Katilu

217 45 12
                                    

Berjalan beriringan, Hyunjin tiba-tiba berhenti yang mana membuat Bangchanpun ikut berhenti dan melihat kearah dimana sekarang Hyunjin memerah wajahnya khususnya dibagian hidung juga mata.

Disana Hyunjin langsung berjongkok untuk menyembunyikan wajahnya, dia tidak tahan untuk tidak menangis yang mana mereka masih ditempat umum.

Bangchan hanya terdiam pada awalnya, dia mengerti akan kesakitan hati Hyunjin saat ini.

Tentu, tentu saja Bangchan mengerti karena bagaimanapun jika seseorang yang mengandung bukan dari keinginannya bukankah itu sangat amat menyakitkan belum lagi itu menyangkut masa depan diri sendiri.

Dan saat ini, bagaimana Hyunjin bisa menerima kenyataan itu? Sudah kabur, tidak memiliki siapapun dan malah mengandung anak dari orang yang paling ingin dijauhinya.

Banyak orang yang melihat Hyunjin juga Bangchan dengan tatapan herannya karena pada penglihatan mereka, kedua orang itu seperti sepasang kekasih yang tengah dilanda sebuah masalah.

Terlihat jika Bangchan adalah sosok yang acuh hanya dengan memerhatikan Hyunjin tanpa mau merangkulnya sama sekali, dan Hyunjinnya sendiri seperti orang yang gampangan bahkan begitu kekanakan karena mampu menangis di muka umum.

Ikut berjongkok Bangchan didekat Hyunjin, dia lalu menyentuhnya untuk sekedar mengelus punggung si dia yang tengah menangis.

"Aku tahu ini pasti sakit, tapi lebih baik nangisnya di rumah aja Hyun. Banyak orang yang liatin kita kalo kamu terus kayak gini."

Bukan kata penenang yang Bangchan bisikan pada Hyunjin, namun disana Hyunjin mendongak dengan menghapus air matanya menatap kearah Bangchan.

"Chan, aku gak tahu, aku gak tahu harus gimana lagi, aku gak mau hamil anaknya dia." adu sang sub disana.

Bangchan tersenyum kecil, menunjukan jika semua baik-baik saja. Ya dia tahu meski tidak rinci terhadap perasaan Hyunjin saat ini.

"Gak apa-apa, kamu jalani dulu untuk saat ini. Sebisa mungkin aku bantu kamu buat kedepannya juga."

"Enggak," lirihnya seraya menggeleng kecil, "Aku enggak mau anak ini, anak ini, anaknya orang jahat Chan aku enggak mau."

"Ey jangan ngomong kayak gitu, kamu orang baik."

"Tapi Jeongin dia orang

"Shuuut, jangan lagi sebut nama dia. Katanya kamu mau lupain dia, aku emang enggak tahu seberapa kamu benci sama Jeongin-Jeongin itu. Tapi enggak sama anaknya ok."

"Enggak ok, aku mau lepas sepenuhnya dari dia. Tapi kenapa enggak bisa?"

Bangchan diam, dia juga bingung harus berkata apa lagi. Mood Hyunjin tengah anjlok se anjlok anjloknya, dia tidak mungkin juga mengatakan jika itu titipan tuhan yang bisa di jalani oleh Hyunjin sendiri. Bisa-bisa makin kejer lah nanti orang dihadapannya.

"Chan." Bangchan hanya memandang Hyunjin dalam diam, mata hitam milik orang dihadapannya ini terlihat begitu putus asa.

"Aku mau gugurin anak ini."

Seketika itu juga, Bangchan menengok kearah lain. Dia tidak suka bila ada orang yang berani melakukan tindakan tidak terpuji tersebut.

"Chan."

Bangchan kembali lagi menengok Hyunjin, namun tidak lama kemudian si pria yang lebih tua berdiri menghantarkan Hyunjin mendongak melihatnya.

"Ayo."

Hyunjin melihat tangan yang terulur kepadanya, ia tidak tahu apa maksud Bangchan tidak menjawab atau merespon akan idenya untuk menggugurkan janin dalam perutnya itu. Alih-alih menjawab, Bangchan malah mengajaknya seperti itu.

Monolog Renjana // ChanJinWhere stories live. Discover now