kalima

116 22 1
                                    

Melamun, menjadi sebuah rutinitas baru bagi Hyunjin. Memikirkan bagaimana caranya dia bisa melenyapkan janin yang berada dalam perutnya.

Tidak pernah ia berharap bisa memiliki anak dari hasil perkosaan sepupunya sendiri, yang begitu tega menyekap dirinya selama ini.

Apa yang harus dia lakukan? Mebesarkan janin itu dan tetap mengurusnya kelak, atau diam-diam dia gugurkan kandungannya.

Kata yang masih tersisa sedikit lebam namun lebih baik dari sebelumnya tidak lagi mengeluarkan air mata seperti dulu, entahlah mungkin habis saat masih di mansion terkutuk itu.

Pening melanda Hyunjin saat mengingat Mansion besar itu. Teringat kembali saat dirinya pertama kali tiba dengan dalih jika lebih baik Hyunjin tinggal sedikit lebih lama dengan mengfresh kan pikiran sebelum bertempur dengan pelajaran yang akan ia hadapi.

Di kala dirinya terhanyut akan pemikiran-pemikiran ruwet, Hyunjin sedikit terhenyak saat ada sebuah tangan menepuk pundaknya tiba-tiba.

Ah! Itu Chan, pria yang menolongnya selama ini.

"Mikirin apalagi?"

Hyunjin menggeleng kecil lantas matanya tertuju pada segelas air susu yang baru saja di bawakan oleh Chan. Ah lagi dan lagi, dirinya harus meneguk air itu tepat dihadapan Chan seperti semalam.

Bukan rasanya yang terasa tidak enak, meski ada tercium tidak mengenakan indra penciumannya tetapi Hyunjin tidak ingin sang janin akan tumbuh sehat begitu saja.

Jika saja bukan dari pemikirannya yang siap menerima apapun mengingat ia hidup menumpang, Hyunjin mungkin sudah menolak mentah-mentah apa yang menjadi pilihan Bangchan saat ini.

Tersodor segelas air susu itu yang mana Hyunjin mau tidak mau harus menerimanya lalu meneguknya dengan perlahan, menikmati sensasi air hangat mengalir melalui tenggorokannya.

Ingin hati ia banting gelas itu jika saja bukanlah Bangchan yang membuat minuman tersebut. Cukup di sayangkan jika harus terbuang percuma mengingat apa apa yang di berikan pemuda itu jelas 100% dari dia sendiri.

Hyunjin mana tahu, dan bahkan tahu tahu pemuda itu membelikan apa yang menjadi kebutuhan seseorang yang tengah mengandung.

Padahal Hyunjin sendiri menginginkan kandungan itu gugur secepatnya.

"Apa bikin mual?" tanya Chan tiba-tiba membuat Hyunjin menoleh dan menggeleng padahal dalam dirinya jelas saja rasa mual langsung terasa seakan dirinya muak pada seseorang yang bertanya.

"Kalo ada apa-apa jangan sungkan ok, bilang apapun itu termasuk kamu tiba-tiba tengah malem mau apa juga boleh bangunin aku."

Mustahil sebetulnya Hyunjin langsung bertemu dengan seseorang yang begitu baik tanpa ada maunya. Mengingat Jeongin sendiri begitu baik pada awalnya namun lama-kelamaan sifat aslinyapun yang seperti iblis keluar secara perlahan.

"Apa yang kamu mau dari aku Chan?!"

Terkejut Bangchan disana mendengar penuturan yang to the point sekali Hyunjin ini. Dengan tatapan sendu seakan putus harapan itu, mata mereka saling berpandangan satu sama lain.

Namun di hati yang terdelam cukuplah Bangchan merasa sedikit lega mengingat Hyunjin tidak begitu bodoh akan tindakan yang ia lakukan selama ini.

"Cuma hal kecil Hyun."

Senyum tersungging menandakan hal yang tidak pernah di bayangkan oleh Hyunjin sendiri. Dengan rasa takut, sang pemuda yang menumpang diam-diam mengeratkan genggaman pada gelas miliknya.

"Cukup lahirin anak yang lagi kamu kandung sekarang,

"Aku gak mau!" Potong Hyunjin cepat yang memang dirinya benar-benar tidak menginginkan janin miliknya sendiri.

Monolog Renjana // ChanJinWhere stories live. Discover now