LYM - enam belas

115 36 13
                                    

                                  °°°
Hai semua!!! Jangan lupa pencet bintangnya 🌟 ya!!!

Udah follow belum?!

                                   °°°

              ••• HAPPY READING ••••

Teng!! Teng!!

Bel masuk  di SMA Trisatya harapan telah berbunyi, semua siswa langsung memasuki kelasnya masing-masing.

“WOY KENTUT, SINI LU," teriak Zevina, salah satu murid yang ada di SMA Trisatya harapan, yang terkenal dengan ke cantikan nya juga  dengan rambut yang selalu ia kepang, terlihat sangat lucu. Namun, selalu membuat gendang telinga siapapun bisa pecah karena suaranya yang seperti toa.

"Apaan sih lu, nama gue Kenzo bukan kentut, sialan." Protes Kenzo tidak terima.

Kenzo adalah teman Zevina yang paling suka ribut dengannya, walaupun begini Kenzo selalu di incar oleh para siswa perempuan di SMA karena ketampanannya.

"Ya biarin aja kali, kan gak jauh beda Ken-zo sama ken- Tut, nah kan," ucap Zevina sembari terkekeh.

"Terserah lu." Kenzo memutar bola matanya malas. Ia merasa malas ribut  untuk saat ini.

Beberapa siswa yang melihat perlakuan mereka tertawa, bahkan sampai ada yang terbahak-bahak, ada juga yang merasa gemas dengan kelakuan mereka berdua.

"Ribut Mulu lu berdua, gak bosen?" Tanya Rasya yang terlihat cape melihat kenzo dan Zevina selalu bertengkar seperti tom and Jerry.

Rasya termasuk orang yang cuek, tidak ada yang pernah berhasil mendapatkan hatinya, padahal ia di juluki sebagai siswa terganteng di sekolah.

Rasya, Kenzo, dan Zevina mereka bertiga sudah berteman cukup lama, karena itu tidak ada kata Jaim di antara mereka bertiga lagi.

Mereka berada di dalam satu kelas yang sama yaitu kelas IPS 3, karena kehadiran mereka bertiga, kelas ini selalu berisik, tapi paling asik kata siswa-siswi di sana biasanya.

Tidak lama pak Dian akhirnya datang juga ke kelas, membuat semua yang sedang asik bicara seketika panik berlarian pada meja mereka masing-masing, ada juga yang sedang asik makan seketika terburu-buru Menghentikan makannya, bahkan ada beberapa yang sampai tersedak.

"Pagi anak-anak," sapa pak Dian.

"Pagi pak." Semua murid kompak menjawab.

"Hari ini bapak akan memperkenalkan siswa baru yang akan masuk ke kelas kita."

Semua mata langsung menoleh ke arah pintu kelas, seperti penasaran siapa yang akan menjadi siswa baru kali ini.

"Gue harap cowo, biar bisa gue genitin," bisik Zevina kepada Kenzo dan Rasya.

"Geje lu, gue yakin cewe udah," ucap Kenzo percaya diri.

"Apaan, cowo itu mah pasti."

"Liat nanti aja, gak perlu ribut," kata Rasya menengahi.

Pa Dian pun memanggil Friska, Friska  yang berada di luar dengan pelan memasuki kelas.

Semua pandangan siswa berpaling pada dirinya, semua rupa mata ada di sana dari yang terpesona sampai yang biasa saja.

"Perkenalkan namanya Friska Mega Baswara, siswa baru yang akan berada di kelas ini, bapak harap kalian semua bisa berteman baik dengannya," kata pak Dian setelah Friska berdiri di sampingnya.

Friska hanya terdiam sesekali menunjukkan senyum tipisnya. Semua siswa megangguk sambil tersenyum.

Setelah itu Friska di persilahkan untuk duduk di salah satu kursi yang ada di kelas, ia memilih duduk di meja ujung di dekat jendela.

Tidak lama,Pelajaran pun di mulai.

...

Dengan seiring berjalannya waktu, tidak terasa waktu istirahat pun telah tiba, semua murid berlomba menuju kantin agar bisa mendapatkan tempat duduk di sana.

Keadaan kali ini sangat ribut, semuanya seolah tidak bisa bersabar untuk mengisi perut mereka.

Friska yang malas, memutuskan untuk hanya berdiam di kelas, rasanya lebih tenang jika ia menyendiri berteman dengan sunyi.

"Hai, perkenalkan nama gue Zevina, lu bisa panggil gue Zen atau Vina atau juga Nana." Ucap zevina di depan meja Friska sambil mengulurkan tangannya.

Friska yang sedang menatap jendela langsung menoleh kepadanya, tetapi Friska hanya menatapnya datar, dan sama sekali tidak berbicara apapun bahkan uluran tangan Zevina sama sekali tidak ia genggam.

"Lu gak mau kenalan sama gue gitu? Padahal ini berharga loh, pertama kalinya cewe yang terkenal di sekolah ini mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan anak baru, jarang-jarang, makannya manfaatkan," kata Zevina menggoyangkan tangannya seperti menyuruh Friska menggenggamnya.

Namun, lagi-lagi Friska hanya terdiam menatap Zevina datar, tidak bergerak sedikitpun.

"Nana cepetan, lu mau makan kagak." Teriak Kenzo dari luar yang menunggu Zevina.

"Iya bentar." Balas Zevina yang sama berteriak.

Zevina menarik kembali tangannya, "yaudah kalau lu gak mau kenalan sama gue, awas suka ada kunkun di belakang," ucap zevina menakut-nakuti.

Friska pun menoleh ke arah belakang, juga zevina yang melihat ke sana, tapi zevina yang malah merasakan keanehan dan juga merasa takut, badannya merinding benar-benar terlihat takut.

Beda halnya lagi dengan Friska yang hanya terdiam, dengan ekspresi yang biasa saja, lagian ia berpikir bagaimana mungkin ada sesosok kuntilanak pagi-pagi, terlihat mustahil.

"Eh, engga bercanda gue boong." Lanjutnya menyengir hingga gigi putihnya nampak jelas terlihat, lucu tetapi menyebalkan.

Zevina pun berlari dengan cepat keluar menghampiri Kenzo, dengan wajah terlihat takut merasa di ikuti oleh apa yang ia bayangkan. Sesekali ia juga melirik Friska yang masih terdiam di tempatnya tanpa ada sedikitpun pergerakan.

"Nah, lama banget lu."

"Maaf, tadi ada urusan mendadak." Zevina terkekeh.

"Maaf, twadi adha urusan mendadak." Kenzo yang sebal dengan Zevina mengikuti perkataan nya dengan muka yang meledek.

"Ih lu mah." Zevina memukul lengan Kenzo sambil memanyunkan bibirnya, terlihat gemas.

Suara percakapan Kenzo dan Zevina di luar terdengar oleh Friska, dan kenangan yang begitu di sayangkan langsung berputar di kepala, tetapi membuat hatinya terluka.

Rasanya sekarang Friska ingin menangis, ia merindukan sahabatnya, tetapi rasa traumanya benar-benar membuatnya takut untuk bertemu mereka.

Semakin Friska mencoba melupakan semuanya, hatinya malah semakin sakit, matanya sudah berkaca-kaca.

Namun, ia tidak bisa menangis sekarang, ada beberapa siswa yang masuk ke dalam kelas. Jadi bagaimana ia bisa menangis? yang ada ia akan menjadi pusat perhatian lagi, dan Friska membenci keadaan itu.

Cukup lama ia menahan rasa sakitnya itu, hingga ia tidak kuat dan langsung pergi ke arah toilet.

Di sana dia bertanya di depan kaca besar yang memantulkan dirinya dengan muka yang kacau karena air mata.

Serindu itu kah gue? Tapi kenapa sangat menyakitkan? Rasa kecewa itu juga semakin kuat, kenapa? Tanyanya dalam hati, merasa tidak paham dengan dirinya sendiri.

                              °°°

Gimana ceritanya?? Next gak nih??

Nah menurut kalian gimana perasaan friska?? Yu ramein biar cepet update!!

Jangan lupa pencet bintangnya 🌟 dan juga komennya ya!!

Oh ya, follow juga akun wpku ya biar gak ketinggalan sama ceritanya, oke.

Oh sama satu lagi, kalau kalian suka sama ceritanya jangan lupa rekomendasiin juga ke temen kalian, biar bacanya makin seru, oke, thanks.

Luka Yang MembekasWhere stories live. Discover now