There's the Museum, the Paintings, and Then There's You.

1.4K 125 10
                                    

Sepanjang hari Jeongwoo senang sepenuh hati. Ada dua penyebabnya: pertama, karena tiket penerbangan menuju Milan telah di dapat dan akan berangkat besok hari. Dan yang kedua, Jeongwoo perginya gak sendiri melainkan ditemani oleh seorang yang membiayai sepenuhnya perjalanan ke Milan ini, Jeongwoo hanya disuruh bawa diri dan beberapa baju. Ialah sang kekasih yang sudah hampir sebulan lebih gak pernah bertemu langsung.

Ini beneran. Jeongwoo dengan pacarnya ini serius sudah tidak pernah bertemu lagi selama satu bulan lebih dua puluh hari. Nggak putus kok, tapi pacarnya ini memang orangnya sibuk sekali. Kerja di sebuah firma hukum terkenal sering kali menyita waktunya. Menghabiskan guliran waktu dengan kertas-kertas berisi perincian kasus sudah sering jadi teman dekat dan bahkan frekuensinya lebih banyak daripada waktu temu dengan Jeongwoo.

Tapi Jeongwoo gak pernah keberatan dengan ini kok. Selain karena dia yang terlanjur cinta sampai mau mati sama pacarnya (dia sendiri juga gak tau pacarnya ini ngapain sampai bisa bikin dia jadi secinta ini) Jeongwoo juga gak keberatan dengan pekerjaan pacarnya sebagai pengacara─gajinya gede.

Gaji besar, uangnya banyak.

Masa depan Jeongwoo sebagai calon suami terjamin cerah.

Apalagi ya, wajah pacarnya ini ganteng kaya titisan dewa, hartanya banyak pula. Benar-benar hidup Jeongwoo bagai definisi pepatah 'Sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui'.

"Udah tau nanti mau kemana aja?" Watanabe Haruto bertanya dari seberang panggilan.

Jeongwoo yang tadinya telungkup putar badannya menjadi terlentang menatap langit-langit kamar. Agak pegal gara-gara telungkupan terus selama bermenit-menit. Satu tangannya yang bebas tak memegang ponsel, bergerak mainkan poninya yang memanjang mengenai mata.

"Hmm udah sih. Tapi gatau, masih sedikit... Nanti aja deh, pas disana lihat-lihat. Siapa tau nemu tempat bagus─eh, alihkan jadi video call dong."

"Aku sekarang sambil ngurusin berkas-berkas,"

"Gapapa, aku mau lihat muka pacarku. Kangen."

Sekon berikutnya, layar ponsel menampakkan wajah Haruto yang pandangannya tak menuju pada ponselnya, sedang serius melihat kertas yang tak Jeongwoo ketahui apa itu.

"Aduh, aduuh, gantengnya pacarkuu..." puji Jeongwoo sambil pasang senyum lebar hasilkan Haruto yang seketika langsung senyum lebar. Dia lirik sekilas Jeongwoo pada layar ponselnya.

"Maaf ya, aku telpon sambil ngurusin kerjaan." kata. Haruto mengalihkan.

"Santaii... Aku paham kok pengacara kita ini mau sibuk dulu sebelum pergi liburan ke Milan."

"Hahahaha.."

"Kamu nih udah makan belum kak?"

Haruto mengadah sejenak melihat ke atas, sebelum akhirnya pandangannya mengarah pada Jeongwoo dan menjawab.

"Udah kok─tadi menunya ada sup, daging sama kimchi."

"Tumben banget gak ada makanan penutupnya..."

"Ada.. ada.. Buah semangka, tapi cuma sepotong kecil. Gak puas..."

Jeongwoo secara gak sadar senyum lihat ekspresi Haruto yang merengut dengan bibirnya sedikit dimajukan. Serius, mirip banget sama Rei keponakannya Haruto yang masih 6 tahun pas lagi ngambek.

"Kasian banget, bayiku pasti gak puas ya?"

Dimanjain kayak gitu makin-makinlah Haruto cemberut, minta perhatian sang kekasih.

"Tenangg di rumah masih ada stok buah kok."

"Semangka?"

"Apel. Hehe."

𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐂𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐂𝐀𝐋𝐋𝐄𝐃 𝐇𝐎𝐌𝐄 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Where stories live. Discover now