Chap 38 (END)

187 21 31
                                    

***

Saatnya kembali untuk mengulas masa lalu. Dimana inti masalah dalam kisah ini berada. 

Sejak awal, konflik-konflik sebelumnya hanyalah pelengkap kisah kedua insan itu. Konflik sebenarnya bukanlah tentang sebuah pembullyan ekstream yang dihadapi siswi baik hati nan penuh maaf. Bukan juga tentang masa lalu menyakitkan yang penuh akan dendam. Pun bukan pula perihal kehidupan kakak beradik yang penuh akan pahit manis dan berakhir tragis. Bahkan kisah cinta antara kedua tokoh utama itu tidaklah masuk dalam daftar masalah dalam cerita ini.

Jadi apa yang menjadi inti masalah dalam sebuah kumpulan konflik-konflik itu?

Mari kita kembali dimana Felix masih menjadi Kim Yongbok, dan Kim Doyeon—kakak kandung dari Kim Yongbok masih dalam keadaan hidup.

 "Yongbok." Suara parau Doyeon menghentikan tangan Yongbok yang hendak ingin mengeluarkan sekotak ayam.

Yongbok mengangkat kepalanya, kemudian melihat wajah sendu kakaknya yang entah mengapa semakin hari semakin memucat.

Netra kakaknya kini seakan-akan berbicara, namun Yongbok tak tahu apa maksud dari pandangan kelabu itu.

"Ada sesuatu yang mau noona omongin ke kamu."

Seketika Yongbok mengerutkan keningnya samar, "omongin apa?"

Doyeon pun segera meraih ponselnya yang tak jauh dari sana, lalu membukanya dan menunjukkan sesuatu pada Yongbok hingga netranya membulat sempurna.

Sebuah video terpampang jelas di layar ponsel kakaknya membuat Yongbok beberapa kali mengernyit ketika sebuah video penyiksaan kakaknya terbias dalam netra jernihnya.

"Ini..." lirih Yongbok seakan-akan ia tak percaya kakaknya merekam segala kebusukan para biadab disekolahnya, dari perlakuan guru dan para staf, hingga Lucas dan antek-anteknya dengan ponselnya.

Doyeon pun menurunkan ponselnya dan kembali mematikan layarnya.

"Noona udah kirim laporan ini ke polisi dan pihak berwajib. Setelah noona sembuh, noona akan hadapin sekolah itu dan akan bongkar seluruh kebusukan sekolah, serta perlakuan Keluarga Lee ke kita." Netra teguh Doyeon yang menatap lurus ke jernihnya netra adiknya benar-benar merasuk kedalam tubuh Yongbok.

Tunggu... mimpi apa ia semalam? Bagaimana bisa kakaknya yang bernotabane perempuan yang tak pendendam, kini mulai melancarkan aksinya? Ah tidak, ia yakin kalau Doyeon sudah merencanakan rencana ini jauh-jauh hari sebelum Yongbok tahu keadaan kakaknya di sekolah.

"Noona... akhirnya..." sungguh mengapa dirinya diciptakan begitu mudah menangis. Namun mau bagaimana lagi, dirinya benar-benar merasa lega akhirnya kakaknya sendiri mau membuka suara.

Doyeon pun tersenyum lemah, "noona gak dendam sama mereka, dan noona pun gak marah sama mereka. Tapi noona pun cuma manusia biasa yang juga mau merasakan keadilan." Dibalik suara paraunya, ada unsur tegas yang begitu kuat dibalik lentikan kelopak mata yang bagaikan sayap angsa.

"Noona ngelakuin ini semua, bukan buat noona doang. Tapi buat kamu, noona gak bisa biarin kamu menderita dengan keegoisan noona, karena itu noona akan bongkar semuanya dan angkat suara." Peneguhan kakaknya bagaikan baja terkuat dibumi. Tak akan tertembus, dan tak bisa runtuh. Bahkan bila alam semesta mencoba menghancurkannya berkali-kali, baja itu tetap utuh dan tak akan tergores sedikit pun.

Yongbok tersenyum, ia bahagia akan semua pemikiran kakaknya. Ia senang bila kakaknya akhirnya ingin membela diri, ia senang kakaknya tampak bersinar meski tubuhnya kini terlilit perban hingga ke lehernya.

"Dan setelah semua ini selesai, kita akan pergi ke suatu tempat. Dimana noona selalu ingin kesana selama ini." Ucapan kakaknya seketika membuatnya bingung dan kembali bergeming.

Levanter  『Chaelix』✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang