana dan Alika.

Tidak lama perjalanan, Daffa sekarang sudah berada di halaman rumah Friska sembari membawa sebuah buah-buahan yang sempat ia beli tadi di jalan.

"Assalamualaikum." Daffa mengetuk pintu beberapa kali.

"Walaikumsalam," jawab Akara membukakan pintu sembari memakan sebuah apel yang ada di tangannya.

"Siapa lu?" tanya Akara sembari menatap Daffa sinis dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Daffa temennya Friska, Friska nya ada?"

"Kagak ada." Akara menjawab dengan memutar bola matanya, mengalihkan pandangannya.

"Siapa kara?" tanya Anila sambil berjalan menghampiri, Akara menghelai napasnya dengan kasar.

Saat Anila sudah berada di antara akara dan Daffa, Anila langsung menatap Daffa seperti menyelidik, terlihat bahwa ia merasa kenal dengan Daffa, tetapi sepertinya ia lupa.

"Kenalin Tante, saya Daffa temennya Friska," kata Daffa menyalimi Anila.

Anila membiarkan tangannya di salimi sambil tersenyum.

"Bentar Daffa? Oh Tante kenal kamu." Anila tertawa ia baru sadar siapa Daffa.

"Mau jenguk Friska ya?"

Daffa megangguk dengan begitu bersemangat, dan senyum yang sangat lebar.

"Yaudah kalau gitu, ayo masuk." Anila mempersilahkan Daffa untuk masuk.

Daffa masuk mengikuti langkah Anila, sedangkan Akara masih terdiam di dekat pintu terlihat merasa kesal, ia memang tidak pernah suka jika teman lelaki Friska datang ke rumah.

Friska berada di dalam kamarnya, terdiam di atas kasurnya sambil memeluk lututnya dengan erat.

Pergi gue mohon pergi, sialan ucapnya dalam hati, Kejadian waktu itu terus menghantuinya, ia tidak tahu harus apa sekarang, yang bisa ia lakukan hanya menutup telinganya dan terus memaksa semuanya untuk pergi sembari menangis, walaupun semuanya terlihat hanya sia-sia.

Luka Yang MembekasWhere stories live. Discover now