ka sapuluh

98 19 3
                                    

"Chan!"

Olahan tembakau bermerek terhisap apik hingga kepulan asap keluar dari celah bibirnya. Bangchan yang namanya di panggil lantas memadamkan rokok diantara ujungj ari telunjuk juga ibu jari.

"Masuk-masuk asapnya masih ada, bahaya buat kamu!"

Tangan di kibas-kibas setelah ia membuang sisa rokok miliknya kedalam asbak, guna sisa asap yang masih tercium baunya segera pergi dari kawasan balkon kamar hotel yang ia sewa.

Ya, kini keduanya tengah berada di salah satu gedung hotel yang sedikit mewah. Yang mana Hyunjin pun sampai ternganga karena Bangchan membawanya ke kamar yang lebih mewah dari pada kamar lain nya.

"Ada apa?" tanya nya setelah ia masuk kedalam kamar yang mendapati istrinya tengah berdiri di samping pintu kaca penyekat antara kamar juga balkon.

"Nanti kita keluar?"

Bangchan selalu sukses menarik bibirnya sehingga melengkung keatas. Pertanyaan Hyunjin yang seharusnya terdengar menjengkelkan sebab terulang beratus-ratus kali dirinya malah selalu tersenyum.

"Iya dong, sayang loh udah kesini cuma diem di hotel. Tau gitu ya mending di rumah!"

"Kalo gitu kenapa kesini, aku lebih suka rumah kecil itu chan!" ujarnya dengan hati-hati takut jika Bangchan akan kecewa sebab ucapannya tersebut.

"Biar kamu refreshing Hyun, biar kamu gak cuma ngelamun aja di atas karpet."

Hyunjin tertegun di buatnya. Apakah Bangchan sering memerhatikannya, apakah memang dirinya sebegitu prihatinnya, tapi ucapan Bangchan juga ada betulnya, ia hanya bisa melamun didalam rumah di saat waktu luangnya diatas karpet tipis atau di atas kasur setap hari.

"Kalo gitu kenapa harus di sini Chan? Bukannya ada hotel yang biasa?"

Kening mengkerut, mengapa ucapan istrinya seakan tidak suka dengan keadaan di ruangan tersebut. Seakan ia memang ingin menghindari hal hal yang terlihat mewah juga elegan.

"Karena aku masih mampu sewa kamar disini, lagian ini juga di bantu temen aku loh."

Hyunjin menunduk, mengepalkan kedua tangannya disisian tubuh miliknya. Bangchan jelas tahu, jika istrinya memiliki trauma akan beberapa hal saat ini.

"Kamu trauma sama hal-hal yang mewah kayak gini?"

Mata indah itu seketika menatap lawan bicaranya, ada benarnya ucapan tersebut namun Hyunjin sendiri tidak ingin mengaku akan ketakutan ketakutan yang ia alami.

"A-aku gak punya trauma Chan, cuma gak suka aja."

Wajah jahil langsung terpang-pang jelas di eajah tampan itu, membuat Hyunjin mengernyit heran dibuatnya.

"Yakin gak punya? Kalo di tempat kayak gini terus aku.." tiba-tiba Bangchan langsung mendekati Hyunjin dengan wajah mesumnya, tentu saja hyunjin beringsut dan nafas tertahan dan mata sedikit terbelalak. "Selalu kamu ketakutan Hyun."

Nafas menjadi sedikit memburu, detak jantungpun semakin kencang. Pikiran semraut apalagi dirinya langsung teringat bagaimana sepupunya memaksa ia untuk mengangkang, mencuri kesuciannya hingga mana ia harus menerima benih sampai tumbuh dalam dirinya.

"Hyunjin, Hyunjin!!"

Bangchan jelas memanggil buru-buru saat melihat bagaimana gelagat istrinya, hingga tiba-tiba air mata turun bergitu saja.

"Chan bayangan dia terus ada Chan! Gimana kalo dia nemuin aku terus dia bawa aku lagi, kurung aku lagi, maksa aku buat mau di gituin lagi terus...

"Udah udah udah! Liat aku, liat mata aku sekarang!". Potong Bangchan dengan cepat di kala istrinya semakin bereaksi akan ketakutan yang ada dalam pikirannya.

Monolog Renjana // ChanJinWhere stories live. Discover now