Used to Drag Me

1.5K 107 14
                                    

Malam hari tak pernah tenang bagi Jeongwoo. Alunan musik yang berasal dari laptop dan percakapan dengan pelanggan dalam konteks paling bersih hingga konteks paling kotor akan terus berulang dan terdengar dan Jeongwoo menyukai itu.

Perkenalkan dia, seorang laki-laki tiga puluh tahun, bekerja sebagai tattoo artist yang memiliki studio tatto & piercing di pinggiran kota, hidup sendiri dan satu kaki lumpuh. Singkat, tak ada yang istimewa dan mungkin rumpang. Hanya itu tentangnya yang bisa diceritakan. Selainnya sama sekali tak penting. Dan Jeongwoo menolak untuk menyebutkannya karna, sungguh, tak ada yang menarik dari itu.

"Annddd.... there you go! A phoenix for a soldier."

Jeongwoo memamerkan seringai bangga menyaksikan salah seorang pelanggannya malam ini: perempuan, remaja sekitar enam belas tahun, Jeongwoo perkirakan sedang dalam pelarian sekarang─berdiri di depan cermin dan melihat bungah tato berbentuk burung phoenix yang ada di perutnya.

Dia balas menatap pada Jeongwoo yang sosoknya terlihat pada cermin.

"I love it! Thank you AJ."

"My pleasure."

Setelah bertukar dua kalimat basa-basi lagi, remaja perempuan tersebut pergi.

Bukan pertama kalinya Jeongwoo mendapat pelanggan para remaja, jadi Jeongwoo punya dugaan kuat bahwa remaja barusan akan pergi ke pesta atau tempat nongkrong bersama dengan remaja lain dan semacamnya sebagai tempat pemberhentian berikutnya.

Tapi, ah, mari lupakan saja itu.

By the way, AJ adalah bagaimana jeongwoo dipanggil disini.

Sebenarnya, dia tidak selalu dipanggil dengan nama itu. Ada masa dimana dia dipanggil dengan nama lahirnya yaitu Jeongwoo. Tapi itu puluhan tahun yang lalu. Sudah lama sekali dan hanya sebentar. AJ juga bukan namanya yang paling lama. Sebutannya yang berlangsung paling lama adalah Galileo.

Galileo.

Galileo seperti Galileo Galilei; Astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam revolusi ilmiah.

***

"Galileo bertengkar lagi dengan Isaac."

"Lagi?"

"Ahhh kapan mereka akan berhenti melakukannya.."

"Tidak akan pernah, kurasa. Tidak akan pernah! Lagipula, apa yang kau harapkan. Mereka Isaac dan Galileo. Mereka berdua bukan musuh tapi mereka berdua jelas terlahir untuk menjadi saingan."

Kantin makan siang telah berubah menjadi tempat bergosip. Yang disebut, Jeongwoo, mendengarkan dengan tenang dan mendengus. Entah dia merasa jengkel karena sekali lagi digosipkan dengan Isaac atau justru menimpakan amarah kepada pria lain yang digosipkan dengannya.

Gosip itu memang tak salah. Isaac adalah seorang agen lain yang seumuran dengannya dan bekerja di tahun yang sama pula, tetapi memiliki peringkat satu tingkat di atasnya.

Si peringkat satu dan si peringkat dua. Isaac dan Galileo. Dua pria yang telah menjadi buah bibir di kalangan para agen di Institusi sejak awal keduanya berlatih.

Jeongwoo tak masalah menjadi bahan omongan karna dia tak peduli. Namun, pada dasarnya dia benci kekalahan. Jadi dia akan mengerahkan segalanya untuk bisa menang dari Isaac. Dalam hal apa pun.

Akan tetapi sepertinya Tuhan lebih menyukai Isaac dan membenci dia, sebab Jeongwoo tak pernah sekalipun menang melawan Isaac.

Sial. Memikirkannya Jeongwoo jadi kesal sendiri. Sekon berikutnya tercium aroma yang familiar.

𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐂𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐂𝐀𝐋𝐋𝐄𝐃 𝐇𝐎𝐌𝐄 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang