Jus Wortel

97 18 14
                                    

Langkah kaki arthit kembali berhenti di gubuk sederhana itu.

Dengan celana jeans robek plus kaus dengan warna biru nya, arthit duduk di sebuah bangku kayu usang.


"10 tahun tidak terasa jika kau rindukan seseorang" kata arthit pada dirinya sendiri.


Matanya meneliti sudut demi sudut gubuk itu sambil sesekali tersenyum kecil.


"kongpob, sebenarnya kenapa kau pergi? Apa aku ada salah?" tanya arthit pada udara tanpa menerima jawaban apapun.


10 tahun lalu, arthit mencari kongpob sahabat nya dengan darah dan air mata.


Dia tidak terima alasan abang nya kalau kongpob pergi diam-diam tengah malam.

Tentu saja arthit tidak terima, dia tau ini kerjaan abang nya, tapi surat yang ditinggal kongpob seakan membuat arthit tercekik oleh isi nya.


Arthit mencari kesana kemari..

Dia bahkan mengamuk saat gubuk yang ditinggal kongpob akan dirobohkan.

Bertahun-tahun arthit mencari kongpob, selalu berusaha mengorek informasi dari abang nya tapi sang abang tetap tidak perduli.

Sampai saat ketika sang abang tiba-tiba menyerahkan sebuah plastik berisi minuman yang ternyata adalah jus.


Dan bersama minuman itu, terdapat sebuah kertas, surat kedua yang ditulis oleh kongpob.

Arthit,
Kau pakai kacamata sekarang, ini kubuatkan jus wortel, diminum, biar mata mu sehat ok.
Aku baik, aku sehat disini, jangan nakal terus, kita pasti bertemu lagi dan saat itu tiba, aku akan jadi orang paling hebat untuk mu.

Arthit menatap tajam sang abang saat selesai membaca surat pendek itu.

"Abang tau dia dimana! kenapa! Kenapa sembunyi kan dia?" jerit arthit.

"Aku tidak tau dia dimana, aku tidak pernah sembunyikan dia!" balas sang abang dengan datar.

"Jadi, darimana jus dan surat ini?" tanya arthit dengan kesal.


"Tergantung di pagar, saat aku tiba, sudah tergantung, tidak ada yang lihat siapa dan kapan, tapi karena aku melihat isi surat nya, yah sudah abang serahkan ke kau" jelas sang abang.


Arthit menutup mata lalu beranjak pergi ke kamar nya, membaca kembali surat itu lalu menyimpan nya di kotak khusus dimana surat pertama berada.


"Setidak nya isi surat mu kali ini lebih panjang dari yang pertama Kong" kata arthit pada sebuah kertas di genggaman nya.

Sebuah kertas yang bertuliskan " jangan menangis, jangan selalu ribut dengan abang mu Dan jangan lupakan aku karena aku segera kembali"

Arthit menghapus airmata yang mengalir di pipinya..

"Kongpob bodoh! kalau kau bisa sok mata-matai aku, setidaknya muncul lah, jangan curang, aku kan juga pengen melihat mu, kenapa kau cuma komentari aku yang pakai kacamata? Kenapa tidak komentari aku yang tambah tinggi, kongpob bodoh!" isak arthit


Merindukan seseorang itu memang sesak, itulah yang dirasakan arthit bertahun, dia rindu sahabat nya itu, sahabat yang meskipun bertemu singkat tapi tinggalkan kesan dalam tentang perjuangan untuk hidup.


Tidak ada yang tau sedihnya arthit kecil dulu, tidak pernah sempat kenal orangtua nya, tumbuh dalam kungkungan sang abang yang memakai alasan "demi kebaikan"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rahasia Hati Where stories live. Discover now