Roti dan Bakwan

145 21 10
                                    

Dhuarrrr...

Suara keras kedua kembali terdengar membuat banyak orang berlari kecuali kongpob dan arthit.

Di depan mata mereka, kongpob dan arthit melihat sebuah mobil menabrak mobil yang tadi nya ditumpangi 2 pria dengan jas hitam.

Tapi langkah kedua pria itu terhenti saat sebuah mobil menabrak mobil mereka.

"Amankan tuan kecil" perintah seseorang yang baru saja turun dari mobil yang menabrak itu sambil acungkan senjata.

Pria lain yang menerima perintah segera menghampiri arthit lalu menggendong tubuh nya mengacuh kan tubuh kongpob yang terlihat membeku saat dua pria yang tadi nya menghampiri mereka sekarang sudah terbaring kaku dengan darah yang mengalir di jalan.


"Kongpob, bawa kongpob, hiksssss turunkan aku, bawa kongpob" isak arthit yang berusaha berontak.


Kongpob yang mendengar isakan arthit pun berusaha mendekati mobil yang akan membawa arthit.

"Arthit..tolong....teman saya diculik...arthit" jerit kongpob yang masih berusaha mendekati mobil dengan menyeret kedua kaki nya yang lumpuh.

"Kongpob! Bawa dia..jangan tinggalkan dia, kasihan dia tidak bisa lari...kongpobbb" jerit arthit dari dalam Mobil tapi diacuhkan para pria didalam Mobil.

Arthit menangis melihat kongpob yang berusaha menyusul Mobil yang mulai bergerak dengan menyeret kaki nya.


Dan perlahan, kedua anak itu pun semakin saling menghilang dari pandangan masing-masing.

Mobil yang membawa arthit kini berhenti di rumah tempat nya dibesarkan oleh sang abang.

Rumah yang biasanya terlihat sepi kini dipenuhi bawahan sang abang yang berlalu lalang dengan senjata lengkap.

Arthit yang masih terisak, turun dari mobil dan berlari mencari sosok abang nya.

"Abang!!!!!! Banggggggggg..." jerit arthit


"arthit! Kenapa? Ada yang luka?" tanya sang abang.

arthit yang masih terisak pun dengan ganas menendang dan memukul abang nya..

Seakan itu tidak cukup, arthit mengambil vas bunga didekat nya lalu melemparkan nya pada abang nya.

"apa-apaan ini arthit! Brenti!" jerit kinn yang kesal arthit terus memukuli badan nya meskipun sebenarnya tidak terasa sakit.

"kenapa cuma bawa aku! Kenapa kongpob ditinggal kan! nanti kalau musuh abang culik kongpob gimana? Kenapa ngak abang aja diculik!" masih kata arthit dengan emosi.

"Kau marah hanya karena aku perintahkan mereka membawa mu? Apa aku harus perduli dengan teman cacat mu itu? Dia bukan anak buah ku, dia bukan saudara kita, dia bukan adik ku, dia bukan siapa-siapa, jd kenapa kalau dia diculik atau dibunuh sekalian sama musuh ku? Kau pikir abang perduli? Masuk kamar mu! Kau akan ku kirim inggris besok!" jawab kinn dengan datar tapi penuh intonasi.

"Tidak mau! Kau tidak berhak mengatur ku! Kau urus saja musuh mu itu! Jika memang kongpob benar-benar di tangan mereka, aku bersumpah, sampai aku mati, aku akan membenci mu!" jerit arthit lalu tiba-tiba berlari menuju seorang bawahan kinn dan mengambil senjata yang tersimpan rapi di balik jas nya.

Dengan emosi, arthit menembak kan senjata itu ke arah langit-langit sambil menjerit "aku cuma ingin jadi anak-anak, bukan seorang pembunuh sperti mu"

Semua orang didalam rumah itu hanya bisa diam bahkan kinn, dia biarkan saja arthit lampiaskan emosi nya.

Dia terlalu lengah sampai musuh nya mengetahui posisi arthit, dia terlalu santai membiarkan arthit bebas bermain dengan teman seusia nya, itu kesalahan nya.

Rahasia Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang