Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Tapi malam itu ga cukup buat gw!"
"Gw cinta sama lo!"~Ucap Haechan dengan suara lantang membuat Jaemin menatapnya dengan tatapan tajam.
"Sekarang jujur aja! Lo tahu kan waktu itu gw pergi ke bar sama Jeno? Bahkan masuk ke toilet berdua sama dia? Lo juga lihat gw sama Jeno di minimarket waktu itu. Lo tahu kalo gw waktu itu punya hubungan sama Jeno!"
"Tapi Jeno lebih milih lo daripada gw, Na! Gw benci sama lo!"
Sudah jelas, kan? Yang waktu itu Jaemin sebut sebagai 'dia' adalah Haechan. Kalian ingat saat Jaemin pergi ke bar bersama Hyunjin untuk melepas penat? Saat itulah Jaemin melihat Jeno bersama dengan Haechan. Ia juga pernah melihat Jeno dan Haechan masuk ke toilet bersama. Tak hanya itu. Ia sudah berkali-kali melihat Jeno berdua bersama Haechan.
Tapi nyatanya Jeno memang tidak bisa mencintai Haechan, dan malam mereka pergi ke bar adalah malam terakhir mereka bersama. Jeno tak mau melanjutkan hubungan yang tidak jelas. Ia menyadari bahwa hatinya sudah menjadi milik Jaemin dan ia tak bisa memuja orang lain selain Jaemin.
"Lo pikir Hyunjin orang baik?"~Jaemin mengangkat kepalanya saat mendengar nama temannya itu disebut.
"Lo tuh emang dari dasarnya udah bodoh! Lo pikir Hyunjin selama ini baik sama lo itu karena apa?"
"Dia yang selama ini bantuin gw deket sama Jeno. Dia deketin lo biar Jeno cemburu dan balas dendam sama lo dengan cara deketin gw! Hyunjin selama ini ada di pihak gw! Lo tuh emang bodoh!"
"Hyunjin ke australia? Lo udah dibohongin sama dia! Selama ini dia masih di sini!"
"Dia yang ngasih tahu ke gw kalo lo ngeliat gw jalan sama Jeno. Semua informasi itu gw dapet dari dia! Lo mau aja dibohongin sama Hyunjin!"
Jaemin sudah tidak peduli. Ia tak bisa percaya pada siapapun sekarang. Baik Haechan maupun Hyunjin, keduanya sudah membohonginya. Jeno juga tidak pernah menceritakan padanya kalau ia pernah menjalin hubungan dengan Haechan walaupun tidak seerat itu.
"Sekarang lo udah tahu semuanya, kan? Ga ada yang sayang sama lo! Orang yang lo sayang semuanya bohongin lo! Bahkan Chenle sama Renjun pun ga khawatir sama lo yang hilang. Kita masih pergi nongkrong dan ketawa-ketawa tadi. Mereka sama sekali ga peduli sama lo!"
"Jadi berhenti berharap kalo lo itu spesial di mata orang-orang!"~Ucap Haechan yang berhasil menembakkan ribuan duri pada dada Jaemin.
Kali ini Jaemin tak percaya. Jaemin tak percaya Renjun dan Chenle tidak peduli padanya. Pasti itu hanya akal-akalan Haechan untuk membuatnya lemah. Jaemin yakin, kedua sahabatnya itu pasti mencarinya. Mereka pasti mengkhawatirkan Jaemin, kan?
"Lo pikir, lo bisa hidup sampe hari ini karena siapa, Chan?!"~Jeno yang sudah muak akhirnya angkat bicara.
Jaemin tahu ke mana arah pembicaraan Jeno. Ia menggelengkan kepalanya samar-samar agar Jeno tak melanjutkan kalimatnya. Jeno menyadari hal itu. Jaemin seolah-olah menghentikannya untuk mengatakan kebenarannya.
Tapi Jeno sudah tidak tahan. Ia sudah muak melihat Haechan.
"Kalo ga ada Jaemin, lo yakin masih bisa hidup?"
"Tanpa Jaemin, lo udah tinggal di dalam tanah! Daging lo pasti udah dilahap habis sama ulat-ulat!"~Jeno mengatakan itu dengan amarah yang terus mencuat. Emosinya tak bisa dikendalikan.
"Emangnya dia siapa? Dia bukan siapa-siapa. Jadi dia ga ada hubungannya sama hidup gw! Gw hidup karna gw sembuh. Bukan karena dia!"~Ucap Haechan sambil menunjuk Jaemin.
"Terus lo pikir, ginjal yang sekarang berfungsi di tubuh lo itu punya siapa?"
"Bahkan sampe sekarang lo ga tahu siapa yang donorin ginjal buat lo!"
Haechan mengernyit heran. Kenapa Jeno membahas soal itu saat ini? Seolah-olah hal itu sangatlah penting untuk dibahas sekarang.
"Jaemin yang udah berkorban buat lo!"
"Jaemin yang donorin ginjalnya buat lo walaupun dia hampir mati waktu itu!"
"JAEMIN! JAEMIN YANG BERKORBAN DEMI HIDUP LO, SIALAN!"
"Tapi bisa-bisanya lo perlakuin sahabat lo kayak binatang?!"
"Lo pikir dia beneran pergi ke China waktu itu? WAKTU SELAMA SEBULAN ITU DIA PAKE BUAT MASA PEMULIHAN DIA!"
"DIA SAKIT, DIA HAMPIR MATI! ITU SEMUA KARENA PENGORBANAN DIA BUAT LO!"
"Dia berusaha nutupin fakta itu tapi gw ga bisa nutup mulut lagi, Chan. Lo harus tahu! Orang yang sekarang ada di depan mata lo adalah orang yang nyelamatin hidup lo dari ambang kematian!"
Tubuh Haechan terhuyung ke belakang.
Mendengar fakta yang dikibarkan oleh laki-laki bermarga Lee itu membuat keberanian yang sudah ia pupuk seolah-olah layu dan tumbang begitu saja.
Ia menatap Jeno seolah-olah bertanya apakah itu benar? Ataukah Jeno sengaja membohonginya agar ia bisa membawa Jaemin pergi dari sini?
"Gw ga mungkin bohong soal hal sepenting ini! Jaemin udah cukup menderita, Chan!"
"Jangan bikin dia tambah menderita karena semua perbuatan keji, lo!"
"Gw milih Jaemin karna dia jauh lebih baik daripada lo! Gw sadar, perasaan yang selama ini gw rasain itu CUMAN untuk Jaemin. Bukan untuk lo ataupun orang lain."
Haechan menggeleng tidak percaya. Jadi, selama ini Jaemin lah yang telah memberi nyawa pada dirinya agar tetap hidup? Jaemin yang telah menyelamatkannya?
Guanlin menerobos masuk ke dalam tempat itu. Jeno pun segera melepaskan Jaemin dari lilitan tali tebal itu. Haechan? Biar Guanlin yang mengurusnya.
Jeno menangis dalam hati karena melihat lilitan yang kuat itu membekas di kulit Jaemin yang seputih susu. Banyak luka mengotori tangan dan kaki Jaemin. Bahkan lehernya sedikit lecet karena luka gores.
Jaemin memeluk Jeno dengan sisa tenaganya. Tubuhnya sudah lemas. Bukan karena dipukuli. Tapi kepalanya benar-benar sakit. Ia merasa dejavu dengan tempat gelap dan siksaan yang ia terima.
Sama seperti saat ayahnya menyiksanya di gudang dulu...
"Nana gapapa. Sekarang kita pulang, ya?"
Jaemin tak menjawab. Ia menggenggam tangan Jeno dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki.
"Makasih ya, Kak."
"Nana sayang Kakak."
Sorry for typo:)
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BAGI YANG DARI AWAL NEBAK HAECHAN, SELAMAT! ANDA BERUNTUNG!
